Karena Keamanan

Bank Dunia Hentikan Kegiatan di Yaman

Bank Dunia Hentikan Kegiatan di Yaman

Washington (HR)- Bank Dunia menghentikan kegiatannya di Yaman pada Kamis (13/3), karena situasi keamanan yang menurun tajam akibat pergulatan negara tersebut dengan milisi Syiah.
Semua proyek yang dibiayai oleh International Development Association, unit Bank Dunia untuk negara-negara termiskin di dunia, dan "trust funds" (dana amanah) yang dikelola Bank Dunia telah dihentikan, demikian pernyataan lembaga yang berbasis di Washington itu seperti dikutip AFP.
Bank Dunia mengatakan bahwa sebuah kajian, dimulai pada awal Februari, berpendapat bahwa "situasi di Yaman memburuk ke tingkat bahwa Bank tidak mampu melaksanakan manajemen yang efektif atas proyek-proyeknya." Bank, yang telah menjanjikan lebih dari satu miliar dolar untuk membangun negara miskin, mengatakan pencairan dana telah ditangguhkan.
"Keputusan ini didasarkan pada penurunan signifikan dalam kemampuan staf Bank untuk berkomunikasi dan berkoordinasi dengan mitra pemerintah, dan banyak lokasi proyek menjadi tidak dapat diakses menghalangi fidusia penuh dan pengawasan manajemen." Kantor Bank di Sanaa, ibukota Yaman, ditutup sementara pada pertengahan Februari dalam menanggapi penurunan keamanan.
Bank mengatakan akan terus memantau situasi di Yaman, menggarisbawahi bahwa pihaknya tetap "berkomitmen penuh" untuk mendukung kebutuhan pembangunan negara itu dan akan melanjutkan operasinya di sana setelah kondisinya pulih kembali.
Dana Moneter Internasional (IMF), lembaga saudara Bank Dunia, yang menyetujui pinjaman 553 juta dolar AS kepada Yaman pada September lalu, mengatakan pada Kamis bahwa mereka akan melanjutkan kerja sama dengan negara itu sementara memonitor dengan cermat situasi.
Milisi Syiah Huthi menguasai Sanaa pada bulan lalu. Presiden Abedrabbo Mansour Hadi melarikan diri dari tahanan rumah di ibukota bulan lalu dan melanjutkan kembali kekuasaannya dari kota kedua Aden. Aden, merupakan ibukota independen Yaman Selatan sebelum bergabung dengan utara pada 1990, sebagian besar di tangan pasukan dan milisi yang setia kepada presiden.(ant/ivi)