Bangun Jembatan ke Meranti

Bangun Jembatan ke Meranti

KABUPATEN Kepulauan Meranti satu-satunya daerah di Provinsi Riau yang terletak di wilayah pesisir. Meranti itu sendiri masih dipisah oleh 4 pulau besar terdiri dari 9 kecamatan. Enam kecataman di antaranya menjadi lokpri (lokasi proritas), yang ditentukan Pemerintah Pusat.

Lokasi prioritas tersebut bertujuan untuk lebih fokus terhadap program pembangunan fisik yang akan dilakukan oleh berbagai Kementerian pemerintah pusat.

Sesuai rencana lokasi prioritas tersebut, mulai tahun 2016 mendatang berbagai bentuk anggaran pembangunan fisik untuk daerah perbatasan yang sangat tertinggal itu akan mulai dikucurkan. Kepulauan Meranti terdiri dari 4 pulau besar, dan 3 pulau kecil lainnya, 2 pulau yang terletak di perairan Selatpanjang belum dihuni manusia.

Pulau besar tersebut adalah Pulau Tebingtinggi, Pulau Rangsang, Pulau Merbau dan Pulau Padang. Di Pulau Tebingtinggi terdapat 3 kecamatan. Yakni Kec. Tebingtinggi ibukotanya Selatpanjang, yang sekaligus sebagai ibukota kabupaten.   
Program pemerintah pusat, sejauh ini hanya fokus pada pembangunan infrastruktur dasar di wilayah itu. Seperti jalan desa, rumah layak huni, kebutuhan air bersih, listrik dan lain sebagainya.

Karena menurut tim pokja pemerintah pusat yang turun ke berbagai kecamatan di pulau terluar itu baru-baru ini menyimpulkan bahwa Meranti memang masih menjadi daerah tertinggal.

Progres pembangunan yang telah direncanakan yang akan mulai digulirkan tahun 2016 mendatang. Sebaiknya disikapi pemerintah provinsi maupun pemerintah daerah untuk mulai melakukan Detail Engineering Desigen (DED), guna merencanakan pembangun jembatan yang langsung ke Meranti.

Jembatan yang akan menghubungkan darat yang ada di Kepulauan Meranti tepatnya Pulau Tebingtinggi yang hanya dipisahkan oleh selat sempit yang disebut Selatpanjang itu.

Ada dua pulau kecil yang berada persis di tengah selat antara Pulau Tebingtinggi dengan daratan Sumatera  di daerah Pelalawan. Posisi pulau kecil itu sangat tepat menjadi sarana penghubung jembatan yang akan dibangun.

Jika Meranti masih tetap terkungkung dengan transportasi laut yang lamban dan mahal, maka kemajuan Meranti juga akan berjalan bagai Keong. Semua produk kebutuhan pembangunan fisik dan seribusatu macam kebutuhan masyarakat. Selagi berbagai kebutuhan itu masih diangkut oleh armada laut, maka selama itu akan terus terjadi inflasi tinggi.

Jadi untuk mengejar ketertinggalan berbagai infrastruktur di Meranti, tidak ada jalan lain kecuali pemerintah harus mampu mewujudkan transportasi kendaraan darat yang tidak lagi bergantung pada pasang surut laut.

Seiring dalam proses pelaksanaan itu, keberadaan kapal penyeberangan yang melayari Pelabuhan Buton dan Kampung Balak itu juga harusnya digesa.

Sehingga dengan beroperasinya kapal penyeberangan itu, untuk sementara akan mampu memberikan angin segar bagi pertumbuhan ekonomi juga geliat pembangunan.***