r Titik Panas Sumsel Berkurang, Asap di Riau Menipis r Sektor Usaha Terancam Gulung Tikar

Korban Asap Terus Bertambah

Korban Asap Terus Bertambah

PEKANBARU (HR)-Hingga saat ini, masyarakat Riau yang menderita sakit akibat kabut asap, terus bertambah. Setelah sempat terdata pada angka 59 ribu, data saat ini di Dinas Kesehatan Riau menunjukkan angka 61.764 orang.

Tidak hanya dari sektor kesehatan, sektor usaha juga termasuk salah satu yang paling merasakan dampak asap. Di saat gerak perekonomian yang belum maksimal, asap membuat pergerakan sektor ini terus menurun. Data di Kamar dan Dagang dan Industri (Kadin) Riau menunjukkan, sejumlah usaha di Bumi Lancang Kuning terancam gulung tikar.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Riau, Andra, data tentang masyarakat yang menjadi korban akibat dampak kabut asap mengalami penambahan sejak dua bulan belakangan ini.

Korban
Menurut data yang dihimpun pihak sejak 29 Juni hingga 7 Oktober kemarin, jumlah telah mencapai 61.764 orang.
Dari jumlah itu, penderita penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) adalah yang terbanyak yakni mencapai 51.413 orang, selanjutnya iritasi mata 3.061 orang, pneumonia 895 orang, iritasi kulit 3.965 orang dan asma 2.430 orang.
Kota Pekanbaru menjadi salah satu daerah terbanyak penderita penyakit akibat asap yakni sebanyak, 13.914 orang, disusul Kabupaten Siak sebanyak 7.388 orang.

"Kami mengimbau seluruh masyarakat Riau agar tetap menggunakan masker ketika keluar rumah. Apalagi bagi penderita asma, harus menggunakan masker, jangan sampai nanti asap ini menjadi pemicu bertambah parahnya penyakit yang diderita," ujarnya, Kamis (8/10).

Yang terbaru, pihaknya juga telah menerima laporan, terkait meninggalnya Iqbal, warga Kota Pekanbaru, Senin (5/10) sore, akibat terlalu banyak terpapar asap. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, almarhum sempat mengalami sesak nafas hebat.

Menurut keterangan pihak keluarga, selama ini Iqbal memang diketahui memiliki riwayat penyakit asma. Puncaknya terjadi pada Senin sore kemarin. Saat pulang dari kantor, ia menderita sakit yang hebat. Oleh keluarga, ia langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan. Namun Tuhan berkehendak lain, Iqbal pun meninggal.

"Kalau almarhum memang mengidap asma seperti yang diberitakan di beberapa media, maka bisa akibat asap yang mempersulit penyakitnya, membuatnya meninggal," ujar Andra.

Dijelaskan Andra, sejauh ini belum ada penelitian yang menyebutkan jika seseorang bisa lengsung meninggal akibat kabut asap dalam waktu yang singkat. Ia mencontohkan seperti orang yang merokok bertahun-tahun baru terkena penyakitnya setelah belasan tahun atau puluhan tahun.


PHK Hingga Gulung Tikar
Sementara itu, pengamat ekonomi Riau Viator Butar-butar mengatakan, sektor usaha juga merasakan dampak akibat asap. Selain akibat kondisi perekonomian yang masih lesu, kabut asap ikut memperparah lancarnya roda para pelaku usaha di Bumi Lancang Kuning. Buntutnya, PHK hingga ancaman gulung tikar pun membayang-bayangi para pelaku usaha.


"Kelesuan ekonomi karena asap sudah pasti menyebabkan ancaman PHK oleh perusahaan terhadap karyawannya. Karena merugi dan perlunya dilakukan efisiensi, makanya banyak perusahaan memilih untuk melakukan PHK," ujar Viator.


Mewakili masyarakat dan sektor usaha, pihaknya sudah mendesak pemerintah agar kelesuan ekonomi bisa ditanggapi serius dan disikapi sesegera mungkin. Walaupun fundamental ekonomi indonesia relatif baik saat ini, tetapi tekanan perekonomian dunia yg mengalami perlambatan/kelesuan yang pastinya berdampak negatif nantinya.

Oleh sebab itu, dalam program kebijakan di era Jokowi-JK ini perlu secepatnya direalisasikan agar insentif berusaha membaik. Baik APBN dan APBD harus memberikan prioritas pada peningkatan kinerja ekonomi nasional dan kapasitas konsumsi masyarakat.

Sebelumnya, dalam diskusi yang digelar di Kadin Riau, sejumlah pelaku usaha juga mengeluhkan kabut asap, karena membuat aktivitas mereka terganggu. Bahkan ada yang omsetnya merosot hingga 90 persen.

Salah satunya, seperti yang dialami pelaku di sektor logistik dan pengiriman barang, yang omsetnya merosot tajam. Hal itu disebabkan transportasi banyak mengalami gangguan. Khususnya transportasi udara. Tidak hanya itu, sektor lain seperti hotel serta usaha kecil menengah, juga ikut kena imbasnya. Hal itu disebabkan jumlah pengunjung ke Riau yang merosot drastis akibat terkendala kabut asap.

Terkait kerugian di sektor usaha ini, Deputi Kepala Bank Indonesia Riau, Irwan Mulawarman menuturkan saat ini BI tengah melakukan penghitungan, berdasarkan laporan dan hasil yang didapatkan dilapangan dari pelaku usaha.

"Untuk total kerugian kita masih mengkalkulasi, dan akan sesegera mungkin kita informasikan. Karena kita masih melakukan kajian dan saat ini dalam tahap finalisasi. Sementara ini data yang masuk dari institusi masih 60 persen yang masuk. Kita akan usahakan akhir minggu ini dapat diselesaikan," ujarnya.


Menyikapi hal itu, anggota Komisi B DPRD Riau, Karmila Sari, meminta pemerintah mencari solusi terbaik, sehingga PHK dan terganggunya sektor usaha bisa diantisipasi.

Menurutnya, banyak faktor penyebab mengapa kondisi itu terjadi. Seperti naiknya harga BBM, bertambahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS hingga akibat serapan APBD Riau yang masih rendah.

Karena itu, paket kebijakan ekonomi Presiden Jokowi, harus benar-benar dikoordinir dan diawasi dengan baik, agar manfaat positifnya dapat dirasakan segera. "Selain itu pengamat ekonomi juga sebaiknya menganalisa secara ril sekaligus memberikan saran dan harapan positif agar kondisi perekonomian tidak semakin buruk," harapnya.

Menurun
Hingga Kamis kemarin, titik panas di Sumatera Selatan terus menunjukkan pengurangan. Hal itu berdampak terhadap udara Riau yang mulai membaik. Di sejumlah daerah, udara sudah tidak lagi bertahan pada level berbahaya, namun sudah turun menjadi level tidak sehat.

Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edwar Sanger, jika titik api masih bertahan pada angka di bawah 200, maka dapat dipastikan asap tidak sampai ke Provinsi Riau. Berbeda dengan sebelumnya di mana titik api mencapai ribuan di Sumatra Selatan.
"Dalam beberapa hari lalu, titik api di Sumsel mencapai angka 1000, kalau titik apinya hanya 200, asap di Riau hanya tipis, dan di Riau titik api nol. Mudah-mudahan ini terus berlanjut," ungkapnya. (nur, rud, nie)