Banjir, Petani Keramba Rugi Miliaran Rupiah

66 Sekolah di Kampar Terpaksa Diliburkan

66 Sekolah di Kampar Terpaksa Diliburkan

BANGKINANG (HR)-Banjir yang melanda Kabupaten Kampar sejak pekan lalu, tidak hanya merendam ribuan rumah dan menghanyutkan ratusan keramba warga. Sebanyak 66 sekolah di tujuh kecamatan di Negeri Serambi Mekkah itu, juga terendam dan terpaksa meliburkan para siswanya.

Akses ataupun jalan menuju sekolah-sekolah tersebut terendam banjir, begitu juga ruangan kelas tempat proses belajar mengajar.

"Sesuai imbauan dari BPBD Kampar terkait kondisi banjir ini sebanyak 66 sekolah terpaksa kita liburkan," jelas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kampar Nasrul melalui Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kampar Edi Rusmadinata, Selasa (19/1).

Diungkapkannya, sesuai hasil pantauan tim ke lapangan, sekolah yang diliburkan tersebut di antaranya tersebar di Kecamatan Kampar, Kampar Utara, Kampar Timur, Rumbio Jaya, Tam-bang, Siak Hulu, dan Kecamatan Perhentian Raja.

"Hasil pantauan tim ini akan kita sampaikan ke Kadis P dan K dan selanjutkan kepada Bapak Bupati Kampar," ungkapnya.

Ditambahkannya, pihaknya saat ini terus melakukan koordinasi dengan pihak P dan K Provinsi Riau untuk meminta bantuan.

"Karena banjir ini telah mengakibatkan beberapa unit meubeler rusak, buku-buku hancur begitu juga untuk kebutuhan proses belajar mengajar lainnya," tuturnya.

Sementara itu, pembukaan pintu waduk PLTA Koto Panjang yang mengakibatkan banjir di sepanjang daerah aliran sungai Kampar dan ratusan keramba hanyut dibawa air, menimbulkan kerugian yang luar biasa bagi para petani keramba. Mereka mengalami kerugian yang cukup besar, mencapai miliar rupiah.

Menurut pengakuan Ihsan salah seorang petani keramba, ia telah mendata jumlah kerugian yang telah dialami para petani keramba di Desa Pulau Terap Kuok, Kecamatan Kuok, sebesar Rp1,2 miliar.

"Untuk itu kami meminta pihak PLTA Koto Panjang untuk bertanggung jawab membayar kerugian yang dialami para petani keramba," tegasnya.

Karena menurutnya pihak PLTA Koto Panjang seharusnya terlebih dahulu menyampaikan pemberitahuan, sehingga para petani keramba tidak mengalami kerugian.

Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Kampar, Usman mengungkapkan, pihaknya telah melakukan pendataan terkait kerugian masyarakat petani keramba maupun petani ikan kolam.

"Dari hasil pendataan hingga hari ini (Selasa-red) kerugian mencapai sebesar 5,6 miliar, kerugian itu sudah termasuk fisik keramba, kolam ikan yang rusak, termasuk kerugian ikan para petani," ungkapnya.

Ditambahkannya, pendataan telah dilakukan sejak hari pertama naiknya volume air Sungai Kampar pada Sabtu (16/1) akhir pekan lalu. Pendataan yang dilakukan pihaknya mulai dari petani ikan yang berada di Desa Merangin di Kecamatan Kuok hingga ke Desa Gobah di Kecamatan Tambang.

"Kita tentunya berharap semua pihak mulai dari kabupaten, provinsi hingga pemerintah pusat bisa membantu masyarakat dan kebijakan Pemerintah Kabupaten Kampar ada di tangan bapak Bupati," ucapnya. (rtc)