Jarang Dituturkan, Ancaman Kepunahan Bahasa Daerah Sangat Besar

Jarang Dituturkan, Ancaman Kepunahan Bahasa Daerah Sangat Besar

RIAUMANDIRI.CO - Bahasa daerah yang banyak dimiliki Indonesia terancam punah. Kepunahan ini terjadi terutama karena penutur bahasa daerah itu tidak lagi menggunakannya ke generasi berikutnya.

Demikian dikemukakan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek)
E. Aminudin Aziz dalam webinar “Menjaga Bahasa Memuliakan Bangsa” secara virtual, di Jakarta, Selasa (4/9/2022).

Dijelaskan, berdasarkan hasil kajian yang dilakukan pada tahun 2021, menunjukkan bahwa jumlah bahasa daerah yang rentan bertambah empat bahasa, mengalami kemunduran bertambah 14 bahasa, dan terancam punah bertambah tiga bahasa.

Dia membandingkan dengan hasil kajian pada 2019 yang menemukan terdapat 11 bahasa daerah yang punah. Pada kajian tahun 2019 itu pula disebutkan terdapat 27 bahasa daerah yang rentan, 29 bahasa daerah yang mengalami kemunduran, dan 26 bahasa daerah terancam punah.

“Artinya bahwa kita akan mendapatkan ancaman kepunahan bahasa daerah kita itu sangat besar. Oleh karena itu, kita perlu melakukan upaya,” kata Aminudin.

“Kepunahan ini terjadi terutama karena penutur bahasa tidak lagi menggunakan atau mewariskan bahasa tersebut ke generasi berikutnya,” ulasnya.

Disebutkan, bahasa daerah yang dikategorikan masih aman atau masih dipakai oleh semua orang dalam etnik berjumlah 18 bahasa serta yang mengalami kondisi kritis atau dituturkan hanya kelompok masyarakat berusia 40 tahun ke atas sebanyak delapan bahasa.

Menurut Data Pokok Kebahasaan dan Kesastraan, Indonesia memiliki 718 bahasa daerah yang teridentifikasi. Di wilayah barat memiliki jumlah bahasa daerah yang sedikit, namun penduduknya banyak. Sementara wilayah timur mempunyai bahasa daerah yang banyak akan tetapi jumlah penduduknya sedikit.

“Ini berbanding terbalik dan ini tentu saja akan menjadikan upaya untuk melestarikan bahasa-bahasa dan sastra daerah ini menjadi berat kalau melihat fakta seperti ini,” katanya. (*)