- Korban Penyanderaan Rumah Judi di Kamboja -PWI Riau Sesalkan Sikap Dubes RI

13 Warga Meranti Tiba di Pekanbaru

13 Warga Meranti Tiba di Pekanbaru

PEKANBARU (HR)-Sebanyak 13 orang warga Kabupaten Kepulauan Meranti, akhirnya mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Kamis (28/5) sekitar pukul 16.50 WIB. Mereka adalah korban aksi penyanderaan rumah judi di Kamboja, yang akhirnya bisa dibebaskan.

Saat ini, masih ada 10 orang warga Kepulauan Meranti, yang masih tertahan di tempat yang sama. Terkait hal ini, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Riau berupaya agar mereka juga bisa dibebaskan secepatnya.
 
Ke-13 warga Meranti tersebut adalah, Edi, Sandi, Salim Junyardi, Budi Harsono, Jhonson, Hendry, Hendra, Wisely, Winson Fernando, Swandi Sofyan, Ade Gusrianto, Teddy dan Sedy. Dari pantauan di Bandara SSK II Pekanbaru, kedatangan mereka disambut langsung Bupati Kepulauan Meranti, Irwan Nasir dan Kapolres Kepulauan Meranti AKBP Z Pandra.
 
Kedatangan mereka juga mendapat pengawalan ketat dari dari petugas Bandara dan aparat Kepolisian. Begitu keluar dari pintu kedatangan internasional Bandara SSK II, mereka langsung dikawal ketat menuju bus yang sudah menunggu di area penjemputan penumpang.

Tidak ada informasi yang bisa diperoleh wartawan. Pasalnya, mereka lebih memilih tutup mulut dan terus berjalan hingga masuk ke dalam bus.

Sikap irit bicara juga dilakukan Kapolres Kepulauan Meranti, AKBP Z Pandra. Pandra hanya memilih tersenyum saat ditanya kebenaran jika para sandera memang sempat mengalami tekanan dan penganiayaan. "Saya tidak tahu itu. Pokoknya apa yang disampaikan Kedubes, itulah dia," ujarnya singkat.

Sementara itu, Ketua PWI Riau, H Dheni Kurnia mengaku menyayangkan sikap Dubes RI Perwakilan Kamboja, Pitono, yang terkesan menghambat dan kurang mendukung terhadap pemulangan WNI asal Meranti yang disekap di negara Kamboja.

"Ada perlakuan Duta Besar Indonesia di Kambojo, Pitono melakukan kegiatan yang kurang kooperatif. Untuk itu saya sebagai Ketua PWI Riau, meminta Pemerintah Republik Indonesia mengevaluasi kinerjanya," tegas Dheni, di Kantor PWI Riau.

Menurutnya, terhambatnya pemulangan 10 orang warga Meranti lainnya, dinilai juga akibat campur tangan Pitono. "Padahal kita sudah berusaha dan memberitahukan bahwa ini harga diri dan kehormatan masyarakat Riau. Dan ini kehormatan bangsa Indonesia," lanjut Dheni.

Tapi kenyataannya, apa yang sudah dilakukan pihaknya malah diintervensi. "Siapa yang tak ingin anaknya pulang, tentu semua kita mau anak kita cepat," tegasnya.

Ternyata, lanjut Dheni mereka didoktrin dan ditakut-takuti agar tidak mau menjelaskan dan berbicara tentang apa yang sebenarnya terjadi. Sehingga saat mereka disambut, ada wajah ketakutan dan cemas pada diri mereka. "Sehingga mereka lari pada ketakutan saat baru tiba di Bandara," katanya.  

PWI Riau, lanjut Dheni, akan terus berjuang untuk memulangkan 10 orang lagi warga Meranti yang masih ditahan di Kamboja tersebut.

Sementara itu, Bupati Meranti, Irwan nasir juga menyayangkan atas pemberitaan yang mendiskreditkan dirinya di salah satu surat kabar di Riau. Ia sangat tak habis pikir dengan tudingan yang ditujukan Dubes RI Perwakilan Kamboja, Pitono.

"Tak habis pikir, padahal jauh dari yang sebenarnya terjadi. Untuk itu saya mememinta Dubes RI Pitono untuk mengklarifikasi atas pemberitaan yang keliru tersebut," pungkasnya.

Kedatangan para warga Meranti itu, tentu saja disambut gembira pihak keluarga. Salah seorang anggota keluarga Weseli, mengaku sangat senang dan bahagia atas kepulangan keluarganya.

"Terima kasih semuanya, PWI Riau, Pak Mardjoni, KBRI, Media dan semua pihak yang turut membantu pemulangan keluarga kami," ujarnya. (dod, nal)