Era Disruption Butuh Disruptive Leader

Era Disruption Butuh Disruptive Leader

Oleh: Dr Irvandi Gustari
(Akademisi & Praktisi Bisnis)

RIAUMANDIRI.CO - Pada era disrupsi, banyak pihak mengaku sudah bertransformasi menjadi disruptive leader. Namun pengakuan itu  bilamana hanya sebatas “Geer” (GR) saja memang akan beresiko pada Lembaga yang dipimpinnya. Menjadi seorang yang riil disruptive leader tidak saja dituntut paham tentang prinsip dasar philosopi, dari disrupsi teknologi itu sendiri namun lebih dari itu. Jangan salah kaprah, untuk bisa ngeles (mengelak), banyak soal umur dibawa-bawa untuk disrupsi teknologi, dengan alasan gagap teknologi karena bukan termasuk kelompok umur milenial.

Contoh korban nyata yang berakibat telak, adalah kisah nyata pada perusahan Kodak. Siapa sih yang ngak kenal Kodak. Pada era tahun 70-an- sampai dengan 80-an, bila kita ingin cari kamera, maka pasti cari Kodak, dan bila ada pihak yang ingin difoto, sering kita dengar: “tolong kodak satu dulu ya”. Tapi karena leadernya ngak punya sikap yang tegas tentang disrupsi teknologi, maka sampai saat ini Kodak susah bangkit. Seperti apa kisahnya? Era kamera digital sebenarnya Kodak lah yang penemu pertamanya dan oleh Divisi R & D Kodak telah berhasil menemukan tekonologi digital kamera itu pada tahun 80-an, namun oleh para petinggi Kodak lainnya yang sudah nyaman dengan kejayaan dan tingkat keuntungan yang diraih, maka dianggap penemuan tentang digital kamera itu sebagai pemborosan biaya riset. Akhirnya temuan inovasi Kodak Digital terkubur begitu saja. 


Pada tahun 90-an, Sonny mengeluarkan kamera digital pertama, dan hal itu membuat dunia terkagum -kagum dan meledaklah dipasaran. Para petinggi Kodak pun terbangun dari tidur nya , namun mereka sudah terlambat dan walaupun juga akhirnya meneruskan hasil riset teknologi kamera digitalnya, namun Kodak bukan lagi dikenal sebagai pionir bidang kamera, dan hanya dianggap sebagai follower. Ini hanya contoh sekelumit bahwa seorang leader yang tidak bertipikal disruptive leader maka maka yakinlah Lembaga yang dipimpinnya akan merosot kinerjanya dan tertinggal jauh dan akhirnya terkubur sendiri dan sulit untuk bangkit lagi, karena sudah tertinggal jauh dari para pesaingnya.

Memang pembahasan tentang disruptive leader ini tak cukup lah bila kita bahas pada artikel ini dengan ruang tulisan yang terbatas. Namun dari sejumlah literatur dapat dikumpulkan dan disarikan, hal lain yang wajib dipenuhi seorang leader bila ingin menjadi seorang Leader Disruptive sejati selain pembahasan diatas, ada 3 hal lainnya lagi . 

Pertama. Sikap legowo akan transparansi yang terwujud dalam era disrupsi ini, harus menjadi value atau nilai-nilai utama yang dimiliki bagi seorang Leader. Dalam era disrupsi, seorang disruptive leader akan menjadikan teknologi bukan sebagai ancaman, namun diperlakukan sebagai alat untuk membuka peluang seluas-luasnya.  Banyak contoh  yang dipertontonkan kepada kita, era transparansi sebagai dampak positif dari era teknologi ini, justru “diakalin” agar transparansi tidak berjalan. Konsekuensi dari era disrupsi memang transparansi muncul dimana-mana dan tidak ada lagi yang bisa disembunyikan.

Kedua, dampak efisiensi dan menimbulkan musuh dari internal sendiri. Era teknologi yang cepat dan serba digital dan serba aplikasi dan serba platform menjadikan manusia-manusia yang kurang berkompeten masuk kedalam kelompok marginal didalam suatu lembaga atau perusahaan. Seorang disruptive leader sejati tidak sepatutnya memiliki sikap yang ambigue atau mendua, di satu pihak ingin Lembaga yang dipimpinya berteknologi canggih dan disisi lain, para karyawan yang menjadi kelompok marginal karena kompetensinya tidak mencukupi, tidak diatasi dengan baik dan dikelola hanya  dengan penuh perasaan namun bukan dengan ketegasan. Para kelompok marginal inilah yang akan jadi benalu , ibarat jadi penumpang gelap dalam Lembaga atau perusahaan tersebut.

Ketiga, Komitmen 36 jam, artinya dalam era disrupsi, seorang leader tidak cukup berkomitmen penuh hanya 24 jam sehari, namun lebih dari itu. Itu bermakna, seorang disruptive leader tidak bisa beralasan tidak bisa diakses dan menunda keputusan. Kapan pun dan dimanapun, untuk saat ini seorang disruptive leader memang dituntut berkomitmen penuh dan tidak hanya sebatas wacana,  namun sudah merupakan tuntutan dari untuk memenangkan persaingan yang sangat ketat dan cepat dalam era disrupsi ini.

Apakah anda termasuk dalam kategori disruptive leader? Seorang pemimpin adalah orang yang melihat lebih dari yang orang lain lihat, yang melihat lebih jauh daripada yang orang lain lihat dan yang melihat sebelum orang lain melihat.” – Leroy Eimes. A good objective of leadership is to help those who are doing poorly to do well and to help those who are doing well to do even better. By: Jim Rohn **