Kebiasaan Melewatkan Sarapan dan Makan Malam Dapat Berdampak Buruk bagi Kesehatan Jantung
Riaumandiri.co - Pola makan yang tidak teratur, seperti sering melewatkan sarapan atau makan malam terlalu larut, ternyata bisa berdampak buruk bagi kesehatan.
Kebiasaan ini bisa menyebabkan peningkatan kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida, sekaligus menurunkan kolesterol baik (HDL), yang pada akhirnya meningkatkan risiko penyakit jantung, terutama jika terus berlangsung dalam jangka panjang.
Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Everyday Health mengungkapkan hasil yang cukup mengejutkan. Studi ini melibatkan lebih dari 30.000 orang dewasa di Tiongkok selama empat tahun.
Temuan dari penelitian berjudul Habitual Breakfast Skipping and Night Eating Associated with Unfavorable Changes in Lipid Profiles in Chinese Adults: A Longitudinal Analysis ini menunjukkan bahwa orang yang sering melewatkan sarapan atau makan malam terlalu larut cenderung mengalami peningkatan tahunan kolesterol LDL sekitar 0,89 mg/dL dibandingkan dengan mereka yang lebih disiplin dalam menjaga waktu makan.
Efek buruk dari kebiasaan ini lebih terasa pada wanita, orang dengan kelebihan berat badan, serta mereka yang kurang bergerak atau jarang berolahraga. Meski peningkatannya terbilang kecil, para peneliti mengingatkan bahwa kebiasaan ini jika berlangsung terus-menerus, dapat berdampak serius bagi kesehatan jantung.
Mengatur Waktu Makan Adalah Langkah Sederhana untuk Menjaga Kesehatan
Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang hubungan antara waktu makan dan profil lipid tubuh. Mayoritas peserta dalam studi ini adalah pria yang awalnya sehat, tanpa riwayat penyakit jantung atau kolesterol tinggi. Mereka menjalani pemeriksaan darah setiap tahun untuk memantau perubahan dalam kadar LDL, HDL, trigliserida, dan total kolesterol.
Hasilnya sangat konsisten pola makan yang tidak teratur berkaitan dengan kenaikan LDL dan trigliserida serta penurunan HDL.
"Data ini menunjukkan ada hubungan antara waktu makan dengan profil lipid, terutama pada wanita, orang dengan berat badan lebih, dan mereka yang jarang bergerak," ujar Dekan Institut Nutrisi Universitas Fudan, Xiang Gao, MD, PhD yang dikutip dari liputan6, (28/11/2025).
Di sinilah pentingnya konsep chrononutrition, yaitu ilmu yang mempelajari bagaimana waktu makan bisa mempengaruhi metabolisme dan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Melewatkan sarapan, misalnya, bisa mengganggu ritme sirkadian tubuh yang seharusnya berfungsi optimal pada pagi hari. Ini bisa mengganggu sensitivitas insulin dan meningkatkan risiko penyakit jantung.
Dampak Makan Larut Malam bagi Kesehatan
Satu lagi kebiasaan buruk yang sering dilakukan adalah makan terlalu larut malam. Ahli epidemiologi, Bernard Srour, PharmD, PhD, menjelaskan bahwa tubuh manusia cenderung lebih sensitif terhadap insulin pada pagi hari. Namun, pada malam hari, tubuh lebih sulit untuk memproses gula. Oleh karena itu, makan besar menjelang tidur dapat mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan peningkatan berat badan, dan meningkatkan kadar kolesterol jahat.
"Di malam hari, tubuh lebih sulit memproses gula. Maka itu, makan besar larut malam dapat mengganggu metabolisme, memicu kenaikan berat badan, dan meningkatkan risiko kolesterol tinggi," ujarnya yang dikutip dari liputan6, (28/11/2025).
Tak hanya itu, makan larut malam juga dapat menunda produksi melatonin, hormon yang penting untuk kualitas tidur dan pengaturan metabolisme tubuh. Jika ritme biologis tubuh terganggu, proses metabolik pun menjadi tidak optimal, yang berujung pada masalah kesehatan jangka panjang.
Tips untuk Menjaga Kadar Kolesterol Tetap Sehat
Agar kadar kolesterol tetap dalam batas yang sehat, para ahli menyarankan beberapa langkah sederhana namun efektif:
- Biasakan sarapan dalam waktu beberapa jam setelah bangun tidur.
- Hindari makan besar 2 hingga 3 jam sebelum tidur.
- Jaga konsistensi jadwal makan, termasuk pada akhir pekan.
- Tingkatkan aktivitas fisik, terutama jika jadwal makan cenderung tidak teratur.
- Terapkan pola makan sehat, seperti diet Mediterania yang kaya akan sayuran, buah-buahan, biji-bijian, kacang-kacangan, dan ikan.
- Batasi konsumsi makanan olahan, garam, gula, dan alkohol.
"Kalau punya faktor risiko penyakit jantung, memperhatikan waktu dan kualitas makanan bisa menjadi langkah kecil yang berdampak besar," kata ahli kardiologi, John Bostrom, MD yang dikutip dari liputan6, (28/11/2025).(MG/DHA)