Film Perdana Melayu Lawak Meranti Disambut Antusias Masyarakat

Film Perdana Melayu Lawak Meranti Disambut Antusias Masyarakat

RIAUMANDIRI.CO, MERANTI - Melayu Lawak Meranti Produksi meluncurkan film perdana. Film karya anak daerah Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau ini, sungguh memukau dan mendapat sambutan antusias masyarakat setempat.

Meski mengeluarkan dana Rp10.000, masyarakat terlihat antusias dalam mendukung karya anak daerah berjuluk Kota Sagu tersebut.

Ketua Pelaksana Kegiatan Film "Lem Kambing Punye Pasal", Tengku Harzuin alias Bombom, mengatakan, penonton begitu ramai memadati lokasi acara. Bahkan sebagian penonton terpaksa menyaksikan film tersebut dari luar Gedung PKK Kepulauan Meranti pada Sabtu (13/7/2019) malam.


"Alhamdulillah, penontonnya ramai, sampai tak muat. 150 tiket habis terjual. Ini semua berkat kerja keras kawan Melayu Lawak Meranti yang selalu kompak dalam bekerja keras mensukseskan acara," ujar Bombom.

Bombom tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua masyarakat yang telah membantu acara mereka dengan hadir menyaksikan langsung film tersebut.

"Terima kasih semua pihak yang telah mendukung acara ini. Semoga kami Melayu Lawak tetap eksis dan berkarya lebih bagus lagi ke depannya," harap Bombom.

Dijelaskan Bombom, film itu mengisahkan tentang kenakalan remaja yang diperankan Muhammad Syahren selaku Bero dan pemeran utamanya, Feri Juniawan sebagai Pak Mail, Zulfahmi sebagai Japo Ayah dari Bero, Ririn sebagai Zenab selaku teman Bero, Solihin sebagai Sonjong teman dekat Bero, Zulkarnain selaku Ketua Pemuda, Tengku Azwin sebagai Bombom, Restu sebagai Siti, Siti Zubaidah selaku Bedah Ibu dari Zainab, Ita sebagai Salmah Ibu dari Bero dan lain-lain.

Ketua Melayu Lawak Meranti M Syahren menyampaikan, film itu mengisahkan tentang bahaya lem kambing apabila digunakan dengan cara dihisap sehingga lama-kelamaan Bero menjadi remaja nakal yang luar biasa.

Cerita Syahren, film itu juga menceritakan Ia tidak sekolah dan tidak bekerja bahkan yang lebih parah ia menjadi maling akibat lem kambing tersebut sehingga menjadi keresahan masyarakat desa.

Namun akhirnya Bero sadar lalu menyesali perilakunya selama itu.

"Film diluncurkan atas ide-ide ia dan rekan-rekannya karena maraknya lem kambing disalahgunakan remaja di Kepulaun Meranti sehingga film tersebut dibuat selama satu jam setengah," ungkap Syahren.

"Film ini sengaje kite buat sebab ade pesan moralnye tentang bahayenye ngelem," ungkap Syahren dengan logat melayunya.

"Film berdurasi 1 jam 30 menit itu dirampungkan dengan memakan waktu tiga bulan lamanya, menggunakan satu buah kamera nikon tipe D 7000," ucapnya.

"Sebelum film kami tayangkan, film akan diadakan dengan care nobar namun sebelum nobar trailler film itu kami unggah di youtube dan akun-akun fesbuk kami sehingge hal itu banyak ditanggap oleh para penggune fesbuk," ungkap pemeran utama itu.

Dikatakan Syahren lagi, mereka sudah berkomunikasi terlebih dahulu dengan pihak Pemda terkait nobar yang bakal mereka laksanakan. Namun tidak membuahkan hasil sehingga mereka ambil opsi berikutnya dengan cara menjual tiket Rp10.000 per orang karena dari uang itulah untuk biaya operasional.

"Bagi masyarakat yang belum berkesempatan hadir untuk nobar nantikan tayangan film ini di-upload ke Youtube Melayu Lawak Meranti yang berjudul 'Lem Kambing Punye Pasal'," tutup Syahren.

Reporter: Azwin