Indonesia Butuh 83.000 Pelaut dan 6.000 Teknisi Pesawat

Indonesia Butuh 83.000 Pelaut dan 6.000 Teknisi Pesawat

SUNGAIPAKNING (HR)-Saat ini diperkirakan Indonesia masih membutuhkan 83.000 pelaut dengan rata-rata penambahan kebutuhan per tahun 16.000 pelaut. Sedangkan seluruh sekolah maritim yang ada, baik negeri maupun swasta, hanya mampu memberikan kontribusi sekitar 1.700 setiap tahunnya.

Di sisi lain, dari 1.700 orang tamatan tersebut, sebagian besarnya lebih cenderung berkerja di luar negeri karena tawaran gaji yang mereka dapatkan jauh lebih tinggi, sebab dihitung dalam kurs dollar.

“Potensi inilah yang ingin manfaatkan dan menjadi salah satu latar belakang Pemerintah Kabupaten Bengkalis mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Pelayaran Bukit Batu,” terang Bupati Bengkalis, H Herliyan Saleh.

Bupati mengatakan itu ketika menghadiri pelantikan  Taruna-Taruni Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Pelayaran Bukit Batu Angkatan XII dan SMK Negeri 2 Penerbangan Bukit Batu Angkatan I, Senin (16/3).  Kepada seluruh pemangku kepentingan di SMK Negeri 1 Pelayaran Bukit Batu, Bupati berharap untuk senantiasa meningkatkan kuantitas dan kualitas proses, out put maupun out come.

“Tujuannya, selain agar dapat memenuhi standar, juga supaya lulusan SMK Negeri 1 Pelayaran Bukit Batu ini mampu bersaing dengan lulusan SMK sejenis yang di tempat lain,” pesannya.

Apalagi saat ini, katanya, banyak sekolah-sekolah pelayaran swasta yang tidak memenuhi standar International Maritime Organization (IMO) atau Organisasi Maritim Internasional sebagaimana hasil audit lembaga pendidikan oleh perwakilan IMO di Indonesia setiap tahun.

“Hasil audit tersebut harus benar-benar dijadikan acuan SMK Negeri 1 Pelayaran Bukit Batu, agar lulusan yang dihasilkan memenuhi standar IMO,” harapnya.

 Teknisi Pesawat
Kemudian, sejalan dengan kian pesatnya perkembangan dan kemajuan industri penerbangan, Indonesia saat ini masih kekurangan tenaga ahli di bidang perawatan pesawat. Dalam setahun diperkirakan institusi pendidikan di Indonesia hanya mampu mencetak 600 orang tenaga ahli bidang perawatan pesawat.

Karena itu tidak salah jika dikatakan bahwa teknisi dan tenaga ahli perawatan pesawat masih menjadi profesi langka di Indonesia dan menjadi isu utama industri perawatan pesawat.(man)