Demi Prosesi RBT

Warga Tionghoa di Perantauan Pulang Kampung

Warga Tionghoa di Perantauan Pulang Kampung

BAGANSIAPIAPI (riaumandiri.co)- Walau berada di daerah perantauan yang jauh dari kampung halaman, namun warga Tionghoa rela pulang ke Bagansiapiapi demi menyaksikan dan mengikuti prosesi Ritual Bakar Tongkang.
Sebagian warga Tionghoa sangat mempercayai jika tidak mengikuti prosesi Ritual Bakar Tongkang membuat ada yang mengganjal di dalam hati atau menimbulkan rasa penyesalan. Apalagi jika tidak melihat langsung arah tiang tongkang itu jatuh.
Dua warga tionghoa asal Bagansiapiapi yang telah tinggal menetap di ibukota Jakarta, Ang Bili (42) dan Sutanti (70), saat berbincang dengan wartawan, di sela-sela prosesi pembakaran Replika Kapal Tongkang, Selasa (21/6) sore, mengaku rela pulang untuk menyaksikan secara langsung prosesi pembakaran tongkang, walaupun harus mengeluarkan biaya cukup besar.
Kedua warga Tionghoa ini mengaku kalau dirinya mengeluarkan biaya Pulang Pergi (PP) dari Jakarta -Bagansiapiapi masing-masing Rp2 juta, di luar biaya makan minum. "Di Bagan kami tinggal di tempat keluarga, jika menginap di hotel atau penginapan mungkin biayanya lebih besar lagi," ujarnya sembari bercanda.
Ang Bili juga mengaku kalau dirinya tidak menghiraukan berapa biaya yang dikeluarkan demi melihat secara langsung prosesi pembakaran kapal tongkang yang telah menjadi tradisi dan warisan leluhur itu.
"Suami saya orang asli Bagansiapiapi, tapi telah meninggal dunia. Kalau anak saya ketiga-tiganya di Jakarta. Kalau di Bagan, saya tidak punya rumah, tapi masih punya keluarga," sebutnya, sembari mengaku senang dan girang dapat menyaksikan prosesi pembakaran Tongkang.
Ia mengaku hampir setiap tahun datang kebagansiapiapi. "Dulu waktu suami saya masih hidup kami sempat tinggal di Bagansiapiapi, barulah kami pindah kejakarta. Walaupun kami tinggal dijakarta, namun kami setiap tahunnya tetap pulang kebagansiapiapi untuk menyaksikan prosesi bakar tongkang. setelah suami meninggal saya kebagansiapiapi ditemani oleh anak-anak," ujarnya dengan logat Bahasa Hokkian.(hrc/hen)