Pakar Lingkungan Sebut Pemerintah Tak Serius Atasi Penyebab Utama Karhutla di Riau

Pakar Lingkungan Sebut Pemerintah Tak Serius Atasi Penyebab Utama Karhutla di Riau

RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Pakar Lingkungan Dr. Elviriadi menyebut kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melanda Riau tiap tahun dikarenakan pemerintah kurang serius mengatasi persoalan ini.

Elviriadi mengatakan faktor mendasarnya yaitu lahan gambut yang seharusnya tidak untuk dialihfungsikan tetapi dialihfungsikan menjadi kebun sawit dan akasia sehingga menyebabkan kekeringan lahan yang berujung pada bencana karhutla.

"Gambut itu tak boleh diutak-atik hutan di atasnya, tapi ini akhirnya dialihfungsikan sehingga rusaklah fungsi lahan gambut. Ini kebijakan masa lalu," kata peneliti dan pengajar Ilmu lingkungan di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau ini, Rabu (31/7/2019).


Elviriadi berkata eksplotasi lahan gambut yang berlangsung di Riau sudah mencapai 77 persen yang dialihfungsikan, terutama di Kabupaten Pelalawan dan Meranti yang mengalami rusak berat. 

Untuk itu, menurut Ketua Departeman Perubahan Iklim Majelis Nasional KAHMI ini, sangat mendesak bagi pemerintah melakukan pemulihan lahan gambut dengan cara penghijauan dan pendataan yang dilakukan secara serentak.  

Pemerintah, kata Elviriadi, sebagai pihak yang punya otoritas dan wewenang, harus segera melakukan pemulihan tersebut agar masalah karhutla tak terulang lagi.

"Pemerintah harus intervensi hulunya karena sumber petakanya dari hulu. Lakukan pemulihan lahan gambut yang rusak, perlu intervensi pemerintah yaitu memperbaiki regulasinya, melarang lagi eksploitasi gambut, membuat aturan yang ketat bagi perusahaan yang sudah telanjur dapat izin lahan gambut," sebutnya.

"Saya kira pemerintah perlu mengambil sedikit demi sedikitlah luas konsesi lahan yang terbakar. Biang keladi karhutla itu jelas, yaitu lahan gambut dialihfungsikan," sambungnya.

Diberitakan, kondisi udara di Pekanbaru kian memburuk akibat asap pekat yang ditimbulkan dari karhutla yang terjadi di sejumlah daerah di Riau. Data BMKG yang dirilis hari ini, Rabu (31/7/2019) jarak pandang hanya 3 kilometer akibat asap.

Kondisi paling buruk akibat asap yaitu di Kabupaten Pelalawan. Di mana jarak pandang di wilayah tersebut hanya 2 Km di pagi hari.


Reporter: Rico Mardianto