Merenungi Dunia Sebagai Panggung Musafir

Merenungi Dunia Sebagai Panggung Musafir

Sebagai insan yang beriman kepada Allah, sewajarnyalah kita untuk merenungi apa itu dunia. Dunia ini adalah sebuah panggung atau pasar yang disinggahi oleh para mufasir di tengah perjalanannya ke tempat lain. Disinilah mereka membekali diri dengan berbagai perbekalan untuk perjalanan itu. Jelasnya, disini manusia dengan menggunakan indra jasmaniahnya, memperoleh sejumlah pengetahuan tentang karya Allah, dengan karya tersebut tentang Allah sendiri.


Suatu pandangan tentang-Nya akan menentukan kebahagiaan masa depannya. Untuk memperoleh pengetahuan inilah ruh manusia diturunkan ke alam air dan lempung ini. Selama indranya masih tinggal bersamanya, dikatakan bahwa ia berada di alam ini. Jika kesemuannya itu pergi dan hanya sifat-sifat esensinya saja yang tinggal, dikatakan ia telah pergi ke alam lain. Ada dua hal yang perlu bagi manusia di dunia ini. Pertama, perlindungan dan pemeliharaan jiwanya. Kedua, perawatan dan pemeliharaan jasadnya. Pemeliharaan yang tepat atas jiwanya adalah pengetahuan dan cinta akan Tuhan. Terserap ke dalam kecintaan akan segala sesuatu selain Allah berarti keruntuhan jiwa. Jasad bisa dikatakan sebagai sekadar hewan tunggangan jiwa dan musnah, sementara jiwa terus abadi. Jiwa mesti merawat badan persis sebagaimana seorang peziarah, dalam perjalanannya ke Mekah merawat untanya.


Tetapi jika sang peziarah menghabiskan waktunya untuk memberi makan dan menghiasi untanya, kafilah pun akan meninggalkannya dan ia akan mati di padang pasir. Jasmaniah manusia hanya butuh tiga hal yakni: makan, pakaian, dan tempat tinggal. Namun nafsu-nafsu jasmaniah yang tertanam di dalam dirinya dan keinginan untuk memenuhinya cenderung untuk memberontak melawan nalar yang lebih belakangan tumbuh dari nafsu-nafsu itu. Sesuai dengan itu, mereka perlu dikekang dan dikendalikan dengan hukum-hukum Tuhan yang disebarkan oleh para nabi. Sedangkan mengenai dunia yang mesti kita garap, kita dapati ia terkelompokkan dalam tiga bagian, hewan, tetumbuhan, dan barang tambah. Produk dari ketiganya terus menerus dibutuhkan manusia dan telah mengembangkan tiga pekerjaan besar, pekerjaan para penenun, pembangun, dan pekerja logam. Tidak ada dari padanya yang bisa sama sekali bebas dari yang lain.



Hal ini menimbulkan berbagai macam hubungan perdagangan dan seringkali mengakibatkan kebencian, iri hati, cemburu, dan penyakit jiwa lainnya.  Oleh karena itu timbullah pertengkaran dan perselisihan, kebutuhan akan pemerintahan politik dan sipil serta ilmu hukum. Demikianlah pekerjaan-pekerjaan dan bisnis-bisnis di dunia ini telah menjadi semakin rumit dan menimbulkan kekacauan, sebab utamanya adalah manusia telah lupa bahwa kebutuhan mereka sebenarnya hanya tiga sebagaimana tersebut di atas, dan kesemuannya itu ada hanya demi menjadikan jasad sebagai kendaraan yang layak bagi jiwa di dalam perjalanannya menuju dunia berikutnya. Mereka terjerumus ke dalam kesalahan yang sama sebagaimana sang peziarah menuju Mekah yang karena melupakan tujuan ziarah dan dirinya sendiri, terpaksa menghabiskan seluruh waktunya untuk memberi makan dan menghiasi untanya.


Seseorang pasti akan terpikat dan tersibukkan oleh dunia yang oleh Rasulullah dikatakan sebagai tukang sihir yang lebih kuat daripada Harut dan Marut, kecuali jika orang tersebut menyelenggarakan pengawasan yang ketat. Watak penipu dari dunia ini bisa mengambil berbagai bentuk, pertama, ia berpura-pura seakan-akan bakal selalu tinggal dengan anda, sementara nyatanya ia pelan-pelan menyingkir dari anda dan menyampaikan salam perpisahan, sebagaimana suatu bayangan yang tampaknya tetap, tetapi kenyataannya selalu bergerak. Demikian pula dunia menampilkan dirinya di balik kedok nenek sihir yang berseri-seri tetapi tak bermoral, berpura-pura mencintai anda, menyayangi anda dan kemudian membelot kepada musuh anda, meninggalkan anda mati merana karena rasa kecewa dan putus asa.


Nabi Isa as, melihat dunia terungkapkan dalam bentuk seorang wanita tua yang buruk muka. Ia bertanya kepada wanita itu, berapa banyak suami yang dipunyainya, dan mendapat jawaban, jumlahnya tak terhitung. Ia bertanya lagi, telah matikah mereka ataukah diceraikan. Kata si wanita itu ia telah memenggal mereka semua. Saya heran kata Isa, atas kepandiran orang yang melihat apa yang telah kamu kerjakan kepada orang lain, tetapi masih tetap menginginimu. Wanita sihir ini mematut dirinya dengan pakaian indah-indah dan penuh permata, menutupi mukanya dengan cadar, kemudian mulai merayu manusia. sangat banyak dari mereka yang mengikutinya menuju kehancuran diri mereka sendiri. Rasulullah bersabda, di hari pengadilan, dunia ini akan tampak dalam bentuk seorang nenek sihir yang seram, dengan mata yang hijau dan gigi bertonjolan. Orang-orang yang melihat mereka akan berkata, "Ya ampun, siapa ini."


Malaikat pun akan menjawab, “Inilah dunia yang deminya engkau bertengkar dan berkelahi serta saling merusakkan kehidupan satu sama lain.” Kemudian wanita itu akan dicampakkan ke dalam neraka sementara dia menjerit keras, “Oh Tuhan, di mana pecinta-pecintaku dulu?” Tuhan pun kemudian akan memerintahkan agar mereka juga dilemparkan mengikutinya. Orang-orang yang telah mengumbar diri tanpa batas dengan kesenangan dunia ini, pada saat kematiannya akan seperti seorang yang memenuhi perutnya dengan bahan makanan terpilih dan lezat, kemudian memuntahkannya.


Kelezatannya telah hilang, tetapi ketidakenakkannya tinggal. Makin berlimpah harta yang telah mereka nikmati, taman-taman, budak-budak laki dan perempuan, emas, perak dan lain sebagainya, akan makin  keraslah mereka rasakan kepahitan berpisah dari semuanya itu. Kepahitan ini akan terasa lebih berat dari kematian karena jiwa yang telah menjadikan ketamakan sebagai suatu kebiasaan tetap akan menderita di dunia yang akan datang akibat kepedihan nafsu-nafsu yang tak terpuasi (Eddy junaedi: 2010), untuk itu berhati-hatilah dengan dunia ini agar kita selamat dunia dan akhirat. ***
Guru SMAN 1 Tebing Tinggi, Kepulauan Meranti