Covid-19 Belum Usai, China Harus Siaga Flu Burung

Covid-19 Belum Usai, China Harus Siaga Flu Burung

RIAUMANDIRI.CO - Pandemi Covid-19 belum usai, kini China harus berupaya mengantisipasi lebih banyak lagi kasus flu burung pada manusia.

Sebab, baru-baru ini China kembali mendapati satu kasus flu burung varian H5N6, pada seorang warga di Kota Dongguan, Provinsi Guangdong.

Diketahui pasien flu burung itu, bermarga Li berusia 53 tahun dan saat ini masih dalam penanganan di rumah sakit di Dongguan.


Pernyataan tersebut disampaikan oleh Komisi Kesehatan Guangdong, Kamis. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, China juga mendapati satu kasus sejenis pada 19 Agustus di Kota Huizhou.

Dalam hal ini, pakar kesehatan mengamati bahwa flu burung varian H5N6 sangat mudah menular di antara unggas.

Dia menuturkan, sejak pertama kali ditemukan pada unggas di China pada 2008, H5N6 ini secara bertahap menggantikan H5N1 sebagai virus utama yang sebelumnya sangat lazim ditemukan di peternakan dan pasar unggas hidup di daratan Tiongkok itu.

Kendati begitu, dalam penjelasannya itu dikatakan, secara alamiah virus H5N6 sangat mudah menginfeksi burung dan jarang sekali menginfeksi manusia, demikian pendapat pengamat seperti dikutip media setempat.

Sementara, hingga akhir Maret 2021, hanya terdapat 25 kasus penularan H5N6 pada manusia yang tersebar di beberapa negara, sebagaimana dikutip Pikiran-Rakyat.com dari laman Antara.

Kemudian, pada 12 April 2021, H5N6 ditemukan menginfeksi beberapa burung liar di Shenyang, Provinsi Liaoning. Itu merupakan kasus pertama H5N6 yang ditemukan di China.

Setelah Mei 2014, beberapa kasus penularan H5N6 pada manusia ditemukan di beberapa provinsi di China, seperti Sichuan, Guangdong, Yunnan, dan Jiangxi.

Adapun sedikitnya tercatat empat orang tewas, akibat infeksi yang terjadi pada tujuh tahun silam itu.

Demikian, Pakar kesehatan dari Guangdong menyimpulkan bahwa H5N6 bisa terjadi di mana saja dan risiko penularannya sangat rendah.

Walau begitu, mereka mengingatkan bahwa upaya untuk mencegah wabah itu jadi meluas harus menjadi prioritas utama.

Untuk itu, pengawasan tetap menjadi perhatian agar penyebaran wabah tersebut bisa dihindari meskipun kasus infeksi pada manusia masih jarang terjadi, demikian saran pengamat.

Berbeda dari hal itu, sebelumnya seorang pria berusia 41 tahun di Provinsi Jiangsu di China timur dipastikan merupakan manusia pertama yang terinfeksi flu burung H10N3, kata Komisi Kesehatan Nasional China (NHC), Selasa.

Pria tersebut merupakan penduduk Kota Zhenjiang, dirawat di rumah sakit pada 28 April setelah mengalami demam dan beberapa gejala lainnya, kata NHC melalui pernyataan.

Dia juga didiagnosa mengidap virus flu burung H10N3 pada 28 Mei, kata NHC. Akan tetapi, Komisi tidak memberi keterangan rinci soal bagaimana pria itu terinfeksi virus tersebut.

Namun, kondisi sang pasien berada dalam keadaan stabil dan sudah siap keluar dari rumah sakit. Menurut pengamatan medis, tidak ada orang dekat pria itu yang mengalami kasus serupa.

H10N3 adalah jenis virus patogenik rendah atau relatif lebih ringan pada unggas, dan risiko penyebarannya dalam skala besar sangat rendah, kata NHC.

“Jenis virus tersebut bukan virus yang sangat umum,” kata Filip Claes, koordinator regional laboratorium Pusat Darurat Penyakit Hewan Lintas Batas Organisasi Pangan dan Pertanian untuk Kantor Regional untuk Asia dan Pasifik.