Tanpa Kompromi, Warga Natuna Tolak Lanud RSA Jadi Lokasi Observasi WNI dari Wuhan

Tanpa Kompromi, Warga Natuna Tolak Lanud RSA Jadi Lokasi Observasi WNI dari Wuhan

RIAUMANDIRI.ID, NATUNA - Pemerintah pusat telah menetapkan kawasan Lanud Raden Sadjad (RSA) Natuna sebagai lokasi Observasi WNI yang baru dijemput dari Wuhan, China.

Rencananya, sebanyak 250 orang WNI akan diobservasi selama 14 hari ke depan di salah satu hanggar di kawasan Lanud RSA Natuna.

"Ini setandar WHO. Seluruh negara yang memulangkan warga negaranya dari Cina harus diobeservasi di tempat khusus selama 14 hari terlebih dahulu, baru boleh dikembalikan ke keluarga maupun masyarakat," kata Kepala BNPB Letjen TNI, Doni Monardo di Natuna, Sabtu (1/2/2020) seperti dilansir dari haluankepri.co –jaringan Haluan Media Group–.


Ia menjelaskan, Natuna dipilih sebagai lokasi observasi karena dinilai memenuhi standar untuk melakukan observasi terhadap warga yang dijemput dari wilayah yang menjadi sumber wabah virus corona itu.

Natuna dianggap tepat karena ditinjau dari berbagai sisi, mulai dari letak Lanud yang berjauhan dari pemukiman warga, juga karena Lanud RSA memiliki kawasan yang luas. Jarak antara lokasi obeservasi dengan pemukiman warga diperkirakan sekitar 5 - 6 kilometer.

"Kami sudah mencari lokasi di berbagai daerah sampai ke Biak, Papua sana, tapi Natuna yang paling pas," terangnya.

Sementara warga Natuna, secara saklek dan tegas menolak keputusan itu karena mereka khawatir terjangkit virus mematikan itu.

"Kenapa tidak di kapal perang aja kegiatan itu. Kami takut ketular, kami menolak kegiatan semacam ini apapun nama dan alasannya," kata salah seorang juru bicara pengunjuk rasa. 

Bagi mereka virus itu sangat menakutkan karena selain virusnya ganas, warga juga tidak memiliki sistem pengaman yang memadai.

"Kami tidak punya pakaian astronot untuk melindungi diri kami dari virus itu," teriak seorang pengunjuk rasa lainnya seraya mendapatkan tanggapan yang ramai dari seluruh massa.

Dr Gustian selaku perwakilan dari BNPB yang turut menerima para pendemo berupaya menjelaskan bahwa WNI yang akan dibawa ke Natuna itu adalah orang-orang yang sehat dan sudah dinyatakan steril dari virus corona.

"Karena pemerintah China tidak mengizinkan sama sekali siapapun dari manapun ia keluar dari Natuna. Bila seseorang dinyatakan terjangkit maka ia tetap ditahan di China," terangnya.

Ia melanjutkan, kegiatan yang dilakukan pemerintah hanya bersifat obesrvasi saja, sehingga kegiatan yang dilakukan hanya sebatas proses inkubasi selama beberapa hari kedepan.

Ia juga menjamin keamanan masyarakat dari gangguan yang tidak diinginkan seperti yang dikhawatirkan kebanyakan orang saat ini.

"Kami jamin ini aman, orang itu akan diinkubasi di Lanud dan orang-orang itu sehat semua. Nanti kami yang nyambut mereka bersama Pak Menteri Kesehatan. Bapak - ibu bisa saksikan sendiri kami akan salaman dengan mereka tanpa sarung tangan. Dan petugas medis kami nanti tak ada satupun yang akan menggunakan pakaian astronot. Kami jamin itu," tegasnya.

Namun begitu, massa tidak bisa menerima penjelasan-penjelasan itu karena mereka merasa sudah paham dengan penjelasan yang disampaikan.

"Kami sudah tahu itu semua pak. Kami tidak bisa menerima, kami menolak semua ini," ucap pendemo.

Akhirinya pihak dari pendemo dan pihak-pihak yang menerimanya seperti ketua DPRD Natuna, Komandan Lanud RSA Natuna dan BNPB sepakat untuk melanjutkan dialog kembali dengan Menteri Ksehatan RI, Dr Terawan setibanya di Natuna.

"Oke kita sepakat nanti jam 2 pak menteri tiba di sini dan jam 3 kita dialog lagi sama beliau. Ok," seru ketua DPRD Natuna, Andes Putra Tanjung dan dapat persetujuan dari pendemo.

Demo itu dikawal ketat oleh seratusan aparat TNI- Polri. Dan aksi tersebut berlangsung damai.

Hingga berita ini muat, ratusan warga masih memadati jalanan dan kantor DPRD Natuna menunggu kehadiran Menteri Kesehatan.



Tags Kesehatan