Anak Petani Siak Raih Prestasi Tingkat ASEAN

Anak Petani Siak Raih Prestasi Tingkat ASEAN

Ilmu itu memang sangat luas dan bisa diraih bagi mereka yang tekun dan bersungguh-sungguh. Tak peduli siapa dan darimana asalnya. Meski dari kalangan petani dan buruh sekali pun.

Hal itulah yang telah dibuktikan Asma Wati, anak dari pasangan Agusman dan Aminah, serta Ade Arya Irawan, anak dari pasangan Sukardi dan Susri. Meski dua pelajar SMPN 01 Mempura,

Anak Kabupaten Siak ini lahir dari keluarga petani dan buruh harian, namun keduanya bersama dua rekannya yang lain, yakni Muhammad Iqbal dan Safiga Arinda, mampu menoreh prestasi membanggakan di tingkat ASEAN.

Berbekal hasil penelitian tentang pupuk kompos, mengolah serai menjadi pupuk cair organik, keempat siswa itu berhasil mendapatkan gelar juara harapan I, dalam ajang Southeast Asian Ministers of Education Organization-Regional Centre for Education in Science and Mathematics (SEAMEO-RECSAM). Kegiatan itu digelar selama tiga hari di Penang, Malaysia, akhir pekan lalu.

Meski terkesan simpel, namun hasilnya luar bisa. Pupuk organik hasil temuan empat siswa itu, telah teruji dan mampu mempercepat pertumbuhan tanaman kangkung, sehingga bisa dipanen dalam usia dua minggu.
Yang lebih membanggaka, keempat siswa SMP 01 Mempura itu, mamapu melakukan presentasi dengan baik di hadapan penguji.

"Pertama persentasi sempat gugup, namun setelah lima menit jadi tenang. Pengujinya ramah, kami diajak dialog seperti teman sendiri. Kami langsung dekat dan bisa mudah menjelaskan semua yang ditanya," terang Asma Wati, Rabu kemarin di kediaman Bupati Siak.

Menurutnya, karya ilmiah itu berasal dari ide guru pembimbing mereka. Untuk menambah referensi, ia dan kawan-kawan mempelajari hasil karya profesor Universitas Riau yang dikenal fokus meneliti organik formik atau pengolahan pupuk kompos.
"Referensi lain kita ambil dari internet," imbuhnya.

Di balik prestasi itu, perjuangan Asma untuk mengenyam dunia pendidikan tidaklah mudah, setiap hari ia mengayuh sepeda ontel. "Pagi jam 6 saya berangkat pakai sepeda, jam 7 sampai sekolah," terang Asma Wati.

Meski harus bersepeda, namun ia tidak patah semangat, justru malah termotivasi untuk terus belajar. Apalagi saat ini ia memiliki teman untuk sama-sama melakukan penelitian, kesibukan itu menjadi hal yang menyenangkan.

Penguji Kaget
Asma Wati mengaku keberangkatannya ke Malaysia menjadi pengalaman berharga bagi dirinya. Selain bisa bertemu dengan pelajar berprestasi se-ASEAN, juga menambah mentalnya menjadi berani tampil di hadapan orang banyak.

Saat ia persentasi, penguji sempat kaget. "Penguji terkejut dan salut saat kami jelaksan bahwa kami masih SMP. Karena rata-rata yang ikut lomba peneliti muda ini berasal dari siswa SMA sederajat," ungkapnya.

Rasa bangga juga dirasakan Kepala SMPN 01 Mempura, Winda Harniati. Sebab saat presentasi, mereka bisa memberikan jawaban dengan baik. "Kami bangga, anak-anak tidak demam panggung, semua pertanyaan penguji terjawab," kata Winda Harniati.

Meski hanya Meraih harapan I, namun sebuah kebangaan bagi pihaknya, karena bisa bersaing dengan 250 perserta dari negara-negara se-ASEAN. "Ini menunjukkan, kami juga bisa bersaing dengan sehat, dengan apa yang ada di lingkungan kami," ujarnya.

Bupati Apresiasi
Keberhasilan para pelajar Siak itu, juga mendapat apresiasi dari Bupati Siak H Syamsuar. "Ini menjadi kebanggaan bagi kita, meski harapan I, kita harus lihat siapa juara di atasnya. Juara 1 dan 2 dari Pilipina, negara yang memang dunia pendidikanya sudah maju. Juara 3 diraih SMK 38 Jakarta, dan SMPN 01 Mempura bisa juara 4," kata Syamsuar.

Menurut Syamsuar, ini membuktikan bahwa anak Siak memiliki kemampuan untuk bersaing. "Meski banyak yang menilai negri jiran hebat-hebat, namun terbukti anak-anak Siak berhasil menjadi peraih penghargaan saat mengikuti lomba hasil temuan di Malaysia. Ini merupakan bukti keberhasilan program pendidikan di Siak," kata Syamsuar.

Syamsuar mengingatkan kepada 4 siswa itu beserta guru pembimbing dan Kepala Sekolah untuk tidak puas dan terus melakukan penelitian. Ia berharap hasil penelitian itu bisa dikembangkan, dan kemudian bisa disosialisasikan untuk diterapkan ke petani.

"Nanti kita undang petani untuk belajar bagaimana cara membuat pupuk organik ini dan cara penggunaanya, kita berharap petani bisa memanfaatkan ilmu ini untuk meningkatkan produksinya," kata Syamsuar.

Lebih jauh, Syamsuar berharap agar sekolah lain bisa mengikuti apa yang dilakukan pelajar SMPN 01 Mempura ini, kepada para guru diminta tidak hanya sebatas menyampaikan materi dalam kurikulum, namun bisa merangkul pelajar untuk mencari temuan baru.

"Semua sekolah bisa menunjukkan prestasinya, saya minta guru tidak hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran, namun bisa membimbing siswa untuk berkarya," kata Bupati.

Lebih jauh, Bupati mengingatkan kepada seluruh warga Siak dan para pelajar untuk tidak minder dengan bangsa lain. Sikap minder dan memandang tingi bangsa lain membuat kita kerdil, dan tidak berani bersaing. "Dalam menghadapi kehidupan, kita tidak perlu minder,"

Bupati mengajak masyarakat untuk tidak mau dilecehkan oleh bangsa lain. Karena tidak ada yang membedakan bangsa kita dengan bangsa lain, memiliki kemampuan yang sama. (lam)