Dugaan Pencatutan Nama Presiden

Nama Menteri Luhut Ikut Disinggung

Nama Menteri Luhut Ikut Disinggung

JAKARTA (HR)-Sepak terjang Ketua DPR RI Setya Novanto, saat ini benar-benar menjadi sorotan. Hal itu setelah  yang bersangkutan diakui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral,

Nama
Sudirman Said, sebagai politisi yang mencatut nama Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla, dalam urusan perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia.  

Tidak hanya dua nama itu, Setya Novanto juga diduga membawa-bawa nama Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan. Selain itu, ada dua orang lainnya yang dipanggil dengan "Ridwan" dan "Darmo".

Sesuai salinan transkrip yang diterima Kompas.com dari sumber internal DPR, Selasa (17/115), menunjukkan transkrip itu berisi percakapan antara tiga orang, yakni Setya Novanto (ditulis dengan inisial Sn), pengusaha Reza Chalid (ditulis dengan inisial Rc) dan seorang petinggi Freeport Maroef Sjamsoeddin (ditulis dengan inisial Ms).

Nama Luhut paling banyak disebut oleh ketiga orang itu, bahkan melebihi Jokowi-JK, yakni sebanyak 16 kali.

"Gua udah ngomong dengan Pak Luhut, ambilah sebelas, kasihlah Pak JK sembilan, harus adil, kalau nggak, ribut," kata Reza Chalid, seperti yang tertuang dalam transkrip itu.

"Jadi kita harus banyak akal. Kita harus jeli, kuncinya itu ada pada Pak Luhut ada saya," kata Novanto dalam bagian percakapan lainnya.

Adapun, pria dengan nama "Darmo", tak begitu banyak disebut, yakni hanya tiga kali. Demikian pula nama "Ridwan" hanya disebut dua kali di bagian awal.

"Tapi kalau itu pengalaman-pengalaman kita, pengalaman-pengalaman presiden itu, rata-rata 99 persen gol semua. Ada keputusan-keputusan lain yang digarap itu, bermain kita. Makanya itu, Reza tahu Darmo, dimainkan habis-habisan, selain belok," demikian bagian percakapan dimana Darmo disebut-sebut oleh Novanto.

Di dalam laporannya ke MKD, Senin (16/11/2015) kemarin, Sudirman menyebut Setya Novanto bersama Reza menemui bos PT Freeport sebanyak tiga kali.

Pada pertemuan ketiga 6 Juni 2015, Novanto meminta saham sebesar 11 persen untuk Presiden dan 9 persen untuk Wapres, demi memuluskan renegosiasi perpanjangan kontrak PT Freeport.

Novanto juga meminta agar diberi saham suatu proyek listrik yang akan dibangun di Timika, dan meminta PT Freeport menjadi investor sekaligus off taker (pembeli) tenaga listrik yang dihasilkan dalam proyek tersebut.

MKD hingga kini masih menunggu rekaman asli percakapan dari Sudirman Said. Kepada MKD, Sudirman berjanji akan memberikannya dalam waktu dekat.

Ajak Reza Chalid

Sementara itu, Setya Novanto membenarkan dalam sejumlah pertemuannya dengan Maroef Sjamsoeddin, ia mengajak pengusaha minyak Reza Chalid.

"Saya memang ajak karena Pak Reza punya pemikiran sangat curiga kepada CEO (Presdir PTFI -red) yang begitu intens, pada keinginan CEO itu, karena pertemuan itu hal biasa, bukan serius," ujarnya.

Menurut Novanto, Presdir PTFI-lah yang mengajak bertemu. Reza diajak Novanto karena disebut memiliki kecurigaan kepada Maroef. Namun Novanto tak menjelaskan apa materi kecurigaan Reza. Ia juga tidak tidak berkomentar ketika ditanya sejauh mana hubungannya dengan Reza. Nama pengusaha ini sempat mencuat, seiring dengan pembubaran PT Petral milik Pertamina, beberapa waktu lalu.

Sedangkan terkait dugaan pencatutan nama Presiden Jokowi dan Wapres JK, Setya Novanto masih membantahnya.

"Untuk memakai nama Presiden, saya meyakini bahwa saya tidak pernah pakai nama Presiden karena saya berhubungan selama ini secara baik, sesuai tugas masing-masing dan selalu menjaga martabat kedua belah pihak," ujarnya.


Sebelumnya, Setya Novanto mengaku hanya menyampaikan pesan dari Presiden Joko Widodo saat bertemu dengan Presdir  PT Freeport Maroef Sjamsoeddin.


Namun Sekretaris Kabinet Pramono Anung membantah klaim Setya Novanto tersebut. Menurut dia untuk berhubungan dengan pimpinan PT Freeport, Presiden Jokowi bisa berbicara secara langsung tanpa melalui perantara.

"Saya tegaskan bahwa Presiden tidak pernah bicara ke pimpinan Freeport lewat middle man, karena Presiden bisa ngomong sendiri secara langsung," kata Pramono di Kantor Presiden, Kompleks Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Selasa (17/11/2015).

Saat ini, kata Pramono, Jokowi mempercayakan pengusutan kasus tersebut ke Mahkamah Kehormatan Dewan. Tetapi tak menutup kemungkinan bila ada proses selanjutnya.

"Presiden juga tak pernah bicara dengan Freeport terkait dengan saham atau pun powerplan. Jadi sama sekali tidak benar informasi tersebut," imbuh Pramono.

Jokowi disebut sudah mendengar rekaman dan membaca transkrip yang mencatut namanya itu. Seperti disebut di atas, transkrip tersebut adalah perbincangan antara Setya Novanto, pengusaha Reza Chalid dan petinggi Freeport Maroef Sjamsoeddin. (bbs, kom, dtc, sis)