Pileg Ditenggelamkan Hiruk Pikuk Pilpres

Pileg Ditenggelamkan Hiruk Pikuk Pilpres

RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Walau jumlah calon legislatif (caleg) dan partai politik (parpol) yang bertarung dalam Pemilu 2019 lebih banyak dibandingkan pemilu sebelumnya, namun suasana pileg terkesan adem ayem. 

"Hanya beberapa caleg yang masif memasang branding mereka di media outdoor. Pileg terkesan ditenggelamkan oleh hiruk pikuk pemilihan presiden (pilpres) dan isu-isu seputar pilpres," ujar kata konsultas politik dari Pilitician Academy Bonggas Adhi Chandra saat meluncurkan bukunya "Winning Strategy: Strategi Jitu Pemenangan Legislatif", di Jakarta, Senin (29/1/2018).

Buku yang ditulis alumnus Uppsala University Swedia dan University ofQueensland Australia itu, berisi langkah-langkah strategi yang perlu dipersiapkan dan dilakukan caleg dalam pemenangan Pileg 2019, salah satunya yang tidak luput dipersiapkan adalah uang.


Berdasarkan pantauannya ke sejumlah daerah, Bonggas melihat para caleg terkesan melakukan strategi wait and see entah sampai kapan. "Hanya sedikit caleg dan timsesnya yang sudah benar-benar melakukan serangan darat dan udara secara sistematik dan terpola," ungkapnya.

Bahkan menurutnya, media sosial pun sebagai media yang murah dan efektif, terkesan masih minim dimanfaatkan para caleg. Kekhawatiran yang muncul kata dia, adalah para caleg berusaha menimalkan pengeluaran di awal dan kemudian menggelontorkan secara masih di waktu-waktu terakhir dalam bentuk politik uang.

"Bila ini terjadi maka makin hancurlah sistem demokrasi kita, terlebih yang diparlemen karena parlemen akan dikuasai mereka yang menggunakan politik uang. Bila kekhawatiran ini terjadi, hampir bisa dipastikan parlemen akan lemah dalam mengimbangi eksekutif fan tindak pidana korupsi akan semakin banyak menimpa para wakil rakyat di semua lini," ujarnya dengan nada prihatin.

Menurut Bonggas, Pemilu 2019 yang merupakan pemilih bersejarah di Indonesia karena pemilu legislatif dan pemilu presiden digabungkan dengan harapan dapat melakukan penghematan anggaran. "Akan tetapi dalam pelaksanaannya hingga H-3 bulan, pemilu legislatif cenderung lebih sepei dibandingkan Pemilu 2014," ujarnya.

Sementara itu,  Burhanuddin Muhtadi,  pengamat dari Indikator mengatakan bahwa politik uang sulit dihindari dalam Pileg. Penyebabnya menurut dia adalah sistem pemilu yang terbuka. "Kalau mengindari politik uang dalam pileg ini harus dirobah sistemnya," kata Burhanuddin yang juga menilai ada keanehnya juga dengan sistem yang sekarang karena pertanggungjawaban keuangan tetap dilakukan oleh parpol, pada hal biaya kampanye dilakukan oleh caleg. 

Pembicara lainnya dalam peluncuran buku tersebut adalah Andreas Pareira (anggota DPR dari PDIP) dan Yunarto Wijaya (Charta Politica).

Reporter: Syafril Amir