Laporan Nurmadi Langsung dari Mekkah

Tarwiah, Perjalanan Haji Sesuai Tuntunan Rasulullah yang Mulai Ditinggalkan

Tarwiah, Perjalanan Haji Sesuai Tuntunan Rasulullah yang Mulai Ditinggalkan

RIAUMANDIRI.CO, MAKKAH - Jutaan jamaah haji dari seluruh penjuru dunia telah melaksanakan seluruh tahapan wajib haji, mulai dari umrah, puncak haji wukuf di Arafah, Musdalifah, melontar Jamarat di Mina, tawaf ifadah, dan terakhir tawaf Wadak atau perpisahan menjelang keberangkatan ke tanah air.

Dari pelaksanaan haji ini, banyak dari jamaah yang melaksanakan haji sesuai dengan arahan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dengan Pemerintah Arab Saudi. Dan ada juga jamaah yang mengikuti tahapan haji sesuai dengan sunah Nabi, atau perjalanan haji yang dijalani oleh Nabi Muhammad SAW, atau biasa disebut haji Tarwiah, mengikuti jejak nabi atau napak tilas. 

Untuk jemaah haji Indonesia 80 persen menjalani haji sesuai dengan arahan pemerintah, namun ada juga yang menjalani haji Tarwiah. Dan salah satunya jamaah dari Riau yang dipimpin oleh kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Riau, Rahmad Rahim. 


Dalam rombongannya yang berjumlah 12 orang dari Kota Pekanbaru, mengikuti semua jejak perjalanan awal Nabi Muhammad menunaikan ibadah haji. Bahkan mereka rela berjalan kaki sejauh 4,5 kilometer, dari Muzdalifah menuju Mina. 

“Kami hanya ingin menjalani apa yang telah dijalani Nabi. Walaupun berjalan kaki hingga berkilometer, kami mencoba, dan Alhamdulillah, Allah memberikan kekuatan kepada kami,” ujar Rahmad Rahim.

Menurut Rahmad Rahim, sebelum ke muzdalifah ia bersama rombongan terlebih dahulu menjadi wajib hari lainnya, dimana haji itu adalah Arafah. Berbeda dengan jamaah lainnya, dimana seluruh jamaah Indonesia diarahkan terlebih dahulu ke Arafah. Namun bagi haji tarwiah terlebih dahulu Mabid di Mina, untuk selanjutnya menuju ke Arafah.

“Jadi itulah sebenarnya perjalanan haji nabi. Dimana nabi berada di Mina dahulu baru ke Arafah usai salat subuh. Dalam puncak haji itu, usai solat zuhur hingga menjelang salat maghrib, ketika waktu itulah Allah SWT akan menerima doa-doa yang kita minta,” kata Rahmad Rahim.

“Sebenarnya tidak ada yang berat jika kita betul-betul iklas menjalaninya. Walaupun berjalan kaki berkilometer. Dari sinilah kita bisa memetik napak tilasnya Nabi Muhammad SAW, yang mulai terlupakan. Selanjutnya dari Arafah baru kita menuju muzdalifah, disini kami mengambil batu untuk persiapan melontar di Mina. Kalau dilihat jamaah kita yang lain saat di muzdalifah luar biasa padatnya,” tambah dia.

Bahkan pada saat di Muzdalifah kata Rahmad Rahim, ada jamaah haji yang dijemput oleh pihak maktab sebelum jam 12.00 malam. Seharusnya perjalanan menuju Mina itu melewati waktu jam 12, sehingga ketika berada di Mina sudah mulai masuk subuh.

“Yah itulah jalannya yang harus dijalani. Kalau dilihat jamaah kita yang menunggu bus hingga berjam-jam kasian, belum lagi yang tua-tua, berada di luar dengan kondisi cuaca yang panas tanpa ada tenda. Untuk itulah lebih baik berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina,” katanya.

Selama di Mina ia bersama rombongan berada dekat dari Jamarat. Sehingga tidak perlu lagi berjalan kaki dari tenda penginapan jamaah. Cukup Mabid di Jamarat, tidak seperti jamaah lain berjalan kaki dari tenda dan melewati terowongan Mina yang jaraknya mencapai 3 km. 

“Jamaah di luar jamaah Indonesia lebih banyak menjalani Tarwiah. Karena itulah yang dilaksanakan nabi. Nah, Nabi berada di Mina setelah melaksanakan melontar selama 4 kali di Jamarat, itu namanya badar Tshani. Jamaah kita banyak yang menjalani nafar awal. Menang kedua nafar ini tidak salah, sama tapi sunahnya itu mengikuti nabi,” jelasnya. 

“Kedepan ada baiknya jamaah kita itu menjalani Tarwiah, agar tau jalan sebenarnya bagaimana perjalanan nabi menunaikan ibadah haji. Memang pemerintah menginginkan jamaah Indonesia aman, sehat dan teroganisir. Tapi banyak yang tidak sesuai sunah nabi,” ucapnya.

Di lain sisi kata Rahmad Rahim, untuk pelayanan Pemerihtah Indonesia dan Arab Saudi terhadap jamaah cukup baik tahun ini. Dimana jamaah ditempatkan di hotel yang ada di Mekah. Pelayanan bus yang setiap menit mengangkut jamaah ke Masjidil haram. Makanan pun mencukupi, termasuk ketersediaan air minum dan buah-buahan. 

“Kalau pelayanan cukup baik selama di Mekah. Catatannya hanya ada di Mina saja, untuk tenda tidak memadai bagi jamaah. Kalau bisa ditambah lagi, termasuk toilet yang jauh dari cukup. Kasian jamaah harus menunggu lama untuk ke toilet. Bahkan ada dari jamaah yang terpaksa buang air di luar toilet. Saya yakin masukan ini bisa mempermudah jamaah kita kedepannya dilayani lebih baik lagi di Mina,” harapnya.

Di akhir catatannya, Rahmad Rahim berharap agar semua jamaah Indonesia umumnya dan jamaah Riau khususnya menjadi haji yang mabrur. Dengan berbagai rintangan dan cobaan yang telah dialami selama berada di tanah suci.

“In sha Allah menjadi haji mabrur seluruh jamaah. Kedepan pemerintah kalau bisa jalanilah haji sesuai dengan perjalanan Nabi Muhammad SAW,” tutup dia.

Reporter: Nurmadi