Korban Sandera Abu Sayyaf Tiba di Padang

Wendi Ingin Kembali Bekerja Sebagai ABK

Wendi Ingin Kembali Bekerja Sebagai ABK

PADANG (riaumandiri.co)-Suasana haru mewarnai kedatangan Wendi Rakhadian di Bandara Internasional Minangkabau, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, Selasa (3/5) sekitar pukul 09.30 WIB.

Wendi Salah seorang awak Kapal Brahma 12, yang juga korban penyanderaan kelompok militan Abu Sayyaf ini dipulangkan menggunakan pesawat terbang Citilink.

Orangtua Wendi, Aidil dan Asmizar, tak mampu membendung air matanya ketika melihat anaknya turun pesawat menuju pintu kedatangan BIM. Mereka langsung memeluk Wendi yang mengenakan baju putih tanpa krah dan celana hitam.

Sejumlah pejabat tampak ikut menyambut kedatangan Wendi di antaranya Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit dan Walikota Padang Mahyeldi Ansharullah dan Wakil Walikota Padang Emzalmi, beserta beberapa pejabat daerah Kota Padang.

Sejumlah awak media beberapa saat sebelum kedatangan Wendi juga sudah berada di BIM.  Tidak ketinggalan juga masyarakat yang berada di bandara juga penasaran dengan rupa pemuda bertubuh kurus ini, bahkan sesekali ada juga yang bertanya siapa Wendi Rakhadian.
 
Tidak berlama-lama di bandara, anak pertama dari tujuh bersaudara itu langsung diperkenankan naik ke mobil dinas milik Wakil Walikota Padang Emzalmi menuju kediamannya di samping kantor Pusdalops BPBD & PK Kota Padang, tepatnya di Pasar Ambacang, Kecamatan Kuranji.

Sesampainya di kediaman, Wendi disambut tetangga dan kerabat keluarganya yang memang sudah menunggu kedatangannya sejak dua hari lalu. Dengan wajah ceria dan sedikit lelah, Wendi  menebarkan salam, sapa, dan senyum kepada setiap orang yang datang kepadanya.

Bahkan sebelum berisitirahat, ia tetap berkenan meladeni beberapa pertanyaan wartawan. Dengan sedikit santai, ia menceritakan awal kejadian ia dan kesembilan rekannya disandera oleh kelompok perompak Abu Sayyaf pada 26 Maret 2016 lalu.
Ia masih ingat bagaimana 11 orang dari kelompok Abu Sayyaf mendatangi kapal tempat ia dan sembilan rekan lainnya berada menggunakan speed boat. Kemudian ia diperintahkan oleh Abu Sayyaf dengan menggunakan bahasa Inggris untuk dibawa ke sebuah pulau yang tidak diketahui namanya di perairan Filipina pada malam saat kejadian.

"Kami berpindah-pindah tempat tidur dari pulau ke pulau. Alasan mereka untuk berjaga-jaga agar tidak terjadi baku tembak. Mereka juga beralasan demi keselamatan kami. Kelompok tersebut selalu membawa pistol jenis M-16 selama penyanderaan," paparnya.

Selama disandera, ia juga menceritakan bagaimana mereka makan, minum, dan mandi serta buang air kecil dan besar. Ia mengatakan, bahwa Abu Sayyaf selalu memberi mereka makan ketika kelompok Abu Sayyaf makan. Tidak ada yang kelaparan. Kelompok Abu Sayyaf selalu melaksanakan ibadah salat. Salah satu sandera yang non-muslim mengaku muslim karena takut dibunuh oleh oleh Abu Sayyaf.

Menurut Wendi, perlakuan penyandera cukup baik. “Namun kami tidak pernah mengenal wajah kelompok tersebut, karena selalu mengenakan topeng dan penutup muka," ungkap Wendi.

Wendi mengatakan bahwa ia atau sandera lainnya selalu dikawal oleh satu orang kelompok Abu Sayyaf  ketika hendak buang kecil maupun besar di hutan tempat mereka menetap.

Tetap Bekerja di Kapal Wendi mengatakan, ia akan kembali bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK), namun untuk saat ini dia fokus untuk berkumpul bersama keluarga dan menghilangkan rasa trauma terlebih dahulu.

"Nanti jika sudah siap, saya akan kembali bekerja di perusahaan yang sama. Perusahaan menjamin untuk menerima kembali jika saya dan sembilan ABK yang lainnya kembali masuk bekerja," katanya.

Wendi Rakhadian merupakan tamatan SMA Negeri 9 Padang. Ia lantas melanjutkan pendidikan ke sekolah perkapalan di Jakarta selama 3 bulan, dan bekerja di PT Patria Maritim Line sebagai ABK di kapal Tugboat Brahma 12.

Bagi Wendi, kejadian tersebut adalah risikonya bekerja di perairan sebagai ABK. "Rasa trauma dan syok sudah pasti kami dapatkan, namun itu semua tidak membuat saya mundur sebagai ABK," ucapnya.

"Yang terpenting saya sudah merasa sedikit santai dan berkurang rasa trauma karena sesaat setelah sampai di Ibukota, kami langsung cek kesehatan seperti jantung, gigi, dan terapi trauma di RSPAD Gatot Subroto," katanya.

Seperti diberitakan sebelumnya, 26 Maret 2016 lalu, Pemerintah Indonesia memastikan bahwa kapal yang ditumpangi oleh Wendi bersama dengan sembilan ABK lainnya, dibajak dan disandera oleh kelompok militan Filipina Abu Sayyaf di perairan Tawi-tawi di Filipina Selatan saat kapal mereka membawa muatan batu bara.

Kelompok Abu Sayyaf meminta tebusan sebesar USD 1 juta atau setara Rp14,3 miliar untuk membebaskan 10 WNI tersebut dari sekapan kelompok tersebut. Namun mereka akhirnya dibebaskan setelah bernegosiasi dengan utusan pemerintah Indonesia. ***


Wendi bersama ayahnya, Aidil di Bandara Internasional Minangkabau, Selasa (3/5) kemarin. RIVO SEPTI ANDRIES