Berada di Rawa Mekar Jaya

Rumah Alam Mangrove Diminati Wisatawan

Rumah Alam Mangrove Diminati Wisatawan

SIAK (RIAUMANDIRI.co) - Rumah Alam Mangrove, Kampung Rawa Mekar Jaya, Kecamatan Sungai Apit yang didirikan pada awal tahun 2015 lalu oleh Kelompok Pecinta Alam Kampung Mekar Jaya kini menjadi perhatian khusus bagi para wisatawan dari luar daerah.

Suasana asri yang masih terjaga serta pepohonan yang memenuhi Rumah Alam Mangrove, ditambah jalan kambangan dari papan yang panjangnya sekitar 500 meter, membuat para wisatawan beramai-ramai mengunjungi lokasi tersebut. Ada juga fasilitas untuk memanjakan wisatawan duduk santai bersama keluarga sambil menjalankan hobi mancingnya.

Ketua Kelompok Pecinta Alam Kampung Rawa Mekar Jaya Setiono, Senin (3/9) mengatakan, pada awalnya dirinya bersama masyarakat pecinta alam Kampung Rawa Mekar Jaya hanya ingin menyelamatkan pohon bakau yang berada di pinggir Sungai Rawa,


yang semakin hari semakin rusak di tebang secara liar oleh orang-orang tak bertanggung jawab. Namun, setelah diselamatkan ternyata ada ide-ide bagus dari pecinta alam untuk mengelola hutan mangrove jenis kayu bakau tersebut untuk dijadikan tempat wisata, yang mana dalam hutan bakau ini banyak akar-akar kayu bakau yang unik dan menarik.

"Untuk itu kami mengambil inisiatif melestarikan hutan mangrove jenis kayu bakau ini, dengan cara membuat jalan serta rumah-rumahan di dalam kawasan hutan mangrove ini untuk tempat pariwisata.

Selain itu, karena di dalam hutan mangrove ini mengikuti sungai rawa dan banyak udang galah yang menghuni sungai ini, maka kami buat tempat pemancingan,

agar bagi masyarakat yang hobby mancing selain berlibur di hutan mangrove dengan keluarga mereka juga dapat membawa ikan secara gratis dari hasil memancing di hutan magrove yang kami beri nama Rumah Alam Magrove Rawa Mekar Jaya," ungkap Setiono, tokoh masyarakat Kampung Rawa Mekar Jaya yang aktif disegala bidang ini.

Lanjut Setiono, untuk menjaga Rumah Alam Magrove Rawa Mekar Jaya, dirinya bersama masyarakat Kampung Rawa Mekar Jaya selalu melakukan gotong royong untuk membersihkan tempat wisata tersebut. Bahkan, masyarakat melakukan pembibitan kayu mangrove disekitar rumah alam magrove tersebut.

"Untuk menjaga keasriannya, kita juga melakukan pembibitan kayu mangrove jenis kayu bakau dan berembang untuk kita tanam kembali di sekitar pantai sungai rawa. Alhamdulilah kita juga mendapat bantuan dari pemerintah berupa bibit kayu bakau dan berembang, dari program KBR (Kelompok Bibit Raya, red). Kita tanam disekitar pinggir sungai rawa serta di hutan mangrove yang sudah rusak, serta kita sulami satu persatu," terangnya.

Setiono menyebutkan, hingga saat ini sekitar 20 ribu batang tanaman mangrove sudah ditanam oleh kelompok pecinta alam di sekitar sungai rawa tersebut.

"Diperkirakan sekitar 20 ribu batang tanaman sulaman sudah ditanam di sekitar sungai rawa ini. Alhamdulilah Penghulu sangat mendukung kegiatan ini, sehingga progran kelompok pecinta alam bisa berjalan dengan lancar.

Selain itu kita juga mengucapkan terima kasih kepada LSM Bina Cinta Alam Kabupaten Siak yang telah memberikan ide-ide terbaiknya untuk menyelamatkan alam kita untuk dijadikan tempat pariwisata," ungkapnya.

Untuk melestarikan kawasan tersebut, ke depannya kelompok pecinta alam akan membuat rumah pohon di dalam hutan magrove tersebut, membuat sampan dan lain sebagainya.

"Didalam hutan magrove ini ada akar bakau yang sangat besar sekali, sepertinya akar tersebut sangat bagus dibuat rumah pohon, karena keasrian dan keunikannya membuat wisatawan berlama-lama mengamati akar itu dan berfoto bersama diakar yang besar tersebut karena sangat langka dan tidak ada duanya didaerah lain.

Selain kita mengenalkan hutan magrove ini, kita juga sudah menyiapkan hasil dari buah-buahan pohon mangrove jenis berembang, seperti sirup berembang, dodol berembang, selai dan lain-lain. Jadi, untuk wisatawan yang datang dari jauh-jauh ke tempat kita bisa membawa oleh-oleh dari kita dengan harga yang sangat terjangkau," pungkasnya.(gin)