Studi Ungkap Penyebab Pembekuan Darah Pasien Covid-19

Studi Ungkap Penyebab Pembekuan Darah Pasien Covid-19

RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA – Seorang perempuan asal Semarang, Swani kehilangan suaminya yang meninggal dunia karena pengentalan darah setelah sembuh dari Covid-19.

Suami Swani dirawat hampir lebih dari 20 hari hari di salah satu rumah sakit di Semarang. Dia didiagnosis positif Covid-19 pada 9 Desember dan langsung menjalani perawatan di rumah sakit.

Di rumah sakit, suami Swani menerima tatalaksana pengobatan Covid-19 termasuk obat pengencer darah. Data dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 90 persen pasien Covid-19 mengalami koagulasi atau pengentalan darah sehingga harus diberikan obat pengencer darah.


Ahli penyakit dalam Profesor Zubairi Djoerban menjelaskan kekentalan darah merupakan salah satu keadaan yang dapat terjadi karena Covid-19. Kondisi ini bisa dicegah dengan memberikan obat pengencer darah saat pasien pertama kali dirawat dan diteruskan dengan pantauan dokter.

Jika sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19, Zubairi menyebut pengentalan darah mungkin masih bisa terjadi. Oleh karena itu dokter atau pasien harus memeriksakan keenceran darahnya. Selain itu, kekentalan darah juga harus diobati dengan benar dan biasanya membutuhkan waktu mengonsumsi obat selama enam bulan.

"Jika masih kental, masih mendapatkan pengobatan sampai enam bulan kemudian. Pengobatan jangka panjang," ucap Zubairi.

Jika tidak mendapatkan pengobatan, pengentalan darah dapat berujung pada kondisi pembekuan darah. Jika hal ini terjadi di otak maka dapat menyebabkan stroke, jika terjadi di jantung dikenal dengan serangan jantung, atau bisa juga terjadi di kaki yang disebut dengan trombosis vena dalam (DVT).

Sebelumnya, sebuah studi menunjukkan penyebab pembekuan darah pada hampir setengah pasien Covid-19, yang bisa berimbas pada berbagai masalah organ.

Berdasarkan studi yang diterbitkan pada jurnal Science Translational Medicine tersebut, penyebabnya adalah antibodi autoimun yang beredar di dalam darah, menyerang sel dan memicu pembekuan di arteri, vena, dan pembuluh mikroskopis.

Reaksi autoimun tersebut menyebabkan sistem imun menyerang tubuh sendiri.

Sebagaimana dilansir Medical Xpress, pembekuan darah  juga dapat menyebabkan kondisi yang mengancam jiwa seperti stroke. Dan, pada Covid-19, pembekuan mikroskopis dapat membatasi aliran darah di paru-paru, mengganggu sirkulasi oksigen yang normal.

"Hubungan antara autoantibodi dan Covid-19 tidak terduga. Pada pasien dengan Covid-19, kami terus melihat siklus peradangan dan pembekuan darah yang terus-menerus tanpa henti di dalam tubuh," kata rekan penulis Yogen Kanthi, asisten profesor di Michigan Medicine Frankel Cardiovascular Center.

"Sekarang kami belajar bahwa autoantibodi bisa menjadi penyebab putaran pembekuan dan peradangan yang membuat orang yang sudah berjuang menjadi lebih sakit," tambahnya.

Para peneliti pun juga menemukan bahwa sekitar setengah dari pasien yang mengalami sakit parah akibat Covid-19 juga menunjukkan kombinasi antibodi berbahaya dan neutrofil tingkat tinggi di mana bisa merusak sel darah putih.

"Kami belum tahu apa yang memicu tubuh memproduksi antibodi ini, jadi langkah selanjutnya adalah penelitian tambahan untuk mengidentifikasi pemicu dan target antibodi," kata rekan penulis Jason Knight, yang juga seorang ahli reumatologi di Michigan Medicine.

Selain itu, temuan ini memunculkan pertanyaan baru seputar penggunaan plasma pemulihan sebagai kemungkinan pengobatan Covid-19, tetapi tim peneliti mengatakan diperlukan lebih banyak penelitian untuk memeriksa masalah ini.

"Kami sekarang menyelidiki berapa lama antibodi ini tetap beredar setelah pulih dari virus Corona baru," kata Knight.



Tags Corona