Taja Penyuluhan Bahasa dan Sastra se-Kabupaten Pelalawan

Kepala Balai Bahasa: Sastra adalah Seni Berbahasa

Kepala Balai Bahasa: Sastra adalah Seni Berbahasa

PEKANBARU (HR)-Sastra merupakan seni berbahasa yang diungkapkan pelakunya. Cara pengungkapannya bermacam-macam, bisa lewat tulisan, dan bisa juga melalui lisan. Bahasa sastra bahkan tidak selalu sama dengan bahasa sehari-hari.

Demikian diungkapkan Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau Agus Sri Danardana dalam pemaparannya tentang sastra di hadapan peserta Pelatihan Bahasa dan Sastra se-Kabupaten Pelalawan di Teluk Meranti, Rabu (13/5).

Menurut Danar, ada anggapan bahwa bahasa sastra dituduh sebagai perusak bahasa, bahasa yang aneh dan juga bahasa yang tidak benar. Anggapan atau tuduhan demikian tidak selalu benar. Tergantung seperti apa seseorang memandang sastra sebagai seni berbahasa yang mampu mengkongkretkan bahasa yang abstrak.

"Sastra mengandung citraan yang yang penuh imaji atau daya bayang,” jelas Danar.
Pelatihan yang dibuka Senin (11/5) dan berakhir Kamis (14/5) diikuti sebanyak 60 peserta yang terdiri dari guru TK/PAUD, SD, SLTP dan SLTA. Hadir sebagai pemateri, adalah Agus Sri Danardana, Imelda Yance dan Yulita Fitriana.

Sementara itu, Ketua Panitia Imelda menyebutkan, pelatihan yang diadakan selama empat hari di Teluk Meranti merupakan penyuluhan ke-10 dalam dalam tahun 2015 ini, dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau.

"Tahun ini Balai Bahasa Provinsi Riau mengadakan penyuluhan di 12 kabupaten/kota di Riau dengan materi Kebijakan Bahasa, Ejaan, Bentuk dan Pilihan Kata, Kalimat dan Paragraf dan Apresiasi Sastra. Sekarang kita hadir dan difasilitasi Dinas Pendidikan Kabupaten Pelalawan di Teluk Meranti. untuk melakukan kegiatan ini. Kami sangat berterima kasih dan mengapresiasi Dinas Pendidikan Kabupaten Pelalawan,” kata Imelda.

Kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru bahasa Indonesia terhadap bahasa dan sastra, kata ketua panitia diharapkan bisa dijadikan ajang diskusi, guna menambah pengetahuan peserta terhadap bahasa dan sastra Indonesia.
"Paling tidak sebagai mengingatkan para guru terhadap apa yang pernah didapatnya tentang bahasa dan sastra Indonesia,” jelasnya.(rls/hai)