Batu Akik Tunggang Maniok Masuk Museum Belanda

Batu Akik Tunggang Maniok Masuk Museum Belanda

BANGKINANG (HR) - Demam batu akik semakin hari semakin meningkat, bukan dari kalangan pria saja, saat ini juga menusuk kekalangan hawa, semakin hari berbagai macam batu dari berbagai daerahpun menghasilkan batu ciri khas masing-masingnya.

Namun ada hal menarik tentang batu akik dari salah satu daerah di Kampar. Yakni Batu Akik Tunggang Maniok, yang berasal dari Sungai Durian di Kecamatan Kuok, saat ini sudah masuk museum Negara Belanda.

Hal tersebut disampaikan Camat Kuok, H Tabrani, saat membuka acara pesta rakyat Kontes Batu Akik Tunggang Maniok Sei Durian, di Pasar Kuok Kecamatan Kuok, Jumat (24/4) sore. Kontes tersebut dilaksanakn selama tiga hari mulai Jumat (24/4) hingga Minggu (26/4), dengan kategori Batu Lumut, Batu Panca Warna dan kategori bebas unik yang dikuti 150 orang.

Lebih lanjut Tabrani menjelasakan, Batu Akik Kuok yang terkenal saat ini adalah jenis Batu Lumut Padi. Batu ini sampai ke Museum Belanda. Batu tersebut bermula dari salah seorang warga Kuok yang membawanya ke Malaysia, sehingga pada akhirnya batu tersebut sampai ke Belanda dan dimuseumkan. "Ternyata batu itu memiliki nilai yang luar bisasa. Batu akik yang berada di Belanda tersebut sebanyak 7 butir, terdiri dari Batu Akik Lumut Padi dan Panca Warna," katanya.

Tabrani mengungkapkan, selama ini pencari bahan Batu Akik di Sungai Durian masih mampu menjual bahan batu akik dengan harga cukup murah, yakni hanya seharga Rp100 ribu hingga Rp200 ribu/karungnya.

Hal tersebut terjadi karena sejauh ini Batu Akik Tunggang Manik belum dikenali dan belum dibesar-besarkan ceritanya oleh masyarakat banyak di luar daerah. "Padahal batu Kuok tersebut memiliki keunikan dan kecantikan tersendiri. Makanya harga batu Kuok di luar Kampar bahkan di luar negeri ternyata harganya selangit," katanya.(hir)