Teknis Pemilu 2019 Lebih Rumit, Pemilih Diperkirakan Asal Coblos

Teknis Pemilu 2019 Lebih Rumit, Pemilih Diperkirakan Asal Coblos

RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Peneliti Populi Center Rafif Imawan memaparkan hasil survei soal elektabilitas partai politik (parpol). Dia mengatakan hanya lima parpol yang elektabilitasnya melewati parliamentary threshold sebesar 4 persen.

"Hasil survei kami tidak jauh berbeda dengan hasil survei lain, hanya ada lima partai besar yang berada di atas 4 persen, yaitu PDIP, Gerindra, Golkar, PKB dan NasDem. Di luar itu di bawah 4 persen dari 16 partai yang ada," ujar Rafif Imawan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (27/10/2018).

Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti meminta agar badan survei bisa menjelaskan kecenderungan pemilih ketika dihadapkan dengan survei. Apakah pemilih, memilih karena figur orang atau berasal dari partai.


"Mungkin kalau bisa badan survei dijelaskan kecenderungan pemilih apakah dia pilih figurnya atau partai itu sendiri belum terjelaskan. Kalau di survei bisa jelaskan orang maunya pilih partai atau orang yang di dalam partai itu, mungkin itu bisa menjelaskan nasib parpol di masa depan," kata Ray.

Menurutnya hal ini penting karena masyarakat cenderung tidak memperhatikan kembali siapa calon legislatif (caleg) yang dipilihnya, yang terpenting adalah partainya di mana caleg itu berada. Dia berharap agar mengatasi kerumitan ini, maka bisa dilakukan sosialisasi untuk memudahkan masyarakat mengenal kandidat caleg.

"Tingkat kerumitan pemilu serentak menjadikan beberapa surat suara yang harus dicoblos, maka ada potensi orang lebih merasa udah lah pilih partainya aja. Dengan tingkat rumit itu orang malas cari nama calegnya, tapi potensi langsung cari saja partainya untuk dicoblos," jelasnya.

"Maka lakukan sosialisasi dibagikan surat suara terlebih dahulu sebelum pemilihan, agar sebelum pencoblosan mereka udah ngerti, sosialisasi ini disertakan foto meski yang asli nanti tidak ada fotonya, tapi setidaknya mereka kenal caleg ini jadi udah terekam gitu," tambahnya.

Ray mengkhawatirkan apabila nama partai yang mendasari masyarakat memilih caleg, nantinya anggota-anggota legislatif yang menjabat hanya karena berada di kubu partai itu atas saja dan bukan karena kredibilitas anggota itu sendiri.

"Kalau itu yang terjadi, orang yang duduk nomor urut atas akan potensi mendapatkan banyak kursi, diuntungkan itu. Karena suara kan dihitung oleh partai bukan caleg. Artinya ke depan kita akan lihat banyak yang masuk ke DPR itu yang memang duduk di nomor urut tinggi (top list)," tegasnya.

Survei Populi Center dilakukan dalam kurun waktu 23 September sampai 1 Oktober. Jumlah responden sebanyak 1.470 orang dipilih secara acak bertingkat. Margin of error 2.53 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.