Pengamat: Boikot Prancis Bukan Sekadar Persoalan Ekonomi

Pengamat: Boikot Prancis Bukan Sekadar Persoalan Ekonomi

RIAUMANDIRI.ID, PEKANBARU - Pengamat Kebijakan Publik UIN Suska Riau, Elfiandri menilai gerakan boikot produk-produk asal Prancis, menyusul ucapan Presiden Prancis Emmanuel Macron tidak bisa dilihat hanya dari sisi ekonomi. Hal ini berhubungan dengan fakta bahwa produk asal Prancis sangat digemari masyarakat Indonesia, terutama sebab harganya yang relatif murah, seperti Danone, Garnier, Kraft, dan lain sebagainya.

Untuk itu, pemerintah Indonesia perlu mengambil sikap memboikot prouduk-produk asal Prancis. 

"Tidak bisa dipandang sebagai satu persoalan rasional. Dari sisi ekonomi memang rugi. Tapi ada rasional lain, mungkin finansial rugi, namun di spirituil menang," ucap El, sapaannya, kepada Riaumandiri.id, Sabtu (7/11/2020).


Swalayan waralaba 212 Mart di Pekanbaru juga diketahui tetap melakukan aksi boikot produk asal Prancis meskipun alami kerugian.

“Sebenarnya dengan boikot ini kita merugi karena barang tidak terjual. Namun hal ini dilakukan sebagai bentuk protes dan di barisan itu kita berdiri sekarang,” kata Manajer 212 Mart, Elva Susianti seperti dilansir dari Antara.

Elfiandri juga mengatakan, ucapan Macron telah menciderai nilai toleransi dan saling menghargai yang terus dibangun antarumat beragama, terutama muslim di seluruh dunia.

"Opini yang dibangun Prancis dinilai sebagai kesewenang-wenangan. Seorang muslim tentu saja tersinggung. Ibaratnya kita sudah saling menghargai, kok jadinya tidak menghargai lagi," paparnya.

Selain itu, Sekretaris Jendral MUI Riau, Zulhusni Domo mengatakan aksi boikot satu-satunya cara masyarakat muslim, khususnya yang lokasinya jauh seperti Indonesia memperlihatkan rasa ketersinggungan.

Namun, ia juga mengingatkan dalam Islam tidak ada larangan berinteraksi sosial (bermuamalat) dengan siapa pun, termasuk Prancis.

"Ini bentuk pelajaran dan protes yang kita berikan kepada mereka. Dalam Islam sebenarnya tidak masalah bermuamalat dengan mereka," jelas Domo.

MUI Riau dalam penyataan sikapnya menyatakan beberapa hal terkait aksi pemboikotan Prancis ini. Pertama, mendukung imbauan MUI Pusat untuk memboikot semua produk yang berasal dari Prancis. Kedua, mendorong seluruh pemimpin dunia memberi tekanan terhadap Macron untuk meminta maaf atas perbuatannya. Ketiga, mengimbau masyarakat Riau turut memboikot produk Prancis. Keempat, meminta para ustaz menyampaikan dakwah keteladanan dan wajibnya membela Nabi. Kelima, meminta penegak hukum tegas terhadap penistaan-penistaan agama yang berpotensi merusak kerukunan. Keenam, mengimbau masyarakat saling menjaga persatuan dan memperkokok ukhuwah.

Jumat (6/11/2020) lalu, diketahui Gerakan Masyarakat Menuntut Keadilan (GMMK) Riau melakukan aksi demonstrasi di bundaran Tugu Zapin depan Kantor Gubernur Riau mengutuk perbuatan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dinilai melecehkan Nabi Muhammad SAW.

Pada Oktober 2020 lalu, Emmanuel Macron memberikan pembelaan terhadap publikasi kartun oleh majalah mingguan Charle Hebdoo yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW. Menurut Macron, kartun itu adalah bentuk kebebasan berbicara.

Pernyataan Macron keluar setelah peristiwa pemenggalan seorang guru sejarah di sebuah kota pinggiran di dekat Paris, Samuel Paty.

Hingga kini, Macron telah beberapa kali melakukan klarifikasi terkait ucapannya tersebut. Ia menyebutkan, ada orang bodoh yang sengaja memutarbalikkan tafsir ucapannya. Hal itu disampaikannya melalui akun Twitter pribadinya pada Kamis (5/11/2020) pagi WIB.

"Janganlah kita mengembangkan kebodohan dengan memutarbalikkan perkataan seorang kepala negara," tulis Macron di twitternya.


Reporter: M Ihsan Yurin