Jalan Alai-Mengkikip Sulit Rampung

Dituding akibat Perencanaan Kurang Matang

Dituding akibat Perencanaan Kurang Matang

SELATPANJANG (riaumandiri.co)-Pembangunan jalan Alai- Mengkikip untuk mendukung operasional kapal penyeberangan Berembang, hingga saat ini masih belum rampung.

Artinya, ruas jalan Alai-Mengkikip menuju Kampung Balak tersebut hingga memasuki tahun ke 5 saat ini masih belum bisa berfungsi sebagaimana diharapkan.

Dimana ruas jalan antara Desa Kundur dan Mengkikip, serta ruas jalan dari Mengkikip hingga sampai ke Pelabuhan Ro-ro yakni di Desa Kampung Balak itu, kondisinya belum bisa dilewati kendaraan bermotor.

Ada beberapa kilo meter jalan tersebut nyaris tak bisa dilalui. Setidaknya di sepanjang 10 Km ruas jalan antara Desa Kundur dan Mengkikip tersebut, bodi jalannya sangat rendah. Sehingga jalan itu hampir di sepanjang waktu terendam banjir.

Parahnya lagi, kondisi jalan yang terdiri dari tanah gambut tebal itu, sangat labil. Sehingga pembangunan jalan tersebut mestinya dilakukan dengan konstruksi jembatan layang. Namun dengan konstruksi seperti membangun jembatan tol itu, tetap akan mengalami resiko, sebab kontur tanah gambut yang tidak mendukung.

“Kesimpulan yang bisa diberikan saat ini atas pembangunan ruas jalan Alai- Mengkikip itu, menurut Ir. Aznil Fazri, Pengamat Pembangunan Riau yang juga Arsitek Lanscape kepada Haluan Riau Kamis kemarin, mengatakan hal itu terjadi akibat perencanaan yang kurang matang.

Aznil menuding kegiatan survey lapangan sebelumnya tidak dilakukan secara konfrehensif. Bahkan diduga kuat konsultannya tidak mengetahui kondisi riil di lapangan.

Sebab, jika melakukan kajian berdasarkan study kelayakan, tentu saja akan ada upaya mengelak lintasan  jalan yang sangat sulit diatasi tersebut.

Barangkali konsultan perencanaanya tidak melakukan tugas sebagaimana  mestinya, yang akhirnya menyulitkan kontraktor pelaksana konstruksi. Sebab sama dengan resep obat yang diberikan dokter kepada pasien.

Jika dokternya memberikan diagnosa yang tidak tepat, tentu saja obat yang diberikan itu tidak akan membawa kesembuhan. Bahkan sebaliknya bisa jadi membahayakan.

"Inilah gambaran yang terjadi atas pelaksanaan pembangunan jalan Alai- Mengkikip jika melihat dan mengikuti perjalanan pembangunan jalan Alai Mengkikip tersebut sejak tahun 2011 lalu hingga saat ini,"ungkap Aznil lagi.   

Ditambahkannya, untuk merampungkan pembangunan ruas  jalan yang rendah atau berawa dan sangat labil itu menurutnya harus dengan konstruksi jembatan layang. Sebab dengan konstruksi rigid saja, hal itu dipastikan tidak akan mampu bertahan, karena kontur tanah yang tidak mendukung.

Disebutkan dia lagi, jika toh harus dipaksakan pembangunan ruas jalan tersebut, maka menurutnya tidak ada pilihan lain kecuali pemerintah harus menganggarkan dana yang cukup besar untuk membangun konstruksi jalan layang dengan menggunakan tiang pancang.

Sehingga dengan menggunakan tiang pancang maka bangunan jalan yang akan dibangun itu nantinya bisa bertahan dalam batas waktu yang ditentukan,”kata dia.

Pantauan Haluan Riau di lapangan, menyimpulkan sebaiknya konsultan perencana awal pembangunan jalan tersebut sangat layak ditanyai kembali.

Apakah pelaksanaan pembangunan itu sesuai dengan rencana awal, atau ada perubahan. Sebab dengan kondisi ruas jalan seperti itu tentu tidak mesti memaksakan koordinat yang harus dibangun untuk menuju Kampung Balak.

Sebab dengan medan yang begitu sulit itu, barangkali ada pilihan alternatif lain. Apakah dengan mengalihkan lintasan, maupun dengan konsep perencanaan konstruksi yang matang.

Sehingga pemerintah setiap tahunnya tidak membuang-buang dana percuma, sementara konstruksi yang dibangun tetap tidak bisa dipertahankan.

Harapan pemeritah pusat maupun provinsi dan juga daerah untuk membuka ke-terisolir-an Meranti, akhirnya tetap kandas. Sebab sisi darat dari pengoperasian KM Berembang hingga saat ini masih menjadi kendala utama.***