Dinilai Konyol, Penyemprotan Disinfektan di Jalanan Tak Pernah Direkomendasikan WHO

Dinilai Konyol, Penyemprotan Disinfektan di Jalanan Tak Pernah Direkomendasikan WHO

RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA – Bermacam cara dilakukan masyarakat dunia dalam menghadapi pandemi Corona, termasuk menyemprot jalanan dengan disinfektan. Kegiatan penyemprotan itu juga marak dilakukan di Indonesia. Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menilai itu sebagai cara konyol dan tidak direkomendasikan.

Perintah penyemprotan disinfektan diperkuat dengan surat telegram Kapolri bernomor ST/1008/III/KES.7/2020. Dilansir dari detikcom, Kapolri Jenderal Idham Azis mewajibkan seluruh jajaran kepolisian di Indonesia melakukan penyemprotan disinfektan di seluruh daerah. Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla (JK) meninjau perakitan 40 alat penembak yang disebut gunner. Nantinya, armada gunner ini bakal menyemprot Jawa, Sumatera, dan Sulawesi dengan disinfektan.

Jalanan di lima wilayah kota di DKI Jakarta, yang merupakan episentrum COVID-19 di negeri ini, disemprot disinfektan pada 22 Maret 2020. Di Surabaya, drone dikerahkan oleh Wali Kota Tri Rismaharini (Risma) untuk menyemprot disinfektan di jalan dan di kampung-kampung padat penduduk, 23 Maret.


Di Riau, 12 kabupaten dan kota di provinsi itu serentak menggelar penyemprotan disinfektan yang katanya guna memutus mata rantai penyebaran virus Corona Covid-19, pada Selasa (31/3/2020) lalu.

Baca: 12 Daerah di Riau Lakukan Penyemprotan Disinfektan Serentak, Libatkan 3.802 Personel TNI-POLRI

Penyemprotan disinfektan di jalanan dan lingkungan luar ruangan memang bukan fenomena Indonesia saja. Di India, Meksiko, hingga Turki juga demikian.

Disiarkan DW News, presenter Phil Gayle bertanya kepada Kepala Jaringan Wabah dan Tanggap Darurat Global WHO, Dale Fisher. Dia meminta pandangan Fisher mengenai penyemprotan jalanan dengan disinfektan yang dilakukan di mana-mana.

"Mungkin itu adalah citra masyarakat yang kita anggap serius, saya tidak tahu. Yang jelas, itu adalah hal yang tidak kami rekomendasikan. Kami tidak percaya orang-orang tertular virus dari permukaan tanah (jalanan -red)," kata Fisher, sebagaimana diunggah DW News di akun YouTube, Kamis (2/4).

Daripada menyemprot jalanan dengan disinfektan mengandung klorin, lebih baik menggalakkan kegiatan cuci tangan dengan sabun.

"Saya lebih melihat orang-orang mencuci tangan dan menjaga jarak, hal seperti itulah yang merupakan aksi tanggap masyarakat terhadap virus, bukan menyemprotkan klorin di mana-mana," kata Fisher.

Dilansir Reuters, Fisher bahkan menganggap langkah penyemprotan jalanan dengan disinfektan bisa berisiko merugikan kesehatan masyarakat, membuang waktu, dan menghamburkan sumber daya.

"Itu adalah sebuah gambaran konyol di banyak negara," kata Fisher yang juga ahli penyakit menular, Selasa (31/3).

"Saya tidak percaya itu bisa berkontribusi apapun untuk merespons (COVID-19) dan bisa beracun bagi masyarakat. Virus itu tidak akan bertahan lama di lingkungan dan orang-orang pada umumnya juga tidak menyentuh permukaan (tanah/jalanan)," kata Fisher.

Peneliti dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) China, Zhang Liubo, bahkan mewanti-wanti masyarakat supaya tidak kelewat kerajingan main semprot disinfektan. Soalnya, cairan disinfektan bisa berbahaya bagi manusia bila kelewat banyak masuk ke tubuh.

"Permukaan di luar ruangan, seperti jalanan, tempat lapang, rerumputan, jangan sering-sering disemprot dengan disinfektan... Menyemprot disinfektan dalam area yang luas dan terus-terusan bisa bikin polusi lingkungan dan harus dihindari," kata Zhang Liubo, dilansir Science dari siaran televisi CCTV China.(dtc/nan)



Tags Kesehatan