KARIMUN STOP MATERIAL KELUAR

Pembangunan Fisik di Meranti Terancam Gagal

Pembangunan Fisik  di Meranti Terancam Gagal

SELATPANJANG (HR)- Informasi menyebutkan Tanjung Balai Karimun mulai akhir bulan ini tidak lagi mengeluarkan berbagai bahan material bangunan untuk Kepulauan Meranti. Mendengar info tersebut, banyak kalangan merasa khawatir bahwa seluruh bentuk pembangunan di Meranti akan terbengkalai.

Demikian juga pembangunan yang dilaksanakan oleh masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga. Dipastikan akan mengalami kesulitan sebab umumnya bahan material bangunan yang digunakan di Meranti berasal dari Tanjung Balai Karimun.
Hingga saat ini, harga pasir cor yang sebelummnya hanya berkisar Rp300 ribu per koyan, sudah menjadi Rp500 ribu. Hal yang sama juga terjadi pada bahan material lainnya.

"Seperti batu pecah, batu beronjong, atau batu gunung dan berbagai bahan lainnya yang bersumber dari luar Meranti, “ungkap Mahmud, warga Selatpanjang kepada Haluan Riau Jumat kemarin.

Disebutkannya, jika ini benar-benar terjadi maka diperkirakan pembangunan fisik di Meranti akan mengalami staqnan. Sebab satu-satunya daerah tetangga yang dekat dengan Meranti dan memiliki bahan material adalah Tanjung Balai Karimun.

"Apalagi di kabupaten tetangga itu memiliki galian C yang lengkap. Termasuk tanah uruk dan tanah sirtu untuk bahan material pengerasan jalan. Jika itu benar-benar distop maka Meranti akan mennghadapi persoalan material yang serius,”katanya lagi.
Mahmud menambahkan, persoalan ini tidak bisa dibiarkan berjalan begitu saja. Tapi pemerintah kabupaten harus segera tanggap mencari solusi.

Bisa dengan merundingkan hal itu  kepada pihak Pemkab Balai Karimun atau dengan membuka jalur lain yang bisa diajak kerjasama.

“Ini tampaknya sudah masuk ke ranah politik, sehingga hal ini harus dihadapi dengan pendekatan politik. Dan pemerintah harus sigap menanggapinya. Apa sebenarnya yang terjadi, sehingga ada ancaman bahan material akan distop. Pada hal antara Karimun dan Meranti selama ini adalah kabupaten bertetangga yang selama ini hidup berdampingan dengan damai,”kata warga ini lagi.***