Kurikulum PT yang Mengikuti Perubahan Zaman Lebih Disukai Generasi Milenial

Kurikulum PT yang Mengikuti Perubahan Zaman Lebih Disukai Generasi Milenial

RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU – Generasi milenial yang memiliki sifat fleksibel, update teknologi dan mandiri, terbuka dan serba ingin tahu menjadi tantangan bagi perguruan tinggi, terlebih perguruan tinggi swasta.

Untuk mengikuti perubahan dan perkembangan teknologi di era revolusi industri 4.0, Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X yang mencakup 4 provinsi, Riau, Sumbar, Kepri dan Jambi mengadakan workshop yang diikuti oleh para dosen dari Riau dan Kepri. Pelaksanaan workshop digelar selama 3 hari, 1-3 Maret 2019 di salah satu hotel di Pekanbaru.

Menurut Firti Rasmita, Koordinator Program Kurikulum LLDIKTI Wilayah X saat ditemui mengatakan, acara ini diikuti lebih dari 80 peserta/bidang kelompok dari 40 perguruan tinggi swasta yang ada di Riau dan Kepri.


Workshop ini merupakan tahun kedua, di tahun 2019 diikuti oleh kelompok bidang sosial, hukum, ekonomi, dan kesehatan, teknik, komputer, dan pendidikan, 

Dijelaskan Firti Rasmita, perguruan tinggi swasta dapat memakai kurikulum yang lama, tapi tetap harus udpate. Bagi PTS, udpate besar, tentunya tergantung SDM dan finansial, dengan melakukan pengembangan kurikulum, maka tidak memerlukan banyak perubahan SDM dan finansial.

Dengan tuntutan skill abad 21 ini tidak mungkin lagi pembelajaran seperti zaman dulu. Untuk melakukan stimulasi maka dilakukan workshop ini dengan memasukkan softskill ke kurikulum, memasukkan softskill ini ke dalam mata ajar.

"Jadi dirancanglah dalam beberapa pertemuan di kelas ada materi softskill, bukan menciptakan mata kuliah baru," ujarnya. 

Tujuan penerapan softskill, kata Firti, agar dicapai lulusan berdaya saing, bermutu, dan juga  mengedepankan kearifan lokal yaitu kegigihan gotong royong (team work).

Terkait apakah pengembangan kurikulum ini akan berhasil, Fitri Rasmita menyampaikan pandangan bahwa ini akan berhasil.

"Keyakinan saya optimis bisa, karena mahasiswa menyenangi teknologi, dan itu dibawa keruang kelas dan pembelajaran pasti senang karena itu dunia mereka. Kita dekatkan hobi dan pembelajaran ke mahasiswa, karena target nya mahasiswa pasti menyenangi, sekarang kita ciptakan fun pembelajaran dan dosen tidak terlalu tua dan segar dalam pembelajaran." tutupnya.

Dalam workshop ini LLDIKTI mengundang dua narasumber dari Universitas Surya Tangerang, yaitu Heru Wijayanto dan Dessy Aliandrina PhD, Kaprodi Technoprenship.

Menurut Dessy Aliandrina, materi yang disampaikan lebih kepada activity learning, metode dan strategi pembelajaran, sekarang konten strategi dan metode ini yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Masukkan bagi perguruan tinggi swasta di Riau, dan Kepri di sini yang dibangun adalah softskill bukan teknologi, karena kebanyakan di kurikulum adalah hard skill dan saat di lapangan tidak mampu berkomunikasi, kurang bersosialisasi.

Kadang ada mahasiswa yang lulus bagus, nilai bagus tapi saat interview tidak memiliki kemampuan. Itulah yang menjadi dasar, mau berubah seperti apa dunia mahasiswa, tetap bisa beradaptasi.

Hal senada juga disampaikan oleh Heru Wijayanto. Ini lebih kepada pengembangan kurikulum tidak merubah kurikulum, tapi lebih konten dan metodenya.

Kenapa kita harus mengembangkan kurikulum karena perkembangan teknologi dan revolusi Industri 4.0 telah mengubah semuanya termasuk di dunia pendidikan kampus' termasuk mahasiswa. Mau tidak mau kita merubah.

Pengembangan ini lebih mengedepankan learning activity (aktifitas pembelajaran) bagaimana kita mencoba mengimplementasikan apa yg dipelajari di kelas dengan dunia nyata, dan lebih mengedepankan sisi manusianya.

"Ada tiga literasi pengembangan yang dilakukan Dikti yaitu teknologi data dan manusia, yang paling utama adalah manusia, kenapa? Karena sisi humanisme yang harus difokuskan di dalam kelas," ujar Heru.