Utak-atik Kebijakan, Penggunaan Cadangan Beras Pemerintah Makin Aneh

Senin, 18 Oktober 2021 - 16:59 WIB
Istimewa

RIAUMANDIRI.CO - Penggunaan cadangan beras pemerintah (CBP) semakin tidak jelas. Hal itu dikatakan Direktur Utama Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog), Budi Waseso, Senin (18/10/2021).

Alasannya pasar utama penyaluran beras dari Bulog, yakni program rastra pemerintah telah berganti. Semula pemerintah membagikan beras kepada masyarakat miskin, kini bantuan sosial yang diberikan berupa uang tunai.

"Penggunaan CBP ini makin tidak jelas karena programnya sudah beralih dari bansos renstra ini tidak ada. Kalau sekarang ini semua ada di Kementerian Sosial," kata Budi Waseso di Ombudsman RI dikutip dari Merdeka.com.

Dihapusnya program tersebut membuat Bulog kehilangan pasar 2,6 juta ton per setahun.

"Persoalannya karena begitu program Mensos rastra jadi BLT dan paket sembako maka CBP ini berhenti. Pasarnya Bulog hilang 2,6 juta ton setahun," ungkap Buwas sapaan Budi Waseso.

Hal ini pun menjadi dilema bagi Perum Bulog dalam hal pengelolaan CBP. Pemerintah meminta agar Perum Bulog menyerap hasil panen petani hingga 1 juta ton sampai 1,5 juta ton per tahun.

Sementara kebutuhan beras untuk antisipasi bencana alam dan KPHS maksimal hanya 850 ribu ton. Di sisi lain pasar penyaluran beras yang dibeli sudah berkurang banyak dan penugasan tersebut tidak bisa ditolak.

"Itu sebabnya kalau kita mau stok CBP 1,5 juta ton saja pasti berlebihan, walaupun perintah negara kita harus siap serap 1,5 juta ton.

Editor: M Ihsan Yurin

Tags

Terkini

Terpopuler