Buton, Wilayah di Indonesia yang Tak Pernah Dijajah Belanda

Buton, Wilayah di Indonesia yang Tak Pernah Dijajah  Belanda

Buton(riaumandiri.co) - Sudah pernah mendengar nama Buton? Inilah salah satu kabupaten di Sulawesi Tenggara. Selain punya potensi wisata, wilayah ini juga punya sejarah tidak pernah dijajah Belanda.

Jika dilihat dari peta, Buton ini posisinya ada di kaki sebelah kanan Pulau Sulawesi. Menuju ke sana dari Jakarta, bisa terbang ke Bandara Betoambari di Bau-bau. Lalu lanjut naik mobil, sekitar 46 km atau 1 jam lebih.

"Buton adalah nama kerajaan yang sudah ada sejak abad ke-12. Buton wilayahnya kala itu sangat luas, dari Wakatobi, Bau-bau sampai Kabupaten Buton ini. Pusat pemerintahannya di Benteng Keraton," kata Kadis Pariwisata Buton, Abdul Zainudin Napa kepada detikTravel di Kantor Bupati Buton, Senin (22/8/2016) malam.

Pria yang akrab disapa Zainudin ini melanjutkan pernyataan yang mengejutkan. Dirinya berujar, kalau Buton tidak pernah dan bukanlah jajahan Belanda. Walau Belanda, menjajah Indonesia sejak tahun 1600-an.

"Buton ini bukan jajahan Belanda. Tidak ada sejarahnya Belanda menduduki Buton, apalagi kerja paksa," tuturnya.

Mengapa begitu, ternyata ada alasannya. Di abad pertengahan kala negara-negara barat seperti Belanda dan Portugis melakukan ekspansi ke Maluku untuk mencari rempah-rempah, Buton dianggap wilayah yang strategis. Sebelum tiba di Maluku, kapal-kapal mereka akan singgah terlebih ke Buton terlebih dahulu.

Dengan Kerajaan Buton yang kuat, tampaknya Belanda tak mau mencari masalah. Daripada mereka kesulitan mendapat rempah-rempah lebih baik menjalin hubungan yang baik saja dengan Kerajaan Buton.

"Lihat saja banyak benteng-benteng di Buton yang modelnya seperti benteng Belanda. Itu dibuatnya dibantu mereka. Bukan untuk berperang, hanya untuk memantau kapal-kapal saja," ucap Zainudin.

"Buton ini sudah terlebih dulu menjadi negara sebelum Indonesia. Ada raja, perdana menteri, tentara dan rakyat seperti negara monakri lah," lanjut Adam sebagai pemandu setempat.

Adam menambahkan, Kerajaan Buton pun membangun relasi yang baik kepada kapal-kapal dari negara asing yang melintasi perairannya. Mereka juga memantau pergerakan bajak laut dan angkat senjata untuk mengusirnya.

Kerajaan Buton pun berganti nama menjadi Kesultanan Buton sejak pemerintahan Murhum Sultan Kamuddin Khalifatul Khamis di tahun 1538. Hal itu seiring dengan masuknya Islam yang dibawa oleh orang-orang Arab yang datang ke Buton.

"Raja terakhir yang memerintah di Buton itu tahun 1960. Sebelum akhirnya, Presiden Soekarno langsung datang ke Buton dan meminta Buton untuk bergabung dengan Indonesia. Akhirnya tahun 1965, Kesultanan Buton menjadi perangkat adat dan budaya di sini," terang Adam.

Ah masih banyak yang bisa diceritakan dari Buton ini. Benteng Buton yang notabenya benteng terluas di dunia versi Guinness World Records pun punya segudang cerita seru dari masjid yang konon terdengan suara adzan dari Makkah sampai batu kontroversial berbentuk kelamin pria.
 (ivn/dtk)