Risma Ungkap Strategi Surabaya Turunkan Kasus COVID-19
RIAUMANDIRI.ID, SURABAYA – Tri Rismaharini menyebut tren kasus virus corona (COVID-19) mengalami penurunan. Wali Kota Surabaya itu mengatakan bahwa pihaknya melakukan rapid test massal di wilayah Surabaya bersama instansi terkait.
"Kita kan melakukan rapid di beberapa tempat. Kami alhamdulillah matur nuwun BNPB yang sudah hampir 1 bulan lebih itu membantu kami untuk melakukan rapid massal, juga dibantu oleh BIN melakukan rapid massal di beberapa tempat. Meskipun kami melakukan banyak sekali di beberapa tempat, trennya memang menurun. Jadi makanya BIN kemudian meninggalkan Surabaya, karena memang ada tren menurun. Dan kita tetap (lanjutkan tes massal)," kata Risma dalam konferensi yang disiarkan di YouTube BNPB, Selasa (23/6/2020).
Risma menjelaskan setiap komunitas yang diketahui memiliki satu kasus positif akan segera ditindaklanjuti rapid test. Risma mengatakan tidak ada pengecualian bagi warga yang bukan berasal dari Surabaya.
"Jadi misalnya saya melihat di kawasan sekitar rumah sakit itu ada kecenderungan itu pedagang restoran, kemudian di market kecil-kecil gitu, itu ada positif sehingga satu jalan kita rapid sekitaran rumah sakit itu. Kemudian juga SPG, kemudian ada hotel. Itu petugas hotel kita lakukan rapid massal. Kemudian juga di pasar-pasar," jelas Risma.
"Semuanya memang bukan warga Surabaya tapi tetap harus kita lakukan supaya kita tahu tracingnya itu sehingga mereka ada di mana, yang kemudian kita lakukan rapid massal dengan menindaklanjuti hasil positif yang kita lakukan. Itu terus begitu berjalan terus. Begitu ada positif 1 maka lingkungannya kita kunci untuk kita lakukan rapid," sambungnya.
Lebih lanjut Risma mengatakan kota tersebut melakukan berbagai upaya guna memutus rantai penyebaran COVID-19 seperti membentuk Kampung Tangguh, Pasar Tangguh, Tempat Ibadah Tangguh, hingga Transportasi Tangguh. Menurutnya, tempat-tempat tersebut telah disediakan pengawas yang akan memantau aktivitas yang dilakukan warga.
"Memang berat untuk pengawasannya tetapi kami coba melakukan konsisten tiap hari, jadi kita pantau, juga malam kami ada petugas yang piket di beberapa tempat untuk memantau misalkan warga yang nggak gunakan masker dan sebagainya," ujar Risma.
Risma juga mengatakan Surabaya telah membuat rumah sakit lapangan guna menampung pasien COVID-19 yang bukan berasal dari Surabaya. Ketersediaan tempat tidur atau bed di rumah sakit tersebut saat ini masih cukup.
"Sebetulnya untuk yang rumah sakit lapangan itu memang kita siapkan untuk warga yang bukan Surabaya karena warga Surabaya itu kami bisa biayai dengan APBD. Dan kemarin malam sekitar jam 9 kita cek rumah sakit lapangan untuk perempuan hanya sisa 5 bed. Dan tiap hari kami update. Untuk yang laki-laki juga sisa 5 bed. Jadi artinya dari 60 (tempat tidur) yang laki-laki itu terisi 55 dan 40 (tempat tidur) yang perempuan terisi 35," ucap Risma.