Speedboat Tenggelam di perairan Batam

18 Penumpang Tewas

18 Penumpang Tewas

BATAM (RIAUMANDIRI.co) - Kecelakaan tragis menimpa speedboat yang mengangkut 93 orang Tenaga Kerja Indonesia dan tiga Anak Buah Kapal dari Malaysia menuju Batam. Kapal itu tenggelam setelah menabrak batu karang di perairan Tanjungmemban, Nongsa, Batam, Kepulauan Riau, Rabu (2/11) dinihari.

Puluhan penumpang yang terdiri dari pria, wanita dan balita terjatuh ke laut. Sejauh ini, sebanyak 18 orang penumpang dilaporkan tewas, 39 orang selamat dan sisanya masih dalam proses pencarian.

Hingga berita ini dirilis, jenazah korban telah dievakuasi ke Rumah Sakit Bhayangkara, Polda Kepri. Sedangkan korban selamat ditampung di selther Pemko Batam.


Kapolda Kepri Brigjen Pol Sam Budigusdian mengatakan, para TKI ini berangkat ke Malaysia menggunakan paspor biasa (pelancong), dan harus segera kembali ke Indonesia karena masa limit tinggalnya sudah habis.

"Mereka (TKI) harus pulang karena izin tinggalnya habis," kata Kapolda. Kapolda juga menyebutkan, pemilik speedboat berinisial R, seorang wanita asal Batam, sudah diamankan saat hendak kabur ke Singapura.

"Pemilik sudah kita amankan, inisial R, dia orang Batam. Kita amankan saat hendak berangkat ke Singapura," ujar Kapolda. Dikatakan, posisi tenggelamnya speedboat itu berjarak sekitar lima mil dari garis pantai Tanjungbemban, Teluk Mata Ikan.

18 Penumpang "Posisi tenggelam sekira lima mil dari garis pantai, korban yang selamat ditolong nelayan," tambahnya. Saat ini, tim gabungan SAR yang terdiri dari Polda Kepri, Polresta Barelang, TNI AL, TNI AD, Basarnas masih melanjutkan pencarian korban yang hilang.

Sementara itu, jumlah penumpang speedboat itu hingga kini masih simpang siur, menurut data awal, jumlah penumpang 93 orang dan 3 orang awak kapal. "Jumlah masih simpang siur. Ada penumpang yang selamat tadi bilang penumpang 98 orang dan 3 awak kapal, kita sedang dalami," kata Kapolda menambahkan.

Padat Menurut pengakuan salah seorang korban selamat Rianto (50), penumpang kapal cukup padat. Mereka berdesak-desakan. Bahkan, ada yang membawa bayi berusia 7 bulan dan ada juga balita.

Ia bersama rekanya berencana pulang menggunakan jasa tekong di Malaysia, dengan bayaran Rp4,5 juta dan temannya ada yang membayar Rp6 juta. Sudah dua hari dari Selangor dan berangkat malam hari sekitar pukul 03.00 WIB mengunakan speedboat yang diawaki tiga orang.

"Jumlah semuanya kami dalam kapal itu 97 orang sama awak kapal," ujar salah seorang TKI yang selamat. Kapal tersebut berangkat dari pelabuhan Sei Deli Johor, sekutar pukul  03.00 waktu setempat.

Kemudian sekitar pukul 05.30 WIB sampai di perairan Nongsa mereka hendak diturunkan di pinggir pantai oleh tekong kapal, namun mereka menolak. Karena takut, mereka meminta untuk agak ke pinggir, tapi saat melaju tiba-tiba kapal menabrak sesuatu, dan menyebabkan kapal oleng dan karam.

"Kami nggak mau turun di tengah, lalu minta diantar ke pinggir lagi, namun tak berapa lama tiba-tiba kapal menabrak sesuatu dan langsung oleng," ujarnya. Di antara puluhan korban tewas, ditemukan bayi berusia sekitar 4 bulan ikut tewas dalam kecelakaan laut tersebut. Diduga, ia tewas bersama ibunya. Belum diketahui identitas bayi tersebut.

Dalam daftar korban selamat rata-rata korban berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dari 39 korban yang dinyatakan selamat sementara ini, ada sekitar 23 orang yang berasal dari NTB. Sedangkan sisanya berasal dari Flores serta Aceh, Medan, Jawa Timur, Sumatera Barat, dan Palembang.

Penumpang lainnya Nazar (27) sama sekali tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini. Sebab ia baru sekali pulang menggunakan kapal pada malam hari. Menurut pria asal Lombok ini, ia bekerja di Malaysia sejak tahun 2006 sebagai sopir angkutan proyek, tapi karena paspor dimatikan ia pun memilih lewat jalur ilegal dan membayar Rp5,5 juta kepada tekong.  (par)