AKIBAT TIGA FAKTOR

Ekspektasi Kinerja Perbankan Turun Akibat Tiga Faktor Ini

Ekspektasi Kinerja Perbankan Turun Akibat Tiga Faktor Ini

JAKARTA (HR)-Saat ini kinerja saham sektor perbankan dan Indeks Harga Saham Gabungan relatif masih mengalami pelemahan. Ekonom IGICo Advisory Martin Panggabean mengungkapkan, kendati sempat menguat pada penutupan kemarin sebesar 1,63 persen untuk sektor finance, setelah BPJS Ketenagakerjaan mengucurkan dananya ke pasar dan IHSG kemarin ditutup menguat tipis ke posisi 4.178,58 poin.

Menurutnya, ekspektasi kinerja perbankan yang turun tersebut disebabkan oleh tiga faktor. Faktor pertama ungkap Martin, adalah faktor risiko kredit bermasalah. Faktor yang paling pertama dan paling ringan adalah kondisi ekonomi yang buruk menyebabkan risiko kredit meningkat.

"Saat ini rasio kredit bermasalah (rasio NPL) perbankan berada di level 2,7 persen, diperkirakan rasio NPL akan naik menjadi 3 persen sampai akhir tahun 2015. Rasio NPL industri perbankan diprediksi berada pada level 3 persen karena terbantu oleh kinerja bank buku I yang memiliki rasio NPL relatif bagus,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jakarta, Rabu (30/9).

Namun, sebut Martin, tidak sedikit bank kecil yang memiliki rasio NPL tinggi sehingga mendongkrak agregat rasio NPL berada di kisaran 3 persen. Risiko ini akan sangat berimbas pada bank kecil, di mana biaya kredit macet dan biaya pencadangan kredit dapat menekan profitabilitas.

Lanjut dia, faktor kedua adalah mark to market, di mana pelemahan nilai tukar Rupiah menjadi faktor penting terhadap profitabilitas perbankan, karena kurs akan menentukan harga portfolio asset perbankan. Banyak bank memiliki portofolio Surat Utang Negara (SUN) dan obligasi baik pemerintah maupun korporasi.

"Imbas dari pelemahan Rupiah, harga aset dapat turun dan terefleksi pada nilai mark to market SUN dan obligasi. Dampak pelemahan kurs berkorelasi positif dengan jatuhnya harga saham dan obligasi,” terangnya.

Faktor yang terakhir adalah risiko likuiditas. Saat ini market JIBOR, tutur dia, sudah naik 50-100 bps. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar Rupiah sudah semakin ketat. Karena kekurangan likuiditas, banyak bank sudah menaikkan suku bunga deposito, yang artinya terjadi peningkatan cost of fund. Peningkatan ini akan semakin mengurangi marjin perbankan karena volume kredit mengecil dan suku bunga kredit tidak dapat terlalu tinggi, namun di sisi lain bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat.

"Aspek likuiditas lainnya adalah banyak bank yang sudah tidak kuat mengejar bunga DPK tinggi, sementara dengan bunga yang tinggi belum tentu dapat menambah deposan,” pungkas dia.(okz/mel)