Bocah 5 Tahun Tewas Terseret Air

Kuansing Dihantam Banjir

Kuansing Dihantam Banjir

TALUK KUANTAN (HR)-Ancaman banjir terus meluas. Kali ini, giliran sejumlah daerah di Kabupaten Kuantan Singingi yang mengalaminya. Hal itu setelah permukaan air Sungai Kuantan atau Indragiri, tiba-tiba meluap, Jumat (8/1).

Banjir memakan satu korban jiwa, yakni seorang bocah di Kecamatan Sentajo Raya. Secara umum, ratusan rumah warga terendam. Selain itu, sejumlah akses jalan pun jadi terganggu. Banjir juga membuat seribuan hektare areal persawahan tergenang.

Informasi dari Sentajo Raya, banjir menyebabkan M Nizam (5) bocah warga Desa Pulau Kopuang, meninggal akibat terseret banjir. Sebelum meninggal, bocah malang itu diketahui sedang bermain-main bersama tiga rekannya di areal persawahan Baruah Lokuak Benai, yang ketika itu sedang tergenang banjir.
 
Menurut informasi, saat warga akan menunaikan salat Jumat, korban bersama tiga rekannya pergi mandi di areal persawahan. Namun malang tiba-tiba menimpanya. Saat sedang asyik bermain-main, anak pasangan Bambang dan Rita ini malah tergelincir ke dalam areal persawahan yang genangan

Kuansing
airnya cukup dalam. Begitu tergelincir, bocah itu langsung tenggelam dan menghilang.
Tentu saja kejadian itu membuat ketiga rekannya jadi ketakutan.
Mereka pun lantas memberitahukan kejadian itu kepada warga sekitar.
 
Usai salat Jumat, warga pun mendatangi TKP dan melakukan pencarian. Berbagai upaya dilakukan. Mulai dari menyelam, mengitari areal dengan perahu termasuk menggunakan jaring. Setelah melakukan pencarian sekitar setengah jam, bocah itu akhirnya ditemukan sekitar 30 meter dari lokasi tenggelam.
 
Ketika dikonfirmasi, Camat Sentajo Raya Hazrianto, membenarkan adanya cerita duka itu. "Korban masih berusia lima tahun. Saat ini, jenazahnya sudah ditemukan dan dibawa ke rumah orangtuanya," terangnya.

Hal senada juga disampaikan Kades Pulau Kopuang, Maspur. Dikatakan, awalnya korban berenang di tepi yang agak dangkal, namun kemudian terperosok ke lokasi yang dalam dan tenggelam. "Korban ditemukan di dasar sawah yang sedang banjir," ujarnya.

Akses Terputus
Sementara itu, dari Kecamatan Kuantan Mudik, banjir juga sempat membuat akses jalan menuju tiga desa, jadi terputus. Hal itu disebabkan genangan air akibat meluapnya SUngai Tore tersebut mencapai ketinggian dua meter. Ketiga desa itu adalah Pebaun Hilir, Pebaun Hulu dan Saik.

"Kalau pagi tadi tingginya mencapai dua meter, sekarang air sungai mulai surut dan kendraan sudah bisa lewat,"ujar Sekcam Kuantan Mudik, Robert, Jumat sore kemarin.

Di Kuantan Mudik sendiri katanya, banjir merendam ratusan rumah masyarakat terutama desa yang berada di tepi Sungai Kuantan. Diperkirakan jumlahnya mencapai 184 rumah. Kondisi itu terjadi di beberapa desa seperti Banjar Padang, Rantau Sialang, Luai, Banjar Guntung dan Aur Duri. "Ini desa yang kondisi banjirnya cukup parah," terangnya.

Sementara desa lainnya seperti Bukit Kauman ada sebagian kecil rumah yang terendam, begitu juga di Desa Pebaun Hilir dan Sangau. "Kita masih menghitung jumlah rumah yang terendam menunggu laporan tim yang turun ke lapangan," katanya.

Informasi lainnya menyebutkan, sejumlah kawasan di sepanjang Sungai Kuantan di Kecamatan Inuman, juga ikut terendam sejak Jumat sore kemarin. Di antaranya, Desa Seberang Pulau Busuk, di mana sekitar 30 rumah warga juga mulai terendam.

Tak hanya itu, banjir juga membuat sekitar 1.0142,1 hektare areal persawahan di Kuansing tak luput dari rendaman banjir. Menurut data di Dinas Tanaman Pangan Kuansing, di Kecamatan Kuantan Mudik, areal persawan yang terendam mencapai 16 hektare, Gunung Toar 277 hektare, Kuantan Tengah 179,1 hektare, Sentajo Raya 282 hektare, Benai 93,85 hektare dan  Kuantan Hilir seluas 3 hektare.

Menurut Kepala Distangan Kuansing, Maisir, jika banjir merendam dalam waktu satu atau dua hari, tentunya tanaman padi petani tidak akan mati. Karena tanaman padi petani ini baru berumur satu sampai dua minggu. "Umur tanaman padi yang ditanam masih di bawah satu bulan," katanya.

Maisir berharap, banjir cepat surut, sehingga tanaman padi petani tidak mengalami puso (gagal panen, red). "Ini data yang terendam ya, bukan yang terancam puso. Kalau ada yang puso, nanti akan kita kabarkan kembali," katanya. ***