Kivlan: Wahyu Setiaji Pimpin Kebangkitan PKI

Kivlan: Wahyu Setiaji Pimpin Kebangkitan PKI

JAKARTA (riaumandiri.co)-Mantan Kepala Staf Kostrad, Mayor Jenderal (Purn) TNI Kivlan Zen, berbicara blak-blakan terkait isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia alias PKI di Tanah Air.

Menurutnya, PKI sudah kembali bangkit. Karena itu, harus ada langkah pencegahan yang dilakukan sebelum PKI semakin kuat dan akhirnya mengancam ketahanan negara. Pemerintah pun diminta tidak meminta maaf.

Saat ini, PKI bahkan telah membentuk struktur partai mulai dari tingkat pusat hingga daerah. Ia juga menyebutkan bahwa sejak dua minggu lalu, mereka telah menyiapkan hingga 15 juta pendukung.

"Susunan partai sudah ada, pimpinan Wahyu Setiaji. Dari tingkat pusat sampai daerah," ujar Kivlan, saat ditemui di sela-sela acara Simposium Nasional "Mengamankan Pancasila dari Ancaman Kebangkitan PKI dan Ideologi Lain" di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (1/6).
Namun, Kivlan tidak menjelaskan lebih jauh mengenai sosok Wahyu Setiaji yang dimaksud.

Kivlan Zen Kivlan melanjutkan, kantor PKI yang lama berada di samping Hotel Acacia, Jalan Matraman, Jakarta. Kantor lama yang sudah seperti rumah hantu itu disebut akan segera direnovasi untuk diaktifkan kembali. Bukti kegiatannya adalah maraknya brosur-brosur yang disebar serta Majalah Historika.

Ditambahkannya lagi, PKI akan mendeklarasikan diri dalam waktu dekat. "Mereka siap untuk deklarasi. Rancangan maksimal mereka 2017, mereka akan bangkit memproklamirkan ketika negara meminta maaf kepada mereka karena mereka tidak bersalah kata mereka," jelasnya.

Ia pun menyebutkan, para anggota PKI kini sudah masuk ke parlemen dan masuk ke partai-partai lain.

"Ribka Tjiptaning terang-terangan mengakui dia bangga jadi anak PKI, masuk DPR. Dia sudah bilang itu tugu yang di lubang buaya mau dihancurkan, diomongkan kok, dendam sekali dia," ucap Kivlan.

Sejumlah pihak disebut Kivlan turut memfasilitasi kebangkitan kembali PKI, mulai dari menteri hingga panitia di balik terselenggaranya simposium tersebut.
"Ada (yang fasilitasi). Menko Polhukam sama Agus Widjojo," tuturnya.

Kivlan menambahkan, harus ada langkah pencegahan yang dilakukan sebelum PKI semakin kuat dan akhirnya mengancam ketahanan negara. Ia pun mengajak seluruh masyarakat untuk siap melawan kebangkitan PKI.

"Rekomendasi ke pemerintah jangan minta maaf, ini juga simposium. Pasukan kita siap perang kok," tutur dia.

Hal senada juga dilontarkan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab. Pihaknya  menilai, ada propaganda masif yang membuat masyarakat tak sadar akan kebangkitan komunisme di Indonesia.

"Kita di sini semua paranoid, maka di sini ingatkan mana ada Partai Komunis Indonesia (PKI) sudah bubar," ujarnya.

Dia mengatakan adanya kelompok yang bersikeras mengganti TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966 merupakan bukti kebangkitan PKI. "Kalau dicabut ini menguntungkan keluarga bekas PKI. Yang untung bukan negara, yang untung adalah kader-kader PKI," ujar Rizieq.

Indikasi berikutnya, menurut dia, adalah penghentian pemutaran film Pengkhianatan G30 S. Padahal, biasanya film itu setiap tahun diputar, tetapi setelah 1998 sudah mulai dihentikan.
"Ini siapa yang berani. Ini indikasi kebangkitan PKI yang tak terbantahkan. Kalau tidak merapatkan barisan PKI akan melibas kita semua," tambahnya.

Laporkan ke Saya Menanggapi pernyataan Kivlan yang menyebutkan dirinya ikut memfasilitasi kebangkita PKI, Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan enggan menanggapi banyak.

"Tanya saja sama yang ngomong. Mereka yang mau simposium, kenapa saya yang salah," ujar Luhut di Kantor Kemenko Polhukam.

Luhut juga mengaku dirinya tidak mengetahui dan belum mendapatkan informasi mengenai kebangkitan PKI tersebut. "Tanya saja beliau. Saya tidak punya informasi dan saya punya kuping, mata, badan intelijen, saya tanya, kita belum temukan itu," ujarnya.

Jika Kivlan tahu di mana markas PKI yang disebutnya berada di wilayah Matraman, Jakarta Pusat, lanjut Luhut, dirinya meminta laporan lengkapnya. "Kalau beliau tahu, tolong laporkan di mana tempatnya, nanti kita lihat," kata Luhut. (bbs, dtc, kom, ral, sis)