KTT ASEAN di Bawah Bayangan Dominasi Cina

KTT ASEAN di Bawah Bayangan Dominasi Cina

Di antara topik yang amat mengemuka soal klaim Cina terhadap laut Cina Selatan memang sangat dominan dalam KTT (Konperensi Tingkat Tinggi) ASEAN ke-27. Tapi bayangan dominasi Cina dihadapi dengan kepaduan ASEAN telah menberikan solusi yang penting.

Pelaksanan berlangsung di Kuala Lumpur, Malaysia,  18-21 Nopember 2015. Pembukaan secara resmi dilakukan oleh Perdana Menteri  Najib Razak sebagai tuan rumah, dihadiri 10  Kepala Negara Asean, serta undangan, konperensi sukses.Yaitu berhasil mencapai kesepakatan.

Selain masalah kawasan  laut Cina Selatan, juga kerjasama dalam bidang  intelijen Suasana  KTT kali ini  meskipun sudah merupakan  agenda rutine, tetapi KTT menghadapi masalah  penting kawasan dan dinamika perkembangan  internasional, Hal ini bisa dilihat dalam persoalan berikut:

Pertama, soal situasi pertentangan (dispute) kawasan. Karena fakta belakangan ini ada faktor Cina yang tampak menunjukkan pengaruh kuat untuk mendominasi kawasan. Yaitu kawasan laut Cina  Selatan. Misalnya klaim fisher law (undang 2 perikanan) Cina. Pertikauan Spratly dengan Filipina dan pertikaian pulau Senkhaku dengan Jepang.  

Gelagat tersebut amat ditentang oleh Jepang, Vietnam, Pilipina. Karena negara itu yang merupakan negara yang langsung dengan berbatasan dengan laut Cina Selatan tersebut.

Implikasi dari gelagat Cina, menjadi masalah inti konflik laut Cina Selatan. Pengaruh itu membawa dampak juga pada bidang ekonomi. Sebab kalau lalu lintas transportasi kawasan laut di bawah kontrol Cina maka dengan dominasi kawasan otomatis pula dominasi ekonomi.

Terbukti produk Cina memang membanjiri kawasan ASEAN. Di samping itu diringi investasi di kawasan AsEAN terutama Indonesia dan Vietnam serta Kamboja.

Kedua, masalah persaingan. Adanya persaingan Jepang dengan Cina di bidang perdagangan dan investasi. Persoalan ini sudah  meluas kepada isu konflik militer. Seperti soal wilayah sengketa kepulauan Shenkaku. Isi kepulaun Spratly antara Filipina dan Cina.

Sayangnya Amerika sebagai sekutu Jepang dan sekutu Filipina ikut terlibat  dalam  aliansi Jepang Amerika  kontra Cina. Tentu saja implikasi akan luas. Artinya kawasan Cina Selatan akan tidak stabil. Hal itu akan mempersulit ASEAN.

Ketiga, masalah teroris. Seperti dinyatakan PM Malaysia Najib Razak bahwa masalah teroris serius. Perlu dihadapi bersama. Negara yang potensial dalam baris terdepan mengahadapi teroris, adalah Malaysia , Indonesia, dan Filipina serta Muangthai.

Dari jumlah masalah ini KTT ASEAN ke-27 juga telah disepakati upaya penanggulangannya. Yaitu tentang teroris dilakukan kerja sama intelijen. Dalam hal dispute kawasan dilakukan pendekatan mengutamakan negosiasi diplomasi ketimbang  pendekatan militer.

ASEAN dalam hal ini tetap menggandeng India, Amerika dan Australia karena ada keperluan untuk kerja sama ASEAN mengundang Presiden Amerika Barak Obama, Presiden Cina. PM Jepang dan PM India.

Tiada lain tujuannya adalah kerja sama ASEAN dengan Amerika, Cina, Jepang dan India, dalam rangka kerja sama ekonomi. Terutama dengan diberlakukan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA).
Akhirnya, KTT ASEAN ke-27 dapat dikatakan sebagai sukses.

Selain dapat merumuskan kesepakatan yang penting dengan sesama anggota Asean, juga telah dapat membawa  negara lain khusunya Cina, Jepang, Amerika dan India  untuk bersama sama.

Terutama dalam meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan kawasan. Juga membangun kontrol  guna  kestabilan kawasan laut Cina Selatan. Maksudnya menjauhkan konflik militer dengan menciptakan kawasan laut Cina Selatan, berada dalam  damai, stabil dan  aman.***