Pentingnya Air Bersih di Masa Pandemi: Pakai Teknologi GWFS, Bor Kedalaman 120 Meter

Rabu, 03 Juni 2020 - 22:21 WIB
Harapan masyarakat Minas Timur untuk ketersediaan air bersih mulai terjawab. SKK Migas - PT. Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) mengulurkan tangan dengan membantu pembangunan sumur dan bak penampungan air

RIAUMANDIRI.ID, PEKANBARU – 'Jangan lupa cuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir', begitu imbauan yang sering kita dengar untuk menjaga kebersihan dan kesehatan dalam masa pandemi virus Corona atau COVID-19.

Akses dan ketersediaan air bersih jadi sangat penting dalam situasi saat ini. Namun, masih banyak warga terutama kelompok masyarakat rentan di berbagai wilayah di Indonesia yang tidak dapat mengakses air bersih. Tak terkecuali di Provinsi Riau.

Riau memiliki iklim yang unik. Dalam setahun, terjadi dua kali musim kemarau yang cukup panjang. Kondisi itu berdampak besar bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti minum, mandi, dan menjaga kebersihan diri.

Air bersih menjadi masalah klasik di Riau. Banyak warga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah mengandalkan air tadah hujan. Sayangnya, ketika menghadapi musim kering, kapasitas volume wadah penampung hujan tak mampu memenuhi ketersediaan air bersih yang bisa mencapai hingga empat bulan lamanya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Riau yang dimutakhirkan pada 2018, Bumi Lancang Kuning memiliki tak lebih dari 28 perusahaan air minum. Mayoritas badan usaha tersebut milik daerah dan hanya tersedia di kota besar. Pun, semua perusahaan tersebut hanya dapat melayani 80 ribu pelanggan dari total 6,7 juta penduduk Riau, seperti pernah dilansir oleh Antarariau.

Dengan kondisi tersebut, imbauan untuk rajin mencuci tangan dengan air mengalir seolah hanya akan "mengalir" begitu saja jika air tak tersedia secara cukup. Jangankan air untuk mencuci tangan yang masih dianggap sebagai kebutuhan sekunder, ketersediaan air bersih untuk kebutuhan primer pun masih sulit tercukupi.

Salah satu wilayah yang rentan ketika musim kemarau tiba adalah Minas Timur, Kabupaten Siak, Riau. Topografi daerah ini adalah perbukitan yang menyulitkan masyarakat untuk mencari sumber air.

Harapan masyarakat Minas Timur untuk ketersediaan air bersih mulai terjawab. SKK Migas - PT. Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) mengulurkan tangan dengan membantu pembangunan sumur dan bak penampungan air.

Sejak Maret lalu, harapan masyarakat Minas Timur mulai terjawab. SKK Migas - PT. Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) mengulurkan tangan dengan membantu pembangunan sumur dan bak penampungan air. Sumber air diperoleh di kedalaman hampir 120 meter. SKK Migas – PT CPI menggandeng LPPM Universitas Muhammadiyah Riau (Umri) sebagai mitra pelaksana.

"Ketersediaan air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan prasyarat untuk hidup sehat. Kami berharap fasilitas ini dapat dimanfaatkan dan dirawat sebaik mungkin oleh masyarakat, terutama di tengah pandemi COVID-19,” ungkap GM Corporate Affair Asset PT CPI Sukamto Tamrin dalam keterangan tertulis yang diterima riaumandiri, Rabu (3/6/2020).

Kehadiran sumur ini diharapkan mampu membantu kebutuhan air bersih warga Minas Timur yang berjumlah sekitar 925 kepala keluarga atau setara 4.000 jiwa.

Bidang kesehatan, dalam hal ini termasuk program akses air bersih, merupakan salah satu fokus program investasi sosial yang dijalankan oleh PT CPI. SKK Migas – PT CPI telah membangun sejumlah fasilitas air bersih di berbagai wilayah di sekitar area operasi Perusahaan.

Bantuan-bantuan tersebut telah memberikan manfaat bagi sekitar 3.000 KK.
Di Minas Timur, SKK Migas - PT CPI juga membangun bak penampungan air berkapasitas 30 ribu liter. Untuk tahap awal, keberadaan bak air ini bisa menjangkau 40 KK yang tinggal di sekitarnya.

Lokasi sumur yang berada dekat jalan raya memberikan kemudahan akses. Sehingga, warga dari permukiman yang lain juga dapat memanfaatkan fasilitas tersebut.

Prasetya, penanggung jawab pembangunan sumur air bersih di Minas Timur, mengatakan warga pernah membangun sumur bor dengan kedalaman puluhan meter. Namun, pada musim kemarau jumlah debit air tidak mencukupi. Sumur bor puluhan meter tersebut tak mampu memenuhi kebutuhan air warga karena kedalaman yang terbatas.

Lebih lanjut Prasetya menjelaskan, pihak LPPM Umri mencari titik sumur dengan menggunakan teknologi Geogreen Water Finder System (GWFS). GWFS adalah teknologi terkini yang dikembangkan dari metode geolistrik sehingga menghasilkan tingkat akurasi yang lebih baik dalam menentukan karakter di bawah permukaan tanah.  Sumur yang ditemukan ini mengeluarkan air yang jernih.

Warga Minas Timur, lanjut Prasetya, sebenarnya telah memiliki sistem penyedia air bersih mandiri yang berada di dekat dengan kantor desa.Sumber airnya berasal dari embung, yang kemudian diolah untuk disalurkan ke tangki dan didistribusikan ke warga untuk sebagai kebutuhan sehari-hari.

Tapi, embung ternyata juga tak mampu melawan getirnya panas yang mendera wilayah itu. Embung kering, air hilang. Satu-satunya sumber air yang tersedia adalah dengan cara membeli air dari penjual keliling yang menggunakan truk tangki.

Setiap kali membeli air, warga harus merogoh kocek lebih dari  Rp100 ribu untuk memenuhi kapasitas empat tangki air standar rumah tangga (setara 2.000 liter). Namun, tidak semua warga mampu membeli air. Sehingga, jangankan untuk mandi, air untuk mencuci tangan pun terbatas. (Adv)

Editor: Nandra F Piliang

Tags

Terkini

Terpopuler