Minta Maaf Ke Warga Riau

PB HMI Sayangkan Ulah ‘Romli’

PB HMI Sayangkan Ulah ‘Romli’

PEKANBARU (HR)-Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam menyayangkan ulah massa penggembira Kongres HMI yang membuat rusuh sejak beberapa hari terakhir. Selain itu, PB HMI juga meminta maaf kepada segenap lapisan masyarakat Riau atas kejadian tersebut.

Demikian disampaikan Ketua Umum (Ketum) PB HMI, Muh Arief Rosyid Hasan, Senin (23/11) malam. Dikatakan Arief, hiruk-pikuk massa penggembira dalam setiap pelaksaan kongres, merupakan kenyataan dari HMI.

"Hampir setiap kongres, selain peserta yang diundang secara resmi, ada juga penggembira," ujarnya saat konferensi pers di Hotel Pangeran Pekanbaru.

Ia mengakui, memang sangat sulit untuk mengatur massa yang masuk dalam kategori ini. Para penggembira yang kemudian dikenal dengan nama Rombongan Liar alias Romli ini, menganggap acara ini adalah kongres mereka. Mereka menganggap berhak untuk memeriahkan kongres ini.

"Namun hal ini bisa dikomunikasikan. Alhamdulillah, pihak Kepolisian telah membantu kita untuk mengamankan hal ini," lanjut Arief.

Ditambahkan, seharusnya setiap kader HMI harus menerapkan prinsip di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Dimana, kader HMI mesti menjaga setiap daerah yang didatanginya. Tidak seperti yang telah terjadi beberapa hari ini.

"Untuk itu, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kejadian yang tdak elok tersebut," ujar Arief lebih lanjut.

Arief juga menegaskan pihaknya akan bertanggungjawab terhadap segala kerusakan fasilitas umum akibat tindakan anarkis yang dilakukan 'Romli' asal Makassar tersebut. "Insya Allah kita akan bertanggung jawab setiap apa yang telah terjadi," ucapnya menegaskan.

Sedangkan terkait delapan orang oknum HMI asal Makassar dan Ambon, yang memiliki dan menguasai sejumlah senjata tajam dan berbahaya lainnya, dimana mereka telah diamankan Polda Riau dan Polresta Pekanbaru, PB HMI telah menyerahkan semuanya kepada proses hukum yang berlaku.

"Ini adalah konsekuensi perbuatan. Kita serahkan semua pada proses hukum yang berlaku," tandasnya.

Ditambahkan Wakil Ketua I Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Provinsi Riau, Mansyur HS, atas kelakuan Romli yang diketahui berasal dari Makassar, pihaknya juga telah menjumpai Ketua Harian Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, Al Azhar, Senin pagi kemarin.Pertemuan tersebut, katanya, agar kondusivitas pelaksanaan kongres dapat terjaga.

"Saya juga telah meminta maaf atas perangai adik-adik dari Sulawesi Selatan ini," kata Mansyur yang juga merupakan anggota DPRD Provinsi Riau tersebut.

Dalam kesempatan tersebut, Mansyur yang juga merupakan anggota Korps Alumni HMI (KAHMI), menyebut kalau pihaknya juga telah melakukan pembicaraan dengan pihak terkait untuk menempatkan 'penggembira' asal Makassar, agar tidak terkonsentrasi pada suatu tempat.

"Kita juga berupaya untuk mengevakuasi mereka dari Gelanggang Remaja Pekanbaru ke BLK (Balai Latihan Kerja,red) di Jalan Terubuk, dan Gedung Sepaktakraw," terang Mansyur.

Senada dengan Arief, Mansyur juga berharap agar pelaksanaan kongres dapat berjalan sesuai dengan jadwal yang telah disusun, dan tidak terpengaruh dengan kehadiran ratusan penyemarak kongres tersebit. "Kita juga berharap agar "Romli" ini bisa cepat dipulangkan," harapnya.

Masih terkait ulah Romli tersebut, Kahmi Indragiri Hulu telah mengambil alih peristiwa yang terjadi di salah satu rumah makan di Inhu. Seperti dirilis sebelumnya, ratusan massa Romli yang makan di tempat itu, diketahui tidak mau membayar makanan yang telah mereka habiskan. Ulah mereka membuat pemilik rumah makan merugi hingga Rp12 juta.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Kahmi di Inhu. Jadi segala hutang-hutang yang ditinggalkan di sana (rumah makan) sudah dituntaskan Kahmi di Inhu," kata Ketua Badko HMI Riau-Kepri, Munawir Mattareng.

Meski sudah dituntaskan, Munawir tetap menyatakan permohonan maafnya kepada publik, termasuk pihak-pihak yang merasa dirugikan, seperti halnya yang dialami salah satu rumah makan di lintas timur Inhu.

Munawir juga menyatakan akan berusaha berkoordinasi dengan seluruh HMI dari berbagai daerah agar dapat mengkoordinir para peserta penuh mau pun yang dianggap liar agar lebih bisa dikontrol. (dod, rtc)