Wujudkan Kawasan Techno Park Sejalan Dengan Industri Hilir

Pemkab Pelalawan Makin Intens Kelola Kelapa Sawit Sebagai Komoditi Penting

Pemkab Pelalawan Makin Intens Kelola Kelapa Sawit Sebagai Komoditi Penting

RIAUMANDIRI.CO, PELALAWAN - Kabupaten Pelalawan tidak main-main dalam memanfaatkan sumber daya yang ada di daerah. Dengan memiliki luas areal perkebunan kelapa sawit yang luas milik perusahaan yang ada di Kabupaten Pelalawan, HM Harris selaku orang nomor satu di daerah ini sudah melirik potensi ke depan apabila bisa memanfaatkan komoditi itu untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan daerah.

Salah satu cara untuk meningkatkan ekonomi masyarakat Pelalawan adalah dengan membuka peluang usaha berbasis Science Techno Park, HM Harris yakin usaha tersebut bisa maju dan dapat meningkatkan sumber pendapatan bagi daerah dan pastinya akan menolong petani sawit dan mengurangi angka pengangguran di daerah.

Adapun rencana pasti HM Harris dalam mewujudkannya yakni dengan menciptakan suatu kawasan industri yang rencananya akan mengelola hasil industri hilir dari komoditi kelapa sawit yang selama ini hanya dijual oleh perusahaan dalam bentuk Crude Palm Oil (CPO) keluar dan tidak ada manfaat bagi daerah.


Menteri Puan Maharani didampingi Bupati Pelalawan HM Harris memberikan keterangan kepada awak media.

Dan dari potensi yang ada di daerah saat ini, Bupati Pelalawan HM Harris mencoba membuka peluang usaha baru yang saat ini diberi nama Kawasan Tekhnopolitan yang ada di Kecamatan Langgam. Saat ini baru dibuka sebuah sekolah tinggi berbasis persawitan yang nantinya mahasiswa lulusan di sekolah tinggi tersebut dipekerjakan untuk mengelola kawasan industri hilir tersebut. Sebab, industri hilir dengan memakai CPO-nya sebagai bahan baku utama akan dibuat hasil produk jadi dan bisa di pasarkan langsung ke masyarakat nantinya.

Bukti keseriusan Pemkab Pelalawan ini tidak isapan jempol belaka, Pemkab Pelalawan sudah mendirikan sebuah sekolah tinggi berbasis Sience Techno Park di Kelurahan Langgam.

Untuk mendirikan sebuah sekolah tinggi teknologi di Indonesia seperti ST2P di Langgam ini sangat membutuhkan sinergitas antara pemerintah dengan pihak industri atau swasta. Sebab, industri dan swasta turut berperan penting dalam menggerakkan roda perekonomian dan teknologi melalui sumber daya mumpuni.

Bupati Pelalawan HM Harris menyambut kedatangan Sekjen Kemenperin Dr Haris Munandar.

Pembangunan Sekolah Tinggi Teknologi Pelalawan (ST2P) di Pelalawaan, misalnya, diharapkan mampu menghasilkan banyak perusahaan pemula yang terkait dengan sawit maupun produk turunan sawit.

"Dengan begitu akan berdampak pada perekonomian petani sawit dan perekonomian daerah penghasil," ujar Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani saat meresmikan ST2P di Pelalawan, Riau, beberapa waktu lalu sembari membagikan sertifikat gratis bagi warga Langgam secara simbolis.

Menteri Puan Maharani juga mengharapkan bahwa saat ini pemerintah pusat menginginkan Pemerintah Kabupaten Pelalawan dapat menjadikan ST2P sebagai Science Techno Park (STP) yang mapan pada tahun 2019 mendatang.

Dia juga menyampaikan, dari data yang ada hingga tahun 2017 tercatat dari 22 STP yang ditargetkan, sudah ada 16 STP yang mapan.

“Fokus Techno Park Pelalawan sangat tepat pada hilirisasi produk turunan kelapa sawit. Techno Park Pelalawan yang juga melibatkan koperasi petani sawit, akan memperkuat rantai industri hilirisasi produk turunan kelapa sawit, jadi wajar saat ini kelapa sawit di Pelalawan sudah menjadi komoditi penting bagi daerah,” ujarnya.

Narasumber Seminar Internasional Sawit foto bersama HM Harris.

Puan menjelaskan, membangun sebuah Sekolah Tinggi Teknologi membutuhkan kolaborasi antar unsur pemerintah, akademisi dan pelaku usaha. Sinergi tersebut memungkinkan untuk membangun sistem inovasi yang kuat, berujung pada industri yang berdaya saing dan penumbuhan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi.

“Membangun STP dengan bergotong-royong akan lebih mempercepat pemberdayaan ekonomi berbasis teknologi dan kesejahteraan rakyat,” ungkapnya.

Sementara itu, Bupati Pelalawan HM Harris mengatakan, dari data yang dimiliki Pemkab Pelalawan saat ini, bahwa salah satu komoditas penting Kabupaten Pelalawan adalah perkebunan kelapa sawit seluas 307.126 Ha dengan jumlah petani 40.115 orang yang memiliki sekitar 30% dari luas lahan perkebunan sawit tersebut.

Selain itu juga di Pelalawan tercatat sedikitnya ada 38 perusahaan perkebunan kelapa sawit dan 27 unit Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan produksi minyak mentah kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) sebanyak 1.768.041 ton.

Namun, masih kata Bupati Harris, saat ini semua CPO dikirim keluar Kabupaten Pelalawan, sehingga Pelalawan tidak menerima insentif ekspor CPO-nya yang dikirim melalui pelabuhan-pelabuhan di luar Pelalawan. Oleh sebab itu, Pemerintah Kabupaten Pelalawan berinisiatif membangun Teknopolitan/Techno Park Pelalawan seluas 3.748 Ha agar nilai tambah dari turunan produk kelapa sawit dapat dinikmati oleh masyarakat Pelalawan

Makanya, dari rencana yang ada sesuai tujuan awal, Bupati Pelalawan HM Harris mengharapkan agar ST2P yang barusan diresmikan tersebut bisa ditargetkan menjadi pusat pertumbuhan industri baru di Indonesia.

Penandatangan MoU antara Bupati Pelalawan dengan pihak BPPT RI.

Sebab menurut Bupati Harris, selama ini Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah mendampingi Kabupaten Pelalawan dalam membangun Techno Park Pelalawan. Hal itu bertujuan menjadi pusat pertumbuhan industri baru di luar Pulau Jawa yang berbasiskan iptek dan inovasi.

Selain itu dijelaskannya lagi, Kawasan Techno Park Pelalawan memiliki luas area sekitar 3.748 Ha yang dibagi menjadi 7 zonasi. Tiga Zona Utama meliputi Zona Pendidikan (100 Ha), Zona Riset (180 Ha), dan Zona Industri (625 Ha). Kemudian 4 Zona Pendukung meliputi Zona Pemukiman (120 Ha), Zona Konservasi (2228 Ha), Zona Komersial (99 Ha), dan Zona Publik (11 Ha).

Teken MoU dengan BPPT, Pemkab Gelar Seminar Internasional Sawit

Di sisi lain, ada hari Kamis, 9 Agustus 2018 lalu, Pemkab Pelalawan menggelar Seminar Internasional Sawit dan sekaligus penandatanganan MoU Kerja Sama antara BPPT RI dan Pemkab Pelalawan tentang Pengkajian, Penerapan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Inovasi (IPTEKIN) dalam Upaya Mendukung Pembangunan Kabupaten Pelalawan.

Penandatangan MoU antara Bupati Pelalawan dengan pihak BPPT RI.

Acara tersebut dihadiri oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian RI Dr Haris Munandar, MA dan juga diminta secara resmi membuka seminar internasional bersempena dengan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-23 tahun 2018 dengan tema Pencapaian Industri Sawit Berkelanjutan dan Berdaya Saing Global dengan Teknologi, Inovasi dan Edukasi Masyarakat Persawitan bertempat di Auditorium Gedung II Kampus Sekolah Tinggi Teknologi Pelalawan (ST2P) Kecamatan Langgam.

Hadir dalam kesempatan tersebut Dirjen Kelembagaan Iptek Dikti, Deputi Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Bidang Pengkajian Kebijakan Dr Ir Gatot Dwiyanto, M.Eng, Bupati Pelalawan HM Harris selaku tuan rumah, Forkompinda Propinsi dan Kabupaten, pejabat Pemerintah Propinsi dan Kabupaten se-Riau, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Dono Boestami, National Project Director Sustainable Palm Oil Initiative (SPOI) UNDP Indonesia Ir Dedi Junaedi, MSc, Direktur PPKS Medan, Delegasi Hakteknas Pemerintah Propinsi/Kabupaten dan Kota se-Indonesia, Sahat Sinaga Wakil Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia, Dr Darmono Taniwiryono Ketua Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI ), Asosiasi Industri Hilir dan Hulu Kelapa Sawit, pimpinan perusahaan, Toshihide Nakajima Direktur E-Bio Advanced Technology Jepang, Yamamoto Taizo (Representative Director Eco Support Co Ltd Jepang ) dan Prof Dr Ing Eko Supriyanto Guru Besar Universitas Teknologi Malaysia, para Rektor Perguruan Tinggi Swasta/Negeri, akademisi, para peneliti dan perekayasa dalam dan luar negeri, tokoh masyarakat dan organisasi serta masyarakat persawitan.

Peserta Seminar Internasional Sawit di Kampus ST2P Langgam.

Harris Munandar yang mewakili Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto juga menyampaikan beberapa pesan terkait perindustrian kelapa sawit di Indonesia. Termasuk perkembangan teknologi dalam industri hulu maupun hilir sawit yang akan dikembangkan di ST2P. "Perkembangan teknologi harus selaras dengan dunia industri kelapa sawit," kata Harris Munandar.

Sekjen Harris Munandar juga menambahkan, saat ini banyak kampanye hitam terhadap dunia industri kelapa sawit di Indonesia. Kampanye negatif ini menjadi pengekangan dan ancaman tersendiri di Indonesia yang hembuskan oleh dunia Eropa. Isu yang dihembuskan yakni kelapa sawit Indonesia tidak ramah terhadap lingkungan, merusak alam, hingga kebun sawit yang dibangun dalam kawasan hutan.

"Ini harus dilawan dengan menunjukan kualitas sawit Indonesia yang berdaya saing tinggi dan ramah lingkungan, dan Penelitian terhadap turunan kelapa sawit yang dijadikan menjadi komoditi tersendiri menjadi tugas bersama. Agar mampu menyaingi isu negatif atas dunia kelapa sawit Indonesia, semoga apa yang direncanakan nantinya bisa berhasil sesuai harapan kita semua," pungkas Harris Munandar.

Sementara itu Bupati Harris mengatakan bahwa seminar internasional dalam peringatan Harteknas menjadi kesinambungan Program di kawasan Tekhnopolitan, "Bukan Perkara mudah mewujudkan kawasan tekhno park dan proses pembangunannya, butuh komitmen yang kuat untuk menjalankannya dan mewujudkannya secara penuh," jelasnya.

Suasana Seminar Internasional Sawit yang diikuti antusias peserta.

Untuk itu di kesempatan tersebut, Bupati Harris menyampaikan bahwa pihaknya sangat membutuhkan dukungan dari Pemerintahan pusat dalam mewujudkan kawasan tekhnopolitan tersebut sebagai pusat pendidikan dan inovasi tekhnologi di bidang industri sawit.

Selain itu juga dia berharap lewat seminar tersebut nantinya bisa menunjang 7 Program Strategis Pemkab Pelalawan yakni Program Pelalawan Inovatif. Sebab, menurutnya, ada sekitar 75 persen masyarakat Pelalawan menggantungkan hidupnya melalui perkebunan sawit.

Untuk itu ke depannya bagaimana mereka yang tadinya pekerja petani kelapa sawit atau pemilik kebun sawit bisa mandiri dari hasil pengelolaan poroduk industri hilir yang dicanangkan oleh pemerintah daerah. "Setidaknya hasil komoditi bisa terjual dengan harga tinggi dan juga bisa mengurangi angka pengangguran daerah," ungkap Bupati Harris. (advertorial)