Gunung Sinabung Bentuk Lidah Lava Baru

Gunung Sinabung Bentuk Lidah Lava Baru

 

Siroga (HR)-Pascapeningkatan status aktivitas Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, dari Siaga (level III) menjadi Awas (level IV) pada 24 November 2013 lalu, selanjutnya aktivitas vulkanik ditandai dengan pembentukan kubah lava di kawah utama puncak sejak awal hingga akhir Desember 2013. Seiring dengan itu, diikuti terjadi awan panas guguran akibat ketidakstabilan kubah lava.
Puncak kejadian awan panas terjadi pada 11 hingga 16 Januari 2014, setelah itu aktivitas vulkanik turun tajam dan kembali naik perlahan ditandai dengan pembentukan lidah lava hingga awal Maret 2014.
Kali ini Gunung Sinabung kembali membentuk lidah lava baru pada pertengahan November 2014. “Lidah lava baru sepanjang 200 meter mengarah ke selatan,” ungkap Ahmad Nabawi, petugas pos pengamatan Gunung Sinabung di Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat kepada wartawan, baru-baru ini di kantornya.
Nabawi menjelaskan, pembentukan lidah lava baru pada Gunung Sinabung akibat dari jebolnya dinding kubah lava di sebelah selatan. Panjang lidah lava ini mencapai 200 meter, yang setiap saat bertambah secara perlahan ke bawah lereng atau lembah Sinabung.
Dikatakannya, walau lidah lava Sinabung sudah bertambah menjadi dua, aktivitas Sinabung belum mengalami penurunan masih bersifat fluktuatif. Namun potensi erupsi bersifat eksplosif masih bisa terjadi, ancamannya terbatas pada radius kurang dari 3 kilometer.
“Hingga saat ini status Sinabung masih tetap Siaga (level III), namun aktivitasnya masih tetap tinggi. Sinabung masih terus meluncurkan awan panas guguran dan terjadi gempa guguran, gempa Low Frekuensi (IF), Gempa hibrid maupun gempa vulkanik,”katanya.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, M Hendrasto ketika dihubungi wartawan melalui telepon selulernya menjelaskan, pertumbuhan kubah lava berpotensi menimbulkan aliran lava, guguran lava pijar dan awan panas. Guguran lava pijar dari kubah lava, aliran lava dan awan panas masih mengancam ke arah selatan hingga tenggara cenderung ke arah timur.
Ditambahkannya, potensi aktivitas pada lubang tembusan fumarola baru di lereng utara (Lau Kawar) masih ada, walau hingga saat ini sudah tidak menunjukkan perkembangan. Mengingat, alterasi yang cukup kuat, ini akan memperlemah kesetabilan lereng utara berpotensi menimbulkan longsor dan banjir bandang pada waktu musim hujan, yang terbatas pada daerah sekitar lembah. (anl/ivi)