Jelang Diterjang Tsunami, Terdengar Suara Gemuruh

Jelang Diterjang Tsunami, Terdengar Suara Gemuruh

RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA – Ahmad, warga desa Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang, Pandeglang, Banten, sedang enak-enak makan ketika mendadak lampu mati, disusul suara gemuruh, dan mendadak air bah menerjang.

Saat itu, sekitar pukul 21.00, ia bersantap di sela tugas rutinnya sebagai operator genset di sebuah restoran yang terletak sekitar 500 meter dari bibir Pantai Cipakis.

"Saya dengar suara gemuruh,"ujar Ahmad kepada BBC News Indonesia, Minggu (23/12). Achmad mengaku awalnya tak percaya tsunami terjadi di pantai yang berlokasi di selat Sunda itu.


"Kan nggak ada gempa. Biasanya kan orang kan ada gempa dulu nih, kalau (tsunami) di daerah lain. Nah di kita nggak ada gempa, suasananya nyaman banget," kata dia.

Namun ketika melihat luapan air di restorannya, padahal lokasinya berjarak sekitar 500 meter dari bibir pantai, ia yakin bahwa itu tsunami.

"Asumsi saya itu tsunami itu air sudah kelihatan di depan mata saya," kata dia.

Dia bersama temannya lalu lari keluar menyelamatkan diri. "Begitu saya lewat front office, mobil sudah acak-acakan, semua berantakan," kata dia. Ia menyaksikan sejumlah mayat bergeletakkan.

Setelah memastikan keluarganya dalam kondisi selamat, Achmad kemudian membantu evakuasi korban di desanya.

"Saya langsung evakuasi, langsung bawa yang luka, bawa bayi dan mayat yang geletakan," jelas Achmad terbata-bata.

Dia mengatakan sekitar 50 rumah di desanya luluh lantak tersapu ombak. Bahkan akses jalan ke beberapa desa tertutup oleh tiang listrik yang tumbang ke jalan.

"Warga yang ada di wilayah Batu Hideung, Cipenyu, Cikujang, nggak bisa dilewati sama mobil. Aksesnya tertutup tiang listrik tumbang ke jalan," jelas Achmad.

"Ada kurang lebih 10 rumah di situ, abis sudah semua," cetusnya.

Wilayah Pandeglang, Banten, adalah salah satu daerah yang paling parah terdampak tsunami Selat Sunda. Saat kejadian banyak wisatawan berkunjung di pantai sepanjang Pandeglang.

Objek wisata di sekitar pantai barat Banten, mulai Pantai Carita, Pantai Cipakis hingga Tanjung Lesung pada malam minggu itu memang relatif padat sebagaimana biasanya. Dan mereka sama sekali tidak mengantisipasi akan datangnya tsunami.

Adapun salah satu warga yang tinggal di area villa di Pantai Tanjung Lesung, Kamsid menjelaskan ketika peristwa sedang terjadi, posisinya hanya sekitar 100 meter dari bibir pantai.

"Akhirnya saya langsung pulang ke rumah. Rumah kurang lebih 300 meter (dari pantai)," kata dia

Diakui Kamsid, tremor vulkanik dari aktivitas Gunung Anak Krakatau bukan hal yang baru baginya. Pasalnya, hampir setiap waktu, gunung Anak Krakatau mengalami erupsi.

"Karena udah terbiasa di bulan-bulan lalu seperti itu, kita nggak ada curiga," kata dia.

Dalam konferensi pers, juru bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa Gunung Anak Krakatau melakukan banyak aktivitas letusan sejak Mei lalu dan terjadi setiap hari.

Letusan Gunung Anak Krakatau, menurut Sutopo, adalah bagian dari proses alami karena gunung tersebut masih dalam fase pertumbuhan. Setiap tahunnya, gunung tersebut bertambah tinggi 4-6 meter. Gunung itu juga terus meletus dari waktu ke waktu dan kondisinya aman dalam radius 2 kilometer

"Tapi mengapa letusan yang tidak terlalu besar dibanding Oktober dan November, tapi bisa memicu tsunami dalam laut? Ini masih dilakukan penelitian," kata Sutopo.