Sandingkan AHY dengan Airlangga, Max Sopacua: Ambisi Berlebihan untuk Masuk Istana

Sandingkan AHY dengan Airlangga, Max Sopacua: Ambisi Berlebihan untuk Masuk Istana

RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA -  Pimpinan Demokrat Kongres Luar Biasa (KLB) Max Sopacua menyebut upaya terus mempromosikan pasangan Agus Harimurti-Airlangga Hartarto sebagai ambisi berlebihan. 

Upaya mengulang sukses pasangan Susilo Bambang Yudyoyono (Demokrat) dengan Jusuf Kalla (Golkar) pada Pemilu 2004 dianggap berlebihan. Mereka beda kualitas, situasi, zaman serta konstelasi yang terus berkembang.

"Mereka mendorong AHY untuk dipasangkan dengan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto layaknya SBY dan JK pada 2004. Mereka didorong ambisi dengan supporting sang ayah SBY sejak awal yang seakan ingin melanggengkan  kekuasaan," kata Max kepada wartawan, Rabu (9/6/2021).

Dalam pandangan Max, sampai saat ini belum ada tokoh yang bisa disandingkan dengan AHY. Karena secara kualitas dan pengalaman, masih jauh kalah dibandingkan dengan kandidat yang sudah muncul.

Airlangga Hartarto adalah birokrat yang dua periode jadi menteri dan dua periode ketua komisi di DPR. Kemudian Anies Baswedan mantan menteri yang juga Gubernur DKI Jakarta. Muhaimin Iskandar alias Cak Imin juga mantan menteri dan pimpinan DPR. Puan Maharani telah malang melintang di DPR dan mantan menteri.

"Sedangkan AHY dalam pengalaman birokrat nggak punya. Aneh saja ada hasil survei yang menempatkan AHY sebagai calon presiden urutan ke dua setelah Prabowo. Justru ini menurut saya yang patut dipertanyakan," ujarnya.

Max mengamini pernyataan dan analisis Direktur Eksekutif IndoBarometer M. Qodari yang menyebutkan Airlangga dan AHY secara kualiatas dan kuantitas berbeda. Upaya Deputi Balitbang Demokrat Syahrial Nasution yang menyebut Qodari tak berdasar, justru malah menuding kepada diri sendiri.

Syahrial Nasution di Badan Litbang yang tanpa referensi menyerang Qodari dengan istilah periuk nasi retak itu istilahnya sangat konyol bagi seorang politisi intelektual. Hanya karena harus berperan sebagai penjilat maka opini orang dianggap rusak.

"Saya mau nanya siapa orang yang meragukan kredibilitas Qodari dengan IndoBarometer-nya. Sejak 2003 dia sudah malang melintang dalam survei dan SBY juga sangat memberi perhatian terhadap Qodari dengan IndoBarometer-nya. Saya sangat yakin 1.000 persen, tahun 2002/2003 Syahrial belum mimpi untuk masuk Partai Demokrat. Saran saya, pakailah referensi yang mumpuni kalau mau kritik orang seperti Qodari," kataMax.