Ribuan Rumah Terendam Puluhan Desa Terisolir 3 Jembatan di Rohul putus

Banjir Makin Parah

Banjir Makin Parah

PEKANBARU (riaumandiri.co)-Banjir yang melanda tiga kabupaten, yakni Kampar, Rokan Hulu dan Kuantan Singingi, semakin parah pada Selasa (9/2) kemarin. Akibat banjir tersebut, ribuan rumah terendam, puluhan desa terisolir karena akses jalan tertutup banjir. Banjir juga membuat beberapa jembatan putus.

Di Kabupaten Kampar, banjir terjadi akibat meluapnya air Sungai Kampar. Kondisi ini juga akibat dibukanya lima pintu air di bendungan PLTA Koto Panjang. Banjir membuat ribuan rumah masyarakat tenggelam dan aktivitas mereka lumpuh total.

Dari pantauan lapangan, Selasa kemarin, banyak masyarakat Kampar yang menggunakan badan jalan lintas Riau-Sumatera Barat, sebagai tempat mengungsi sementara karena rumah mereka terendam.
Sementara di sejumlah titik, kemacetan panjang tampak terjadi. Hal itu disebabkan badan jalan lintas juga ikut terendam.

Banjir
Hal ini berbuntut pada terjadinya antrean kendaraan yang terjebak macet, yang panjangnya mencapai belasan kilometer.

Kemacetan terjadi mulai dari Rumbio hingga Kota Bangkinang. Hingga Selasa malam pukul 22.00 WIB, kemacetan panjang masih terjadi di Jalan Raya Pekanbaru-Bangkinang. Polisi pun terpaksa harus membut rekayasa jalan dengan sistem buka tutup.

Banjir besar yang baru pertama kali dirasakan masyarakat Kampar ini menyebabkan beberapa desa di Kampar terisolir. Seperti Desa Pulau Lawas dan Muaraway dan desa lainnya. Warga pun terpaksa harus menyiapkan makananan dari luar dan dibawa dengan menggunakan sampan, karena kendaraan tidak bisa menuju desa tersebut akibat tingginya air hingga mencapai dada orang dewasa.

Kepala desa Pulau Lawas, Nazaruddin mengatakan, ada sekitar 200 KK warga yang terisolir dan butuh bantuan bahan pokok, seperti makanan siap saji, minuman, obat-obatan dan peralatan untuk istirahat seperti selimut, kasur, tikar dan yang lainnya.

"Saat ini kami menyiapkan makanan bagi warga yang ada di desa kami. Ini kami membawa nasi ramas untuk mereka, karena kalau mau keluar tidak bisa jalan tertutup banjir," ujar Nazaruddin.


Siapkan Bantuan
Sementara itu, Plt Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, yang langsung turun ke lokasi banjir mengatakan, saat ini Pemerintah Provinsi Riau telah menyiapkan bantuan baik bahan pokok maupun logistik lainnya untuk membantu meringankan beban masyarakat.

"Kondisi seperti ini masih akan terus berlanjut, dan kita Pemprov Riau sudah mengirimkan bantuan. Kita secara bersama baik Dinsos, Diskes dan BPBD turun kelapangan melihat langsung kondisi yang terjadi. Peralatan yang dibutuhkan seperti makanan, obat-obatan, tenda dan perahu karet sudah kita serahkan kepada Bupati," ujar Plt Gubri, di sela-sela peninjauan banjir di desa Pulau Lawas, dan didampingi oleh Bupati Kampar Jefry Noer.

Plt Gubri menjelaskan, banjir yang melanda sebagian besar wilayah Kampar ini dikarenakan masih dibukanya pintu spill way bendungan PLTA Koto Panjang, dan banjir kiriman dari wilayah Hulu, Bukit Barisan yang masih diguyur hujan hingga Selasa kemarin.

"Pihak PLTA kalau bendungannya sudah penuh mereka akan membukanya. Dan kita berharap kondisi seperti ini tidak lama dan tidak menambah adanya korban," ungkap Plt Gubri.

Dalam kesempatan itu, Plt Gubri yang didampingi Asisten II Setdaprov Riau, Masperi, Kadiskes Andra, Kadinsos Syarifuddin, Kadis Binamarga Syafril Tamun dan Kepala BPBD Riau, Edwar Sanger, langsung menunu PLTA Koto Panjang untuk memastikan sampai kapan pintu PLTA tersebut ditutup.

Di tempat itu, Plt Gubri disambut pimpinan PLTA Syahminan dan manajer Bayu. Dalam keterangannya, Bayu membenarkan pihaknya terpaksa harus membuka lima pintu spillway bendungan. Karena derasnya arus air yang datang dari hulu yang menyebabkan semakin tingginya air di bendungan PLTA Koto Panjang.

"Kita terpaksa harus membukanya air yang datang dari hulu itu mencapai 4 ribu meter per detik. Biasanya air yang mampu ditahan itu 400-500 meter per detik. Kita menjaga ketinggian air, karena bendungan ini hanya mampu ketinggian elevasi air waduk berada di kisaran 84,20 meter di atas permukaan laut. Tinggi elevasi diupayakan bertahan tidak di bawah 84 mdpl. Sementara batas maksimalnya tidak bisa di atas 85 mdpl," ungkap Bayu.

"Sebelum pintu dibuka, kita sudah umumkan kepada warga. Selama ini tidak pernah terjadi seperti ini dengan derasnya air dari hulu yang datang.  Tindakan yang kami lakukan ini sesuai dengan prosedur untuk menjaga waduk, dan keselamatan warga," jelasnya.

Sementara itu, Danrem 031 WB yang juga ikut meninjau banjir dan melihat langsung kondisi di waduk PLTA Koto Panjang, berharap kejadian serupa ini diharapkan tidak terjadi kembali. Menutunya ini terjadi akibat adanya ilegal loging di hutan yang ada di wilayah Riau.

"Kalau hutan kita masih utuh ini tidak akan terjadi, semuanya karena hutan di Riau sudah mulai habis oleh oknum yang melakukan ilegal loging," tegas Brigjen TNI Nurendi.

3 Jembatan Putus
Di Kabupaten Rokan Hulu, banjir akibat meluapnya Sungai Rokan Kanan dan Kiri, juga berdampak fatal. Tidak hanya merendam ribuan rumah warga dan jalan, banjir juga membuat tiga jembatan terputus. Kondisi itu membuat masyarakat tidak bisa ke mana-mana dan hanya bisa bertahan menunggu bantuan.

Salah satu daerah yang paling parah dilanda banjir adalah Kecamatan Kuntodarussalam. Di kecamatan ini, ketinggian air bisa mencapai dua meter. Yang lebih mengenaskan, luapan air juga membuat tiga jembatan terputus. Yakni jembatan di Danau Singkolek dan jembatan Sungai Boncah Ketapang yang berada di bawah kaki Bukit Juragan serta jembatan Sungai Omang. Sehari sebelumnya, banjir terlebih dahulu merusak jembatan Mentawai di Rokan IV Koto.

Menurut Kepala BPBD Rohul, Aceng Herdiana, hingga saat ini pihaknya belum bisa memastikan jumlah korban banjir. Meski demikian ia memperkirakan jumlah korban banjir di Rohul, mencapai ribuan kepala keluaga (KK). Hal itu bisa dipastikan karena banjir yang terjadi saat ini meluas hingga kebeberapa daerah di Kabupaten Rohul.

“Data korban banjir belum kita hitung karena saat ini kita masih fokus penanggulangan banjir di Kecamatan Rokan IV Koto dan Kuntodarussalam. Untuk kecamatan Kuntodarussalam, hari ini kita kerahkan anggota untuk melakukan evakuasi,” terangnya.

Sementara itu, anggota DPRD Rohul dari Fraksi PDIP, Zulfahi, mengharapkan pemerintah segera membantu masyarakat, khususnya dalam menyalurkan bantuan sembako dan obat-obatan.

“Harus kita akui bahwa banjir kali ini merupakan banjir terbesar sejak lima tahun terakhir. Biasanya, aktivitas masyarakat baru bisa pulih dua pekan ke depan. Jadi selama itu, pemerintah harus benar-benar memperhatikan masyarakat korban banjir," harapnya.


Puluhan Desa Terisolir
Di Kabupaten Kuantan Singingi, banjir juga merendam ribuan rumah warga, yang berada di sepanjang aliran Sungai Kuantan. Banjir juga merendam badan jalan provinsi dan kabupaten, sehingga membuat akses ke puluhan desa jadi terputus. Akibatnya, desa-desa itu pun jadi terisolir.

Seperti di kecamatan Kuantan Mudik dan Hulu Kuantan, air bahkan merendam jalan hingga setinggi dada orang dewasa. Akibatnya, banyak kendaraan terpaksa berhenti di tengah jalan karena tidak bisa melanjutkan perjalanan.

Kondisi itu terjadi di Desa Aur Duri, dimana air sejak Senin malam tidak bisa lagi dilalui kendraan roda empat maupun roda dua. Jalan kabupaten ini merupakan jalan penghubung antar kecamatan yakni Kuantan Mudik-Hulu Kuantan dan beberapa desa masuk wilayah Kuantan Mudik.

Banjir juga merendam jalan kabupaten menuju desa Kinali yang juga tidak bisa lagi dilalui kendraan apapun karena air sudah setinggi pinggang orang dewasa. Saat ini masyarakat yang berada didaerah tersebut menjadi terisolir karena tidak bisa keluar kecuali menggunakan sepeda motor itupun menggunakan rakit dan membayar hingga puluhan ribu rupiah.


Menurut data yang dirangkum hingga tadi malam, di Kecamatan Kuantan Mudik, ada 16 desa yang terendam banjir dengan jumlah rumah yang terendam mencapai 987 unit. Sedangkan di Gunung Toar sebanyak 101 rumah, Kuantan Tengah 2.058, Hulu Kuantan 23, Inuman 441 dan  Sentajo Raya sekitar 220 rumah.

Dari jumlah tersebut belum semua kecamatan datanya yang masuk, karena sulitnya melakukan komunikasi dengan para camat dan instansi terkait. Menurut informasi di lapangan, kondisi serupa juga menimpa kecamatan lain seperti Benai, Pangean dan Baserah.

Tak hanya itu, banjir juga merendam 6.500 hektare lahan yang sudah ditanami padi. Menurut Kadis Tanaman Pangan Kuansing, Maisir, data itu diperoleh dari para petugas penyuluh yang tersebar di 9 kecamatan. Pihaknya memperkirakan, kondisi ini terjadi di  11 kecamatan yang berada di sepanjang aliran Sungai Kuantan.

Terkait kekhawatiran petani akan ancaman puso atau gagal panen, Maisir mengatakan hal itu baru akan diketahui tiga hari mendatang. Sebab, usia penanaman padi di Kuansing rata-rata bervariasi. "Kalau nanti banjir merendam lahan pertanian selama tiga hari akan kita ketahui," katanya.

Hingga kemarin, masyarakat Cerenti sudah siaga satu menunggu datangnya banjir kiriman. "Sampai sekarang belum, mungkin nanti malam karena aliran Sungai Kuantan memang mengarah ke tempat kami," ujar Camat Cerenti, Latifa.


Dirinya bersama Upika dan kades masih terus berada dilapangan untuk memantau kondisi air Sungai Kuantan. Karena biasanya, bila di bagian hulu terkena banjir, daerah di Kecamatan Cerenti ini juga akan terkena banjir luapan Sungai Kuantan.

"Semalam di Rantau Sialang masyarakat jaga sampai pagi dan ada sekitar 20 rumah yang terendam, kalau hujan malam nanti, ya kita juga harus waspada juga," katanya. (nur, gus, rob)