LSM Penjara Sebut DPRD tak Tahu Malu

LSM Penjara Sebut  DPRD tak Tahu Malu

BAGANBATU(HR)-Ketua DPC LSM Pemantau Kinerja Aparatur Negara Rokan Hilir, Ahmad Saipuddin Harahap, menyayangkan sikap anggota DPRD Rohil yang bermewah-mewah dengan mobnas, sementara di sekelilingnya masih ada warga miskin yang terkena gizi buruk.

Ini salah satu bukti lemahnya kinerja anggota DPRD Rohil, terutama untuk dapil dimana anak penderita gizi buruk itu tinggal. "Proses dideritanya gizi buruk itu cukup lama, kan ada wakil rakyat yang mewakili daerah itu, kemana aja dia," ujarnya kesal.
"Harusnya, anggota dewan itu malu, di dalam mobil itu ada hak anak penderita gizi buruk itu, apa tidak malu itu anggota DPRD kita menaikinya," sindirnya.

Menurutnya, ini adalah tamparan berat bagi wakil rakyat, sebab dibalik kemewahan wakil rakyat masih ada penderita gizi buruk yang lekang dari pantauan.

"Miris saya lihatnya, katanya kita kaya, APBD Rp2,7 triliun lebih, tetapi masih ada yang kena gizi buruk," tukasnya.
"Jika anggota DPRD Rohil tidak mampu memperjuangkan pengobatan anak penderita gizi buruk tersebut, artinya mereka hanya mampu menari diatas penderitaan rakyat yang sudah dipercayakan kepada mereka," pungkasnya.

Data yang berhasil dirangkum, Haluan Riau, mobnas anggota DPRD Rohil berjenis Toyota Fortuner Sportivo dengan bandrol satu unit Rp450 juta. Total keselurahan 41 unit mobnas tersebut sebesar Rp18,5 miliar lebih dana APBD Rohil dikucurkan untuk wakil rakyat itu, namun sayang, ternyata dibalik kemewahan wakil rakyat itu ada dua rakyat yang menderita gizi buruk.
Butuh Perawatan

Sebelumnya dua kakak beradik, Lasmi (5) dan Laila (9) asal Teluk Pulai Kecamatan Pasir Limau Kapas, Rohil. Untuk pengobatan awalnya, dibutuhkan waktu enam pekan paling cepat. Perawatan dilakukan di Ruang Flamboyan sejak Senin (19/10) dan sudah mendapat penanganan yang baik dari pihak rumah sakit.

dr Suratmin, yang menangani kedua pasien itu menjelaskan, Selasa (20/10) di ruang kerjanya, dua pasien itu sudah dipastikan menderita gizi buruk, yang butuh perawatan lama. "Jelas gizi buruk, jadi perawatan gizi buruk itu memang lama, biasanya paling cepat itu enam minggu. Jadi hari pertama hari kedua, ada namanya fase stabilisasi, hari ketiga sampai hari ke-14 itu ada namanya fase transisi, perbaikan, terus nanti, 14 sampai minggu ke-6 itu namanya fase stabilisasi, distabilkan dia disitu.

Terus minggu ke-6 sampai seterusnya, itu baru fase rehabilitasi, sudah sembuh dia, kita perbaiki. Kompleks, kalau gizi buruk itu kompleks, tak satu yang kita perbaiki, banyak kita perbaiki," ujarnya. ***