Ivan Gunawan Berhenti Pelihara Spirit Doll: Bikin Onar dan karena Kalian Semua Heboh

Ivan Gunawan Berhenti Pelihara Spirit Doll: Bikin Onar dan karena Kalian Semua Heboh

RIAUMANDIRI.CO - Ivan Gunawan mengaku berhenti merawat dua bayi boneka atau spirit doll yang kerap ia tunjukkan di media sosial.

"Saya udah enggak pelihara boneka lagi," kata Ivan Gunawan seperti dilansir InsertLive pada Kamis (6/1).

Ivan juga mengatakan kedua boneka yang ia rawat sebelumnya telah diberikan ke orang lain.


"Udah nggak ada, karena alasannya membuat onar, kalian semuanya heboh. Jadi saya memilih tidak memelihara lagi. Saya kasih orang," tutur Ivan Gunawan saat ditemui di Trans TV, dikutip dari detik.com.

Ivan mengaku lelah karena selalu mendapatkan pertanyaan soal kedua boneka arwah yang ia rawat layaknya anak. Kedua boneka itu diberi nama Miracle dan Marvel.

Sementara itu, tren adopsi boneka arwah ini mendapatkan berbagai tanggapan dari elemen masyarakat.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Dakwah, Cholil Nafis meminta agar umat Islam tak menyembah boneka arwah karena dapat terjebak pada kemusyrikan.

"Kalau itu diisi atau dipersepsikan tempat arwah, hukumnya tidak boleh memelihara makhluk halus. Kalau disembah musyrik, tapi kalau berteman saja berarti berteman dengan jin," kata Cholil dalam keterangan tertulisnya, Senin (3/1).

Di lain sisi, Ketua Program Studi Terapan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Rose Mini Agoes Salim menyebut bahwa tak ada yang salah dengan memainkan dan merawat boneka arwah.

Namun, yang menjadi bahaya adalah bila orang yang bermain terjebak dalam ruang halusinasi.

"Kalau tidak bisa membedakan realitas dan imajiner sudah mulai bahaya. Memang ada imajinasi kalau campur baur maka harus ada sesuatu yang dilakukan [konsultasi dengan profesional]. Kalau [sekadar] main-main ya monggo saja," katanya.

Psikolog dari Universitas Gadjah Mada Koentjoro juga memiliki penilaian yang mirip. Ia menuturkan, saat orang yang memelihara boneka arwah bersikap seolah itu anaknya sendiri, itu sudah masuk dalam masalah.

"Jadi sama saja dengan anak kecil yang main boneka, tapi ya jadi berbahaya kalau mereka semakin terjerumus dalam halusinasinya," tutur Koentjoro.