Udara Masih Level Berbahaya

Warga Ungsikan Anak ke Luar Daerah

Warga Ungsikan Anak ke Luar Daerah

Ada beberapa daerah yang menjadi tujuan. Mulai dari sejumlah kota di Pulau Jawa seperti Jakarta, Bekasi, Bandung, Yogyakarta, hingga Semarang. Selain itu, ada juga yang memilih ke provinsi tetangga seperti Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Bahkan ada juga yang memilih daerah tujuan luar negeri seperti Malaysia.
Rencana untuk mengungsikan anak itu,

Warga
 diakui Alhendri Tanjung, warga Sukajadi, Pekanbaru. Dikatakan, belum lama ini, ia telah terlebih dahulu membawa anak-anaknya yang masih kecil ke Sumatera Barat.
"Saat kabut asap mulai tebal beberapa waktu lalu, kami memilih membawa anak-anaknya yang masih kecil ke tempat yang udaranya bersih. Sekarang saya masih di Semarang, urusan pekerjaan. Begitu pulang, rencananya anak-anak akan kembali kita ungsikan. Kasihan, tak seharusnya mereka menderita karena kabut asap," ujarnya, Selasa (29/9).
Mengenai daerah yang akan dituju, pria yang berprofesi sebagai pengacara ini mengaku tak ingin terlalu repot. "Mungkin ke Sumbar (Sumatera Barat, red) saja. Di sana kondisinya udaranya masih bersih. Kalau pun ada asap, tak separah di Pekanbaru," ujarnya.
Tidak saja warga Pekanbaru, hal serupa juga dilakukan sejumlah warga Kota Bangkinang, Kabupaten Kampar. Sama halnya dengan Pekanbaru, udara di daerah ini juga masih diselimuti kabut asap pekat.
Seperti dituturkan Hen (49) warga Bangkinang. Ia mengakui memilih membawa anggota keluarganya ke Jakarta. "Saya harus melewati Padang ke Jakarta karena di Bandara di Pekanbaru lumpuh," ujarnya.
Namun tentu tidak semua warga bisa melakukan hal itu karena keterbatasan faktor ekonomi. Seperti dituturkan warga Bangkinang lainnya, Umar. Ia mengaku tak bisa mengungsikan keluarganya ke luar Riau karena keterbatasan dana dan harus rela bertahan dan menghirup udara apa adanya. "Bagaimana mau ungsikan anggota keluarga, dana tak ada," ujarnya.
"Seharusnya pemerintah lah yang bergerak mengungsikan warga. Khususnya yang rentan seperti balita, anak-nak,ibu hamil, penderita asma dan lainnya," timpalnya.  
Penampungan Balita
Sementara itu, Walikota Pekanbaru Firdaus mengatakan, pihaknya menjadikan aula Kantor Walikota Pekanbaru sebagai tempat penampungan evakuasi balita berusia di bawah enam bulan untuk masyarakat Pekanbaru.
Langkah ini ditempuh, setelah pihaknya melakukan kunjungan lapangan. Hasilnya, banya fasilitas yang disediakan mulai dari Puskesmas hingga posko, masih banyak yang tetap ditembus asap. Selain itu, data dari dinas kesehatan dan posko Karhutla juga menunjukkan semakin banyak warga yang menjadi korban asap. Apalagi, kondisi udara Kota Pekanbaru sudah beberapa hari ini berada pada level berbahaya.
"Kita tetapkan lantai tiga kantor walikota yaitu ruang aula, ruang VIP dan juga ruang makan, sebagai tempat evakuasi untuk bayi berumur 6 bulan ke bawah. Nantinya akan kita pastikan ruangan tersebut bebas dari asap dan dipastikan tak ada kebocoran," ujarnya, Selasa (29/9).
Firdaus menjelaskan, saat ini Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Satpol PP dan juga bagian Umum Sekda Kota Pekanbaru melakukan pembenahan di seluruh ruangan. Nantinya akan ada arena bermain untuk bayi dan dilengkapi dengan AC agar ruangan benar-benar steril dari asap. Tak hanya itu, ruangan itu juga akan dilengkapi dengan boks bayi, pendingin udara, dan fasilitas lainnya termasuk susu.

Disebutkannya, tempat evakuasi ini dikhusukan bagi keluarga yang tidak mampu, karena kuat dugaan, saat ini seluruh bayi dari keluarga tidak mampu sudah terkena penyakit akibat asap. Dikhawatirkan karena warga kurang mampu tidak memiliki AC ataupun kipas angin.

"Kita khususkan ruangan evakuasi ini untuk masyarakat yang kurang mampu, evakuasi akan dilakukan sore ini, (Selasa kemarin, red). Saya sudah perintahkan Lurah dan Camat untuk mendata dan melaporkan bayi yang berasal dari keluarga miskin," ujar Firdaus.

Bagi warga yang kurang mampu bisa langsung melapor ke Camat ataupun Puskesmas untuk diberikan rekomendasi. Selanjutnya bisa langsung datang ke kantor Walikota dan melakukan pendataan di Klinik Pemko. Selanjutnya bisa menempati ruang evakuasi, Warga tak usah cemas, kita sudah minta camat siaga satu untuk melayani masyarakat yang datang agar bisa langsung terkoordinir. Kita tidak mau ini dilama-lamakan, kasihan masyarakat apalagi bayi-bayi yang tak berdosa ini," jelas Wako.

Wako menjelaskan lagi nantinya Pemko juga akan menstanby kan dokter anak dan juga dokter umum di tempat evakuasi ini. "Kita juga menyediakan makanan untuk bayi, namun untuk ibu pendamping kita tidak menyediakan makanan. Jadi bisa dibawa dari luar makanan untuk ibu pendamping," ungkap Wako.

Hari Ini Rakor Bersama Menko Polhukam

Sementara itu, Plt Gubri Arsyadjuliandi Rachman, pada hari ini (Rabu, 30/9) kembali akan melaksanakan rapat koordinasi bersama Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) dan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta. Rakor hari ini masih tetap membahas penanganan Karhutla di Riau.

"Besok saya rakor di Jakarta bersama Menko Polhukam, serta Gubernur lainnya untuk membahas penanganan Karlahut di Indonesia," ujar Plt Gubri, Selasa (29/9).

Dijelaskan Plt Gubri, sejauh ini penanganan Karlahut di Riau sudah maksimal, bahkan berkurang drastis dibanding tahun yang lalu. Dan untuk tahun ini Karlahut juga berhasil di selesaikan bersama tim Satgas Karlahut dibawah pimpinan Danrem 031 WB. Titik api di Riau dalam beberapa hari ini nihil.

"Kita selama ini sudah menjalankan tugas memadamkan api, tapi asap masih tetap ada, asap ini kiriman dari daerah lain," ujar Plt.

Sementara itu, Danrem 031 WB, Brigjen TNI Nurendi, mengatakan, akibat kabut asap yang terus melanda Riau selama 18 tahun sudah banyak anggaran yang dikeluarkan pemerintah. Untuk itu perlu upaya pencegahan agar tidak terjadi hal yang sama selama 18 tahun di derita oleh masyarakat Riau. (dom, ara, nur, her)