Rugikan Negara, PKS Minta Pemerintah Evaluasi Program Hilirasasi Nikel

Kamis, 06 Oktober 2022 - 12:18 WIB
Mulyanto

RIAUMANDIRI.CO - Anggota Komisi VII DPR RI dari FPKS Mulyanto minta pemerintah mengevaluasi pelaksaan program hilirisasi nikel yang berjalan selama ini.

Ia menilai hasil evaluasi hilirisasi nikel ini sangat penting karena bisa menjadi acuan bagi pelaksanaan program hilirisasi hasil tambang lainnya seperti timah, bauksit, dan lainnya.

Sejauh pengamatannya, pelaksanaan program hilirisasi nikel banyak merugikan masyarakat dan negara. Masyarakat hanya dapat menikmati hasil jual nikel yang kecil ke smelter. Sedangkan negara harus menanggung berbagai risiko untuk pelaksanaan program ini.

Karena itu Mulyanto minta Pemerintah serius mengevaluasi agar kejadian yang sama tidak dialami program lain.

"Jangan sampai program ini hanya indah didengar, namun manfaatnya kecil bagi pembangunan nasional.  Karena mandeg pada produk setengah jadi seperti nikel matte atau nikel pig iron (NPI) dengan nilai tambah rendah," terang Mulyanto kepada media ini Kamis (6/10/2022).

Ia menilai pengorbanan masyarakat sangat besar dalam program hilirisasi nikel ini. Penambang tidak dapat menikmati harga internasional ekspor nikel yang tinggi dan terpaksa menjual ore mereka kepada industri smelter dengan harga rendah.

Sementara itu investor smelter dimanja dengan berbagai fasilitas tax holiday dan kemudahan fiskal dan non fiskal, termasuk tenaga kerja kasar asing (TKA China).

"Yang lebih ironis lagi, sementara kita menjadi bemper yang berhadapan dengan WTO, karena tuduhan larangan ekspor nikel.  Investor China justru menangguk untung dari menjual nikel kekayaan alam kita kepada perusahaan raksasa mobil listrik Tesla. Ini adalah sebuah paradoks di negeri yang kaya sumber daya alam," jelas Mulyanto.

"Saatnya kita melarang ekspor produk setengah jadi nikel ini. Kementerian Perindustrian harus tampil di depan memimpin program hilirisasi ini, bukannya Dirjen Minerba, Kementerian ESDM.  Agar hasilnya tidak mandeg seperti ini," katanya.

Selain itu, harus jelas terlebih dahulu road map industri nilai tambah tinggi yang ingin dibangun dan dikembangkan sebelum program hilirisasi ini merembet pada bahan tambang lainnya.

Untuk diketahui, Indonesia kini tengah menghadapi gugatan Uni Eropa di WTO lantaran Indonesia melarang kebijakan ekspor nikel demi program hilirisasi di dalam negeri.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menegaskan komitmen pemerintah untuk menerapkan hilirisasi industri dalam negeri. Dia mengatakan dalam gugatan tersebut juga belum diputuskan bagaimana nasib Indonesia.

"Tapi sekali pun kita dibawa ke WTO, kita tidak akan mundur sedikit pun untuk menjalankan program hilirisasi. Karena hilirisasi adalah gagasan besar Pak Presiden dalam visinya tentang transformasi ekonomi," kata Bahlil saat ditemui media pasca memberikan orasi ilmiah di UGM Jogja, Selasa (4/10).

Editor: Syafril Amir

Tags

Terkini

Terpopuler