RAPP Gelar Pelatihan Tata Kelola Air di Lahan Gambut

RAPP Gelar Pelatihan Tata Kelola Air di Lahan Gambut

PANGKALAN KERINCI (HR)-Tata kelola air di lahan gambut menjadi salah satu aspek penting dalam menjaga kesuburan tanah dan memperoleh hasil produk kayu yang lebih maksimal. Agar pengelolaan kondisi air di lahan gambut bisa diatur sesuai kebutuhan tanaman, maka diterapkanlah sebuah teknologi yang dikenal dikenal dengan teknologi ekohidro. Melalui ekohidro, kondisi air di lahan gambut akan dapat dijaga tidak kekeringan pada waktu musim kemarau dan tidak kebanjiran di musim hujan.

Sebagai perusahaan besar PT Riau Andalan Pulp and Paper berusaha untuk mencapai hasil produksi yang lebih maksimal melalui sumber daya manusia yang terlatih dan professional. Dalam mengelola hutan dan lahan di wilayah operasional, perusahaan senantiasa mengedepankan prinsip hutan tanaman industri yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku produksi.

Salah satu upaya yang dilakukan melalui pelatihan Water Management (tata kelola air) dalam mengelola lahan gambut. Pelatihan yang diadakan selama sepekan itu diikuti oleh puluhan karyawan PT RAPP yang kesehariannya berada di lapangan khususnya di unit Riaufiber. Selama seminggu, mereka diberikan teori water management dan juga praktek langsung ke lapangan seperti yang dilaksanakan di area Estate Pelalawan, di lokasi B 102 PEN, Pangkalan Kerinci, Riau, Jumat (13/2).

Tampak para peserta berdiskusi dan mendengarkan penjelasan dari Irigation and Water Management Specialist PT RAPP Dedi Kusnadi Kalsim. Dalam kesempatan ini, Dedi memaparkan secara langsung di lapangan bagaimana pengelolaan dan penghitungan matematis yang dilakukan di lahan gambut.

Dedi mengatakan pelatihan ini dilakukan agar para pekerja di lapangan mampu memahami dan mengerti bagaimana sebetulnya cara mengelola lahan gambut. Sebab, selama ini masih ada sebagian dari pekerja yang belum begitu memahami tentang pengukuran dan penghitungan secara matematis yang tepat di lahan gambut. Dengan begitu, target perusahaan untuk memenuhi produksi kayu yang lebih berkualitas atau disebut Mean Annual Increment (MAI) meningkat.

“Perusahaan memiliki target MAI hingga 30 ton kayu per hektar per tahun untuk bisa meningkatkan kapasitas produksinya. Sehingga para pekerja di lapangan harus memiliki pengetahuan bagaimana mencapai target tersebut dengan pengelolaan yang tepat dan tidak merusak lingkungan,” kata Dedi yang ditemui di lokasi.

Beberapa materi yang diberikan oleh mantan dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) itu di lapangan salah satunya mengenai cara pembuatan parit yang tepat di lahan gambut sehingga ketinggian muka air tanah di lahan gambut bisa tetap terjaga dan bisa mengembalikan kondisi lahan yang sudah rusak.

“Dalam pengelolaan lahan gambut, sebetulnya intinya adalah bagaimana menjaga ketinggian muka air tanah yang ada. Jangan sampai air muka tanah terlalu tinggi dan jangan sampai terlalu rendah. Hal itu bisa tercapai jika ada penghitungan yang tepat bagaimana parit dibuat beserta hitungan jarak antar parit yang akan dibuat serta para peserta harus tahu bagaimana cara menganalisis data hujan harian sehingga muka air tanah bisa terkontrol,” jelasnya.

Dedi pun berharap, ilmu yang dia berikan kepada pekerja di lapangan bisa diserap dengan baik sehingga tidak terjebak dalam pengelolaan yang salah. Sebab, kata Dedi, Water Management sangat penting untuk dipelajari dalam mengelola lahan gambut.

“Dalam mengelola lahan gambut itu, kita harus tahu berapa banyak air yang dibuang, berapa banyak air yang disimpan. Jangan semua dibuang. Kita membuka lahan yang sustainable. Kalau kita tahu bagaimana caranya, pada akhirnya target MAI akan bisa tercapai dengan tetap mengedepankan hutan tanaman industri yang berkelanjutan,” ungkapnya.

Salah satu peserta pelatihan yang merupakan karyawan PT RAPP di Estate Seraya, Supri (37), mengaku senang mengikuti pelatihan Water Management dan tidak sabar untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di lapangan.

“Kita senang saja. Karena ilmu kita kan bertambah. Semoga bisa bermanfaat di lapangan. Enggak sabar mau lihat bagaimana ini diterapkan di lapangan setelah selesai pelatihan. Susah-susah gampang sih,” ujarnya.

Hal senada juga dirasakan oleh peserta lainnya, Qorry Isnaini Rohmah (28). Perempuan yang sudah bekerja di Head Office (HO) Riaufiber Pelalawan selama 4 tahun itu mengaku senang karena bisa mendapatkan ilmu baru yang dia peroleh dalam pelatihan.

“Kita diajarkan menghitung dengan komputerisasi. Kita diingatkan kembali bagaimana meng-input data dan meng-output data di komputer menggunakan  Excel . Ada ilmu baru yang kita peroleh dalam pelatihan ini,” ujarnya.(rls/mel)